1 - Kado untuk Papa

25.1K 1K 36
                                    

Dikit ya, mau liat responnya hahahaha dan ini aku garap kalau aku sempat ya, jadi intinya mah slow update XD

Jadi sebenernya ini kisah Annisa, ya pokoknya nikmati aja alurnya. Banyak rahasia yang akan di singkap dikisah Icha ini...^^

•••

Gadis itu, Annisa Aurelia Ananda hanya mampu mengangguk pelan ketika seorang dokter yang memberitahu tentang kondisi terbaru mamanya.

"Kita berdoa saja semoga mama kamu cepat sadar dari komanya. Setelah keadaan beliau stabil, kita akan mengambil tindakan selanjutnya."

Icha mengangguk paham, kemudian melemparkan pandangannya pada ibunya yang sedang terbaring koma dengan berbagai macam kabel dan selang oksigen yang membantu pernafasannya, ada pula mesin EKG yang menunjukan detak jantung ibunya.

"Aku tau, Dok," Icha menjawab lesu, bibirnya mencoba menyunggingkan senyum yang justru terlihat memaksakan.

"Yang sabar, Cha. Mama kamu pasti bangun. Kanker Otak mamamu memang sudah stadium akhir, tapi  kita percayakan saja semuanya pada Tuhan. Jangan pernah lupa untuk meminta Kepada-Nya, Karena DIA Sang Penyembuh. Saya tinggal dulu ya, Cha."  Dokter Nathan menepuk bahu Icha lembut, memberi dukungan pada gadis itu agar tabah.

"Iya, Dok. Makasih."

Dokter Nathan keluar meninggalkan Icha sendirian di ruang ICU. Mama sudah tidak sadar sejak 2 hari yang lalu setelah mengalami sakit kepala yang amat sangat. Seperti yang sudah di ketahui olehnya, mamanya mengidap penyakit kanker otak stadium akhir.

Icha begitu terpukul mengetahuinya. Tidak menyangka bahwa mama mengidap penyakit separah itu dan tidak memberitahu sebelumnya.

Icha memutuskan untuk mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di samping ranjang mama, kemudian meraih jemari mama dan mengecupnya.

"Mama kapan bangun, sih? Icha kangen loh, kangen banget mama cerewetin dan omelin  Icha."

Tidak ada respon. Icha terus mencoba  meski dia tahu bahwa mama tidak akan merespon ucapannya. Dengan lembut, Icha mengusap punggung tangan mama. Hatinya sangat perih melihat wajah mama yang begitu pucat, tanpa rona yang menghiasi wajah cantik yang biasa mama suguhkan padanya.

Kemudian, Icha kembali bersuara. "Hari ini ulang tahun papa, Icha sama mama Sarah udah siapin kejutan untuk  papa. Icha juga udah siapin kado spesial buat papa. Icha beli dasi sesuai saran Mama. Oiya, Icha juga beliin kado buat mama, Icha nggak mau mama iri. Icha beliin buat adik-adik juga, buat mama Sarah juga." Icha menghela nafasnya berat, kemudian kembali melanjutkan kata katanya. "Ma, kalau mama bangun, Icha janji deh mau ikutan proyek yang mama tawarin waktu itu, tapi mama harus bangun dulu. Mama tega liat Icha sedih, hm?"

Icha menangis dalam diam, punggungnya bergetar dengan isakan yang lolos dari bibirnya. Bagaimana jika mama tidak bangun lagi? Sejak kemarin pemikiran itu selalu menghantuinya, dan Icha berusaha mengenyahkanya.

"I-cha kangen, Ma. Icha pengin di peluk sama Mama. Mama bangun ya!" Icha menangis dengan suara tersendat, mengubur wajahnya di ranjang mama dengan isakan yang semakin intens.

Icha hanya takut sendiri. Karena sendiri itu menakutkan.

                                                 ***

"Happy Birthday, Happy Birthday Happy Birthday Papa...."

Tepuk tangan menggema di ruangan itu, sedangkan seorang pria yang sekarang genap berusia 43 tahun—sesuai dengan angka lilin di cake yang Icha bawa—mengukir senyum lebar pada orang orang yang di cintainya.

Akibat Pernikahan Dini (The Secret Wedding)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang