Well, Junsu memang benar.Ia menyukai namja tampan itu sejak dulu. Jaejoong jatuh cinta ketika melihat Yunho bermain basket di lapangan sekolah waktu itu. Dan ia memilih untuk membungkam perasaannya dari siapa pun kecuali Junsu sejak masa-masa kelam menjelang ujian kelulusan sekolahnya.

Yunho tidak mengenalnya. Yunho tidak pernah berbicara dengannya. Yunho tidak peduli padanya. Itu adalah alasan sekunder kenapa Jaejoong memilih untuk diam. Dan memang menurutnya lebih baik diam dari pada mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan.

  "Hyung, aku ada tugas, bantu aku ne?"

Jaejoong mendesah. Ia mengangguk.


-------


Bel masuk berdentang keras di seluruh koridor sekolah. Para siswa-siswi beranjak memasuki kelas masing-masing. Termasuk Jaejoong dan Junsu yang berbeda kelas. Namja cantik itu menahan nafasnya setiap kali ia menginjakkan kaki di kelasnya. Mata bulatnya selalu melirik sosok tampan yang duduk di pojok kelas diam-diam. Yunho sedang membaca buku di sana.

BRUKK.

Jaejoong duduk di kursinya. Menundukkan wajah mencoba mengasingkan diri dari anak-anak kelasnya. Sementara teman-teman sekelas Jaejoong memang tidak ingin menyapa atau berbicara pada namja cantik itu. Jaejoong terlalu angkuh di mata mereka. Ia sombong karena dirinya pintar. Bahkan namja cantik itu selalu mengacuhkan mereka setiap kali mereka mendekat.

  "Anyeong haseyo, yeoreobun"

  "Anyeong haseyo, Songsaenim!"

Namja bermata kodok itu tersenyum kecil. Ia segera menaruh barang-barangnya di atas meja dan membuka buku teksnya. 

  "Selamat untuk hari pembagian rapor bulanan kemarin, anak-anak" Ujar Minho.

Ia tersenyum seraya menyibak halaman buku absensinya.

  "Seperti yang kita tahu, tidak lama lagi akan diadakan ujian kelulusan, dan kalian harus mengumpulkan nilai tugas kelompok menjelang hari tersebut"

Para siswa-siswi mengeluh tidak senang. Ah, mereka benci tugas kelompok. Minho Songsaenim pasti akan memberikan tugas yang sangat sulit seperti biasanya. Namja bermata kodok itu semakin melebarkan senyum mautnya. Ia senang melihat para muridnya menderita.

Hahaha.

  "Songsaenim akan membagi kelompok hari ini, setiap kelompok beranggotakan dua orang, dan dilarang memprotes" Ujar Minho lagi.

Anak-anak kelas berdecak kesal. Mereka mengeluarkan buku catatan dan bersiap mencatat nama teman sekelompok masing-masing.

  "Kelompok satu, Park Sooji dan Lee YoonHyuk. Kelompok dua, Lee Yunji dan Lee SeoHea"

Suasana kelas hening. Hanya terdengar suara langkah kaki milik sang guru.

  "Kelompok tiga, Hwang Chansung dan Park Seongrin. Kelompok empat, Park Yeonshin dan Park Yoohwan. Kelompok lima, Jung Yunho dan Kim Jaejoong"

DEG.

Kedua mata Jaejoong membulat sempurna. Nafasnya tercekat. Pensil yang digenggamnya terjatuh tanpa sadar. Omo. Jantungnya berdebar kencang. Sementara Yunho terdiam. Ia menolehkan wajahnya. Menatap tajam Kim Jaejoong yang menunduk di sana.

Heh.

Yunho menyeringai lebar.


-------


Bel pulang berdering nyaring. Jaejoong menghembuskan nafas panjang dan menutup buku catatannya. Namun kemudian gerakannya terhenti. Ketika seseorang membanting buku yang sangat tebal di atas mejanya.

I SWEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang