Yunho menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk belajar, belajar dan belajar. Tapi ia tidak pernah menang.

  "Kim Jaejoong, aku bersumpah akan membuatmu menderita seumur hidupmu!" Desis Yunho berbahaya.

Namja tampan itu memejamkan mata musangnya. Menghembuskan nafasnya panjang. Tidak, tidak hanya Kim Jaejoong. Jung Jinki juga turut andil dalam dendamnya yang besar. Namja bermata bulan sabit itu telah menginjak harga dirinya. Ia selalu menorehkan luka pada tubuhnya. Dan selalu meremehkan kemampuannya.

Ia bukan seorang Appa. Jung Jinki tidak pernah bertindak layaknya seorang Appa yang normal. Ia adalah lelaki penuh ambisi untuk menjadi yang nomor satu dalam segala hal. Tidak peduli walau ia telah menyiksa anak kandungnya sendiri.

  "Jung Jinki, aku juga bersumpah, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!" Geram Yunho penuh emosi.


-------


  "Appa, tolong tanda tangani raporku"

  "Appa sibuk, besok saja"

Jaejoong menundukkan wajahnya kecewa. Selalu begini. Selalu saja seperti ini. Appanya pasti akan berdalih kalau ia sibuk dan berkata besok, besok, dan besok. Tapi pada akhirnya Park Jungsoo sang kepala pelayanlah yang selalu menandatangani rapornya. Namja cantik itu meninggalkan rapornya di atas meja. Kemudian ia berbalik dan menaiki tangga memasuki kamarnya.

Jaejoong menghembuskan nafas panjang seraya merebahkan punggungnya di ranjang. Mata bulatnya menatap puluhan piala yang berjejer di sudut kamar.

Huh.

Jaejoong tersenyum miris. Seingatnya dulu ia tidak pernah mendapatkan juara apa pun di sekolah. Tapi mendadak namanya dipanggil sebagai juara satu sejak saat itu. Saat di mana ia tenggelam akan trauma masa remajanya.

CKLEK.

Jaejoong menoleh. Menatap adiknya, Kim Junsu, yang kini memasuki kamarnya. Namja imut itu membawa sepiring kue kering. Ia tersenyum lebar dan duduk di pinggir ranjang.

  "Hyung, kue ini sangat enak" Ujar Junsu riang.

Jaejoong tersenyum kecil mendengarnya. Ia beranjak duduk dan mengambil satu kue dari piring. Mengunyahnya dalam diam. Mata bulatnya terus memandangi Junsu yang duduk di sampingnya.

Ah.

Betapa beruntungnya namja imut itu. Ia memiliki sifat yang riang. Ramah pada siapa pun. Banyak teman. Dan terlebih lagi, ia tidak memiliki masa remaja yang kelam. Terkadang Jaejoong ingin menjadi Junsu saja.

Ia benci dirinya.

  "Selamat Hyung, kau juara satu lagi" Ujar Junsu tertawa.

  "Umm, gomawo" Balas Jaejoong tersenyum.

  "Dan Yunho Hyung juara dua ani?"

Jaejoong mengangguk. Perlahan pipinya memerah.

Aigoo.

Junsu sangat menyukai rona imut ini.

  "Hyung, kau malu" Tawa Junsu geli.

  "Aish Kim Junsu!" Erang Jaejoong kesal.

  "Hahahaha, Hyung, sampai kapan kau akan menjadi secret admirer-nya Yunho Hyung? Kau menyukainya sejak 3 tahun yang lalu!"

  "Itu urusanku, Kim Junsu!"

  "Arra, arra, itu urusanmu"

Jish.

Jaejoong mendecak sebal dan kembali berbaring di atas ranjang. Tidak mengacuhkan Junsu yang terkikik gemas di sampingnya. Adiknya yang satu itu selalu menggodanya dengan membawa-bawa nama Jung Yunho.

I SWEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang