✔Chapter 1

4.8K 452 83
                                    

"Hei! Ayo bangun pemalas, apa kau tak tahu ini jam berapa!" seru seseorang berpawakan kurus di ambang pintu kamar.

Mendengar suara yang melengking itu membuatku membuka kedua mataku, lalu membiarkan cahaya matahari masuk secara perlahan. Sesegera mungkin aku menuju kamar mandi dan bersiap-siap, aku tak ingin jika harus terkena ocehan disaat pagi hari seperti ini.

Hanya butuh waktu 15 menit bersiap, selanjutnya aku turun dari kamar dan menuju ruang makan. Disana sudah ada empat orang saudara lelakiku yang duduk di kursi masing-masing sambil bercanda. Suasana yang seperti ini yang membuatku senang.

"Selamat pagi!" sapaku setelah duduk di kursiku. Seketika semua orang berhenti tertawa dan menatapku dengan pandangan dingin.

"Pagi." ketus Louis, Louis merupakan yang paling tua diantara kami berlima. Aku tidak berani menjawab ketika Louis berbicara dingin seperti itu. Aku pun menatap keempat saudaraku bergantian, mereka membuang tatapan mereka lalu kembali bercanda bersama.

Aku menunduk sambil mengoleskan selai di rotiku. Aku berpikir jika seharusnya aku tidak perlu menyapa mereka seperti itu. Aku sendiri tidak ingat jika mereka selalu bersikap dingin padaku, entah kenapa sejak kecil selalu seperti itu. Aku anak keempat dari lima bersaudara, dan satu-satunya anak angkat dalam keluarga ini. Aku tahu tentang kebenaran ini sejak kecil, entah bagaimana bisa aku menjadi bagian dari keluarga ini. Dulu saat aku masih kecil aku sering bertanya pada Mom, jawabannya selalu sama. Dia selalu tersenyum dan mengatakan jika aku ini putranya.

Louis dia saudaraku yang pertama, lalu yang kedua Zayn, yang ketiga Liam, dan yang terakhir yaitu Harry. Hanya Harry satu-satunya adik yang kumiliki.

"Pagi juga Niall." bisik seseorang disaat semuanya bercanda dan tertawa keras akibat lelucon masing-masing. Aku menoleh kesamping tempat dudukku, itu Liam.

Dia berbicara pelan kepadaku dengan senyum yang tipis sekali. Kemudian Liam mengalihkan pandangannya lalu kembali bercanda bersama yang lainnya sambil memakan sarapan. Aku terkejut dengan barusan terjadi. Meskipun hanya hal kecil seperti ini, aku senang jika ada yang menanggapiku meskipun hanya seorang.

"Good morning boys." itu suara satu-satunya perempuan di rumah ini. Dia menarik tempat duduk yang selalu dia tempati. Setelah itu datang seorang pria paruh baya berbaju rapi lalu duduk dikursinya.

"Morning."

"Hm, pasti kalian sudah tahu jika hari ini kita akan keluar negeri beberapa minggu untuk perkerjaan. Dad harap kalian bisa menjaga rumah ini baik-baik." ujar Dad tanpa berbasa basi.

"Lou, jaga saudaramu. Seperti biasa kalau ada apa-apa cepat hubungi Mom." ujar Mom pada Louis.

"Baik Mom."

****

"Mom berangkat ya. Jangan menyusahkan satu sama lain." ujar Mom pada kami berlima saat di bandara. Lalu kami memeluknya bergantian.

"Niall, jaga diri baik-baik dan selalu hubungi Mom ya. Kalau kau dimarahi saudaramu lagi tanpa alasan, beritahu Mom." bisiknya sambil terkekeh saat giliran kami berpelukan. Aku terkekeh, sambil mengangguk singkat.

"Iya Mom, hati-hati disana. Jaga kesehatanmu." pesanku, setelah itu Mom melepaskan pelukan kami. Aku melihat keempat saudaraku bergantian memeluk Dad, tetapi saat aku mendekat hendak memeluknya, dia langsung berbalik badan dan berjalan kedalam area yang dilarang masuk.

Sebenarnya tidak kali ini saja aku merasa sedih karena aku tidak bisa memeluknya. Jangankan memeluk, bahkan jarang sekali aku berbicara dengannya. Dari aku kecil, aku jarang sekali bisa memeluknya, tertawa bersamanya, atau hanya sekadar mendapatkan kecupan sebelum tidur. Hanya Mom yang melakukan itu padaku disaat semua saudaraku melakukan semua hal itu dengan Dad. Tiba-tiba sekelebat kejadian masa lalu teringat di kepalaku.

Hari itu pada malam salju dimusim dingin. Saat itu aku masih berusia 7 tahun. Aku dan semua keluargaku baru saja menyelesaikan makan malam. Tiba-tiba Dad memanggil kelima anaknya di ruang keluarga. Dia sedang duduk di kursi depan perapian.

"Boys, kemarilah. Dad akan menceritakan sebuah cerita pada kalian." katanya. Lalu aku dan keempat saudaraku berlarian menuju Dad.

"Ayo sini, Dad pangku. Kalian harus mendengarkan cerita dengan baik ya." katanya pada kami berlima. Aku dan keempat saudaraku mengangguk bersamaan.

Lalu dia menarik tangan Liam dan Zayn untuk duduk dipangkuan kaki kanannya. Sedangkan Louis dan Harry duduk di pangkuan kaki kirinya. Aku saat itu kebingungan mencari tempat dipangkuan Dad.

"Duduklah dibawah Niall." ujar pria itu.

"Tapi aku ingin duduk dipangkuan Dad."

"Apa kau tak tahu jika semua sudah ditempati oleh semua saudaramu? Duduklah di bawah jika kau mau mendengarkan cerita, kalau tidak kembalilah ke kamarmu saja."

Aku pun menuruti perintahnya, aku duduk dibawah kursi Dad untuk mendengarkan ceritanya. Ketika Dad mulai bercerita aku mendengarkan dengan seksama. Dad bercerita dengan semangat sambil sesekali bercanda dan memeluk keempat saudaraku di pangkuannya. Dalam batinku aku juga ingin sekali jika dipeluk oleh Dad.

Diluar rumah cuaca sangat dingin sekali tetapi udara didalam rumah sangat hangat dan nyaman. Tak terasa mataku pun tertutup perlahan, dan mulai tertidur. Tak lama setelah itu badanku terasa terangkat dari belakang. Saat itu aku sedang setengah sadar. Aku tahu jika Mom menggendongku dan diletakkan ditempat tidur, kepalaku pun diusap perlahan.

"Good night Niall. Mom menyayangimu." ujar Mom lalu pergi menuju pintu kamar. Dengan cahaya remang-remang aku melihat Mom dan Dad berpapasan di depan pintu kamar.

"Apa semua nya sudah tidur?"

"Ya, semua sudah tidur. Kuberikan mereka kecupan sebelum tidur agar mereka bermimpi indah." ujar Dad senang.

"Berikan dia kecupan sebelum tidur juga." bujuk Mom sambil menoleh padaku. Aku berpura-pura menutup mataku, lalu setelah beberapa saat aku mengintip lagi.

"Untuk apa? Kau saja." tolak Dad sambil pergi menjauh. Tak lama kemudian Mom mematikan lampu dan menutup pintu kamar perlahan.

Aku menghela nafasku. Itulah sebagian perdebatan Dad dan Mom yang didengar olehku sebelum tidur. Aku ingin sekali jika dipeluk dan disayang oleh Dad.

▶▶◀◀

Hai.. Ini fanfic kedua aku, maaf ya kalau masih ada kekurangannya. Gimana ceritanya? Vomments nya ditunggu.

♥Ez

z

I'm Here ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang