Chapter 21 : Hati Yang Patah

Start from the beginning
                                    

"Pulang yuk, udah gerimis." Ajak Keenan lembut lalu dijawab dengan anggukan oleh Citra.

Cengkraman lembut jari-jari Keenan dibahunya membuat Citra nyaman seolah-olah ia telah bersama Fariznya lagi. Mereka berdua bangkit dari jongkoknya berjalan menuju mobil di parkiran, baru setengah jalan hujan turun dengan derasnya mengguyur tanah. Dengan langkah seribu mereka berlari secepat mungkin menuju parkiran. Pakaiannya hampir kuyub diguyur hujan yang lumayan deras.

"Kuyub deh." Keluh Citra setelah masuk kedalam mobil.

"Mau kemana lagi?" Tanya Keenan dengan tangan yang siap menyetir.

"Pulanglah, basah begini."

"Yaudah." Jawabnya sebagai penutup pembicaraan.

Ia melajukan mobilnya keluar TPU dan menyisakan bercak tanah merah di roda mobil sportnya. Hujan semakin deras membuat beberapa wilayah ibukota terendam air dan lalulintas menjadi padat.

"Heran deh jakarta banjir mulu," gumam Citra menatap lurus keluar kaca mobil yang menyajikan pemandangan aspal terendam air kotor.

"Mungkin jakarta udah ditakdirkan sebagai kota banjir." Timpal Keenan membuat Citra menoleh kearahnya dengan seriangaian jijik.

"Jangan ngaco!" Pipi Keenan mendapat tempelengan pelan namun spontan.

"Tapi lo ketawa kan? Apapun bakal gue lakuin asalkan lo ketawa."

"Ha eng-nggak ketawa juga, sotoi banget lo." Cegah gadis itu dengan wajah muna ingin tertawa juga.

"Gak usah muna lo kalo mau ketawa ya ketawa aja." Tangannya meraupi wajah Citra yang berseri.

Pria itu merasa senang telah membuat gadis disebelah sedikit lebih bahagia. Dan tidak akan pernah jantungnya berdetak normal jika disaat seperti ini. Terlebih pada saat gadisnya menyandarkan kepalanya dibahunya, debaran didadanya lebih kencang 2 kali lipat seperti ingin loncat.

Salah satu tanganya mengusap puncak kepala gadisnya. Rasa itu masih melekat kuat pada hatinya. Ini adalah karma. Karma perasaan yang pernah ia bohongi pada dirinya sendiri bahwa ia sama sekali tidak mencintai Citra. Namun karma akan terus berjalan hingga ia terjerat perasaan bodoh ini selama 11 tahun lamanya.

Mau jadi PHO, rasanya gak enak ngerusakin hubungan temen sendiri. Tapi kalo didiemin aja, rasanya muak banget. Dirinya dilanda dilema tingkat raja.

"Sebenernya lo masih ada rasa gak sih sama Angkasa?" Tanya Keenan memulai pembicaraan. Kepala Citra sedikit mendengak. Pandangan mata Keenan terbagi atas dua pusat yaitu mata Citra dan jalan.

"Gue gak akan mencintai oranglain selain dia. Gue yakin dia juga sama hal kayak gue." Tukas Citra yakin.

"Kalo ternyata salah?"

"Gak akan salah."

"Kalo ternyata bener?"

"Apaan sih keen? Kalo gue nggak ada rasa sama dia, buat apa gue balikan sama dia?"

Tcklingg!

1 message is received.

Citra menegakkan tubuhnya setelah mendengar notifikasi pesan masuk.

From : Kakak

Cit lagi dimana sekarang?

To : Kakak

Otw pulang kak

Sent. Send

From : Kakak

Oh yaudah ati-ati ya

"Siapa?" Tanya Keenan setelah Citra kembali meletakkan ponselnya diatas dashboard.

BLITHEWhere stories live. Discover now