6/21

64 10 6
                                    

MAAAAAAAAAAAAAF SEBANYAK2 NYA UNTUK ANDA YG MEMBACA CERITA INI KARENA BARU UPDATE SKRG. maaf:( sorry:( gomenasai:( mianhae:( gua kemaren abis ukk yoo, mengerti lah ya :vplus kena writer's block.. sudahla, yg penting skrg kan udh update, baca aja ono bhay 

**

edited: 4/24/17 


 Naura berdiri di depan rumahnya, menunggu Thomas untuk menjemputnya. Mereka seharusnya melanjutkan presentasi geografi itu hari Sabtu ini. 

Lebih tepatnya, mereka harusnya sudah mulai mengerjakannya sejak dua jam yang lalu. Hanya saja, Thomas tidak ditemukan. 

 Akhirnya dia hanya membaca novel didepan rumahnya, tanpa mengetahui dua jam sudah berlalu. Ia marah. Walaupun Naura tidak mengalami kebosanan menunggu (berkat novel), ia tetap marah.

 Kesabaran Annisa sudah habis, tetapi ia memutuskan untuk menunggu 5 menit lagi, lalu ia akan membuat keputusan final.

5 menit. Hanya segitu waktu yang diberikkan kepada Thomas , dan jika ia tetap belum datang, Naura akan menolak mengerjakan presentasi mereka lagi sampai Senin depan.

Yah, 5 menit sudah berlalu. Naura sudah membuka pintu depannya dan memasuki rumahnya, tetapi tiba-tiba ada suara motor dari belakang. Ia berputar, dan Thomas sudah berada di depan rumahnya, sedang melepaskan helm nya. 

Setelah Thomas melepaskan helm tersebut, ia tercengir kearah Naura sementara perempuan itu melototinya. "Gua bisa jelas-" 

BRAK! 

  Naura telah membanting pintu sebelum Thomas bisa menyelasaikan kalimatnya.

 "Ra!" Thomas mendesah, langsung menuruni motornya lalu mengetuk pintu. Annisa menggelengkan kepalanya walau Thomas tidak bisa melihat, lalu bersandar pada pintu tersebut. 

 Naura meletakkan tangannya diatas pegangan pintu, dan saat ingin dibuka Naura langsung mengunci pintu. Ia mengerang lalu mengetuk pintunya dengan lebih keras lagi. "Rara, ayolah! Lu belom denger penjelasan gue kan?" 

Naura memutar bola matanya, memutuskan untuk tetap mengunci mulutnya. "Rara.. Ah, jangan baper ah. Sorriiii," mohon Thomas. 

Tanpa Naura sadari, amarahnya melunak. "Please, gua tau gua telat hampir 3 jam tapi jangan baper juga lah, penjelasan gua masuk akal kok. Sumpah. Biarin gua masuk?"

Perempuan dibelakang pintu itu mendesah. "Rara.. Gua tau lu masih didalem situ. Barusan gua denger suara lu, gausah belaga udah pergi. Bukain pintunya, pretty please?"  

Kasih masuk gak ya? Ah, auah. Naura mendesah sekali lagi sebelum membuka kunci pintu itu, lalu membuka dengan perlahan, menyiapkan muka masam. 

Seperti ia duga, muka Thomas langsung bersinar ketika Naura membuka pintu tersebut. "Astaga, thank you Ra. Gua tau lu bakal maafin g-" 

Thomas mengambil langkah untuk memasuki rumah tersebut, tetapi Naura langsung menghentikannya dengan menaruh tangannya di dada Thomas. "Siapa yang bilang gue maafin? Jelasin dulu ngape lu telat." Naura melipat kedua tangannya. Thomas cemberut.

 "Fine. Tadi pas gue udah mau berangkat kesini, tiba-tiba gua dapet ditelpon nyokap kalo bapak kandung gua masuk rumah sakit. Jadinya gua harus kesana, terpaksa. Walaupun gua gamau," Thomas mengucapkan kalimat terakhir dengan suara yang sangat kecil, lebih terasa seperti ia berbicara pada dirinya sendiri tetapi Naura mendengarnya. 

Ia tercengang. "Ba..bapak kandung? Yang kemaren bukan bapak kandung lo?" Thomas menggeleng. "Bapak tiri." Naura mengangguk dikit. "So..sorry." gumamnya. 

I Know PlacesWhere stories live. Discover now