Jun Jihyun

6.7K 389 13
                                    

Chapter 11

Jaejoong pulang ke rumah dengan lunglai. Sepanjang perjalanan ia tak henti-hentinya memikirkan obrolan karyawan di kantor Yunho mengenai dirinya. Seburuk itukah dirinya jika dibandingkan dengan mantan kekasih suaminya? "Aku memang tak pantas untuk bersanding dengannya. Sejak awal pernikahan ini memang salah. Hiks... hiks!"

Jaejoong hanya mengurung dirinya di kamar. Ia tidak bersemangat untuk melakukan hal apa pun. Ia benar-benar sedih dan menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Ia benar-benar tidak tahu diri. Seharusnya ia sadar bahwa ia tidak akan bisa menggantikan posisi wanita itu di hati Yunho, walaupun ia adalah istri sah dari pria itu. Raga Yunho memang bersama dirinya. Ia memeluknya setiap malam. Namun, bagaimana hati dan pikiran Yunho? Apakah hati dan pikiran Yunho juga ada bersamanya? Sepertinya tidak.

Jaejoong kembali memikirkan penyebab pernikahannya. Semuanya terasa aneh. Mengapa semua orang berpikir bahwa ia bermaksud untuk bunuh diri jika Yunho tidak mau menikahinya? Kabar tersebut bahkan sampai ke telinga karyawan Yunho. Siapa yang menyebarkan rumor tersebut? Siapa yang membuatnya?Ia menjadi sangat penasaran dengan semua yang terjadi.

"Jaejoongie, apa kau sedang tidur?" Ny. Jung sangat mengkhawatirkan menantunya. Tidak biasanya Jaejoong seperti ini. Biasanya Jaejoong akan memasak bersamanya, mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya, atau menemaninya mengobrol dan minum teh. Menantunya itu bukan tipe orang yang senang berdiam diri di dalam kamar. "Apakah kau sakit?"

Jaejoong terhenyak. Ia segera membuka pintu kamarnya dan menemukan ibu mertuanya. "Aku baik-baik saja, Bu." Ia memaksakan senyumannya. Ia merasa tidak enak kepada mertuanya karena sejak kembali dari kantor suaminya ia hanya berdiam diri di kamar. Tidak seharusnya ia seperti itu.

"Beristirahatlah jika kau sakit!" Ny. Jung membelai kepala Jaejoong. Ia sangat menyayangi menantunya itu. "Nanti sore kita pergi ke dokter." Terlintas di pikirannya bahwa menantunya itu sedang mengandung cucunya. Hal itu bisa saja terjadi, mengingat usia pernikahan putranya dengan Jaejoong sudah lebih dari satu bulan.

Jaejoong menggeleng. "Aku tidak sakit, Bu. Aku sehat." Ia keluar meninggalkan kamarnya. "Tadi aku hanya merasa lelah karena jalanan cukup macet."

"Apakah kau benar-benar yakin bahwa kau baik-baik saja?" Ny. Jung masih merasa khawatir.

Jaejoong mengangguk. "Benar, Bu." Ia membawa telapak tangan Ny. Jung ke permukaan dahinya. "Aku tidak demam, kan?"

Ny. Jung merasa sedikit lega karena Jaejoong tidak demam. "Apakah bulan ini kau sudah menstruasi?"

Jaejoong terkejut oleh pertanyaan ibu mertuanya. Mengapa Ny. Jung menanyakan hal itu kepadanya? Wajahnya memerah seketika. Ia bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran ibu mertuanya itu. "Belum, Bu. Sekarang memang belum waktunya." Ia memang belum mendapatkan haid bulan ini. Namun, itu bukan berarti ia sedang hamil. Ia tidak mungkin hamil karena ia dan Yunho belum pernah berhubungan seksual.

Ny. Jung semakin optimis bahwa menantunya itu memang sedang hamil. "Mungkin saja kau sedang hamil. Pokoknya nanti sore kita periksakan ke dokter kandungan."

"Tidak usah, Bu," tolak Jaejoong. Ibu mertuanya itu sepertinya benar-benar mengharapkan ia hamil. Hasil pemeriksaan dokter pasti akan membuat ibu mertuanya kecewa. "Nanti saja aku akan meminta Yunho untuk menemaniku. Ibu tidak perlu repot-repot," kilahnya.

"Baiklah kalau begitu." Ny. Jung menerima alasan Jaejoong. Ia berpikir bahwa Jaejoong pasti ingin ditemani oleh suami daripada ibu mertua untuk pergi ke dokter kandungan.

.

.

.

My Older Crush (Yunjae Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang