EPILOG

874 23 2
                                    


3 hari kemudian, aku bertemu kamu lagi. Namun bukan saat kita bersama, seperti yang kita lakukan.

Bukan disaat kamu menggengam tanganku erat, tertawa lebar, dengan senyummu yang membuatku rindu akan buaiannya.

Tapi saat kamu didalam peti bertanda salib, berpelitur indah. Aku menangis sedih, namun bukan meraung-raung seperti 3 hari lalu. Mamamu berdiri di sampingku, merangkul pundakku. Aku bersender lemah pada beliau, berusaha menekan semua perasaanku yang campur aduk.

Setelah upacara pemakaman selesai dan petimu diturunkan perlahan kedalam tanah, satu persatu orang mulai pulang, termasuk kedua orangtuamu.

Hanya tinggal aku. Kupandangi batu nisanmu yang berukirkan namamu dengan tulisan miring yang cantik. Aku sangat suka dengan tulisan itu, sangat klasik.

Aku berlutut disebelah makammu, memandangi fotomu yang tampan sekali. Disitu kamu tersenyum lebar, seperti yang biasa kau lakukan.

"Hai, Vid. Kamu pasti mendengarku, kan? Ya, di atas sana." ucapku menatap fotomu sendu. "Aku tahu, kamu pasti tersenyum, kan? Seperti biasanya, sesuatu yang aku sukai dari dirimu. Senyummu yang akan aku rindukan setiap detiknya."

"Aku ingin berterima kasih kepadamu karna telah memberikanku kenangan yang begitu berarti di hidupku. Menjadi temanmu dan pacarmu adalah hal yang paling berharga dalam hidupku, aku gak pernah menyesali pernah bertemu kamu, berkenalan denganmu, dan mencintaimu begitu dalam. Semua hal yang kamu lakukan, tiap detiknya, adalah momen terindah yang akan selalu aku ingat." aku menghela napas.

"Kamu telah menempati hatiku paling dalam, kamu gak akan terganti. Aku sangat bahagia bersamamu. Dan perasaan ini akan terus tumbuh, mengalir di setiap hembusan napasku. Di setiap hari, hati ini terus menyebutmu sebagai pemiliknya." lanjutku, tersenyum kecil.

"Wah, tampaknya aku harus pergi." aku melirik jam tangan lalu berdiri "Sekali lagi, terima kasih, dan selamat jalan. Oh ya, harus satu hal yang kamu harus tahu. Aku tetap mencintaimu, menyayangimu walau kamu telah pergi. Hati ini.." aku menyetuh dadaku "Tetap akan menjadi milikmu." aku tersenyum.

"Sampai nanti, David. Semoga kamu bahagia disana, sampai bertemu di lain waktu.." ucapku, lalu pergi meninggalkan makammu.

Matahari bersinar terang, menyinari makammu, dan fotomu terlihat lebih ceria.

Elastic HeartWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu