STORY

3.6K 87 8
                                    

Kutatap bayanganku di cermin. Setelan kemeja putih dan celana hitam, tampak serasi dengan rambut coklat lurusku yang di kuncir ala ponytail.

Aku siap untuk wawancara pekerjaan baruku.

Kukibaskan kedua tanganku dan menatap mataku di cermin, biru muda tampak gugup.

Kukepalkan jariku, tidak, aku tidak boleh gagal kali ini. Aku memerlukan pekerjaan ini untuk menambah penghasilanku.

Kutarik tas kerjaku lalu beranjak keluar apartemen. Ku kunci pintu apartemenku dan mulai melangkah menuju lift.

***

Jalanan di New York tampak sibuk, seperti biasa. Banyak orang berlalu lalang dan mobil-mobil tumpah ruah di jalan. Aku menyebrang lalu berhenti di salah satu kedai kopi kecil.

Goffell's Coffee Shop.

Aku menatap tulisan yang ditempel depan kaca 'Membutuhkan karyawan / karyawati, berusia 18-25 tahun. Jujur, pekerja keras, bertanggung jawab.' Masih sama seperti dengan yang terakhir kulihat.

Ku kibaskan kedua tanganku, dan membuang napas. Aku yakin aku bisa.

Kudorong pintu masuk, sehingga pintu itu berdenting. Kulihat suasana kedai itu belum terlalu ramai, hanya 1-2 orang yang duduk di pojok ruangan sambil meneguk kopi ataupun membaca koran.

Ruangan inipun tidak terlalu besar, hanya di tengah ada meja bar panjang berbentuk persegi panjang yang dilatari dengan rak kaca berisikan beraneka macam jenis biji kopi maupun teh. Di atas meja bar, ada 2 mesin kopi dan lemari kaca panjang berisikan aneka dessert yang menggiurkan.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya seseorang tiba-tiba. Aku menengok, dan mendapatkan seorang pria berperawakan asia berdiri dihadapanku dengan mengenakan baju ala koki hitam, namun ini lebih sederhana.

Wajahnya tirus putih, dengan mata coklat dan rambut jabrik acak berwarna hitam. Dia mengenakan pakaian koki berlengan pendek dan celana jeans biru dongker.

Dia menatapku dari atas hingga kebawah "Eh, aku hanya ingin, eh, uhm..." aku diam sejenak untuk menenangkan pikiranku "Aku ingin melamar pekerjaan disini." ucapku, akhirnya.

"Seriuskah?" Dia tampak kaget, lalu nyengir "Seharusnya, kau tidak perlu berlebihan menggunakan pakaian formal seperti itu." Komentarnya, membuatku melongo. Ini orang maunya apa, sih?

Dia menengok ke arah bar lalu berteriak "Ellena! Ryan! Kita kedapatan rekan kerja baru!" Serunya. Lalu kulihat dua orang keluar dari pintu belakang, satu perempuan berambut pendek berwarna merah dan satu laki-laki berambut klimis pirang. Mereka menatapku.

"Kenalkan, dia adalah rekan kerja kita." Ucap cowok ini memperkenalkanku. Aku shock berat "Hei, kau jangan bergurau. Aku baru saja tiba disini, dan kau langsung berkata seperti itu? Bahkan kau tidak tahu namaku" seruku kesal.

Cowok itu menatapku "Kau tidak perlu berpakaian formal seperti itu. Yang penting intinya kau mau bekerja disini, dan kau pasti jujur karena kau dengan berani mengata-ngataiku secara langsung. Yeah, kau diterima." ucapnya.

Ini cowok benar-benar gila!

"Eh, Jade. Siapakah dia? Kok, kau tiba-tiba menerimanya menjadi karyawan disini?" Tanya cowok berambut klimis itu yang kuduga bernama Ryan.

Cowok bernama Jade di sampingku hanya melipat tangannya di depan dada "Kita sedang memerlukan orang, bukan? Dan lagipula aku meyakini dia juga menerimanya" lalu dia menatapku.

"Siapakah namamu?"

"Bukan urusanmu" celetukku langsung.

Dia tersenyum dingin "Itu urusanku karena aku sekarang atasanmu." Ucapnya.

Elastic HeartWhere stories live. Discover now