Part 2

3K 104 3
                                    

Aray's POV
Butuh waktu lebih dari 10menit untuk membuat mataku terbuka dengan sempurna. Aku benci senin pagi. Hari yang membuatku harus rela kehilangan waktu untuk berhibernasi lebih lama. Aku meregangkan tubuhku dan bangun terduduk. There will be another hard day, batinku. Jujur saja, aku masih belum beradaptasi dari kebiasaanku tidur larut malam untuk melakukan kegiatan favoritku. Youtube. Entah apa jadinya aku jika tidak ada Youtube.

Aku menyeret kakiku, berjalan dengan gontai menuju kamar adikku. Ken, namanya. Kami berdua sama sama menyandang nama Hadiwijaya. Tentu saja, itu pemberian ayahku.

Aku Aray. Arayandi Putra Hadiwijaya. Sampai detik inipun aku belum mengetahui arti nama Arayandi. Ntahlah, aku senang menyandang nama ini. Aku anak pertama dari 2 bersaudara. Sialnya, adikku laki-laki. Pupus sudah harapanku mempunyai adik perempuan imut-imut.

Namanya Ken. Dolken Mario Hadiwijaya. Perbedaan usia yang hanya terpaut 2 tahun membuat aku dan adikku mustahil lepas dari perdebatan hebat. Membuat ibukku harus menaikkan suaranya hingga oktaf tertingginya.

Kuketuk kamar ken dengan malas. "Ken, bangun" ku ketuk lagi hingga lebih dari 3 kali. Tak ingin merusak mood pagiku, aku lewati saja kamarnya lalu bergegas turun untuk mandi.

Kunyalakan shower, lalu aku segera berdiri tepat dibawahnya. Membuat air itu jatuh tepat diatas ubun-ubunku. Aku segera membersihkan badanku seraya menguatkan niatku untuk menjalani hari ini.

==================

"Aray.. Ken? Cepat turun. Kalian tak ingin di hari pertama sekolah terlambatkan? Bergegaslah! Papa sudah siap" teriak mamaku dari ruang makan.

Sambil mengencangkan dasi seragamku, aku berjalan menuju ruang makan. Kutemui kedua orangtuaku yang sedang berbincang di meja makan.

"Pagi ma..pa" sapaku. Formalitas. Jujur saja aku masih ingin bersama kasurku tercinta!

"Cepatlah habiskan makananmu, jangan melewatkan hari pertama ini, kak." Mamaku kembali meloloskan nasihat dari mulutnya.

Ya. Ini hari pertamaku bersekolah di SMA. SMA apa ya namanya? Aku lupa. Yang jelas, kata papa sekolah ini sangat bagus.

Kulihat Ken menuruni tangga dengan malas. Menyeret langkahnya gontai. Kucium aroma parfum yang berlebihan ketika Ken melewati kursiku.

Kutoyor kepalanya. "Lo mau sekolah? Apa mau ngecengin cewe-cewe hah? Bau lo kaya bunga pemakaman." Sindirku.

Dia hanya membalas omonganku dengan tatapan sinis. Lalu segera menarik kursinya untuk duduk dan menikmati sarapan pagi.

Wajar sih, ia baru saja naik ke kelas 8. Yang artinya ia akan menjalani hari-harinya sebagai kakak kelas. Aku yakin dia akan berdiri didepan kelas sembari menggoda dedek dedek gemas yang lewat.

"Aku berangkat ma." Ujarku sambil bergegas meninggalkan meja makan.

"Ehh... gak bareng Ken?" Mamaku bertanya tanpa melihatku.

"Gak ma, ray buru-buru. Aray berangkat ma, pa." Ucapku sambil menyambar jaket dan helm ku.

===============

Motorku melaju dengan kencang, membelah padatnya kota Bandung yang pagi ini terlihat lengang. Wajar saja, ini masih sangat pagi. Bahkan jarum jam belum menunjukan pukul 6.
Kupacu motorku lebih kencang lagi. Sembari bersenandung kecil mengamati kota Bandung. Aku jadi ingat, ketika mama bercerita bagaimana ia bisa bertemu dengan papa. Aku ingat betul bagaimana mata mama berbinar-binar dan semburat merah tampak jelas pada pipinya. Mama benar-benar jatuh pada Papa.

Jujur saja, aku juga ingin merasakannya. Membayangkan hal itu membuatku senyum senyum sendiri. Aku jadi ingat, cinta pertamaku, sekaligus mantan pertamaku,  Michi. Dia sekolah dimana ya sekarang?

Aku segera mengurangi kecepatan motorku saat mulai memasuki kawasan sekolah baruku. Oh, aku ingat. SMA DIRGANTARA namanya. Kulihat beberapa siswa masuk ke gerbang sekolah itu.

Tetapi ada yang aneh, ada dua mobil yang berjajar dan dua orang lelaki sedang berbicara. Oh, bukan berbicara. Berdebat lebih tepatnya.

Saat aku mendekati mereka, kudapati pula seorang gadis yang tengah menatap salah seorang lelaki yang sedang berdebat.

Tak ingin menyia-nyiakan waktu, ku bunyikan klaksonku keras keras.

TIIIIIIIIINNN!

Tepat dugaanku. Cewek itu berbalik arah menatapku. Tatapannya terlihat tidak bersahabat. Ia menyedekapkan tangannya di depan dada.

"Woy, biasa aja dong." ujarnya kesal sembari menghentakkan kakinya. Aku hanya menaikkan alisku dan kembali membunyikan klaksonku dengan kencang.

Gadis itu mendecak kesal sambil mengacungkan jari tengah kearahku.

Gadis aneh, batinku.

Ia menarik lengan laki-laki, yang baru ku sadari adalah abangnya, yang terlihat kebingungan lalu menunjuk ke arahku sembari mengucapkan beberapa kalimat yang tak lama kemudian segera dipahami abangnya itu.

Tak lama kemudian ia memindahkan mobilnya lalu memarkirkan di tempat yang seharusnya. Begitu pula dengan lelaki yang tadi berdebat. Ia segera memarkirkan mobil mahalnya yang terlihat mengilat dibawah paparan sinar matahari.

Benarkan dugaanku?

Hari pertama yang cukup aneh untuk dikenang, batinku.

Aku bergegas memarkirkan sepeda motor kesayanganku. Lalu, melenggang masuk ke gedung megah itu.

Kejutan apalagi yang akan aku dapatkan? Entahlah. Aku harap hari ini berjalan cepat.

HAI FELLAS! WASSUP! KEMBALI DI PART 2 INI HAHAHAHAHA.
Memang agak absurd karena ini tulisan pertama author. Jangan lupa yaa vote, comment, share and like ya!

maaf apabila terdapat banyak kesalahan, typo ataupun kata yang ganyambung . Karena aku nulis disela-sela waktu senggang. Aku harap kalian suka yaa❤

Aku, Kamu Dan HujanWhere stories live. Discover now