DUA

1.9K 123 0
                                    

Ary berjalan layaknya habis disunat. Ia mengumpat, menyalahkan Alya.

Gadis angkuh, cuek, brandal, lemot. Tapi dia lucu, seperti namanya.

Aurora Latiffany.

Pada bingung kan kenapa dia di panggil Alya? Sama, author juga bingung.

Dianya aja yang maksa dipanggil Alya.

Ary melangkahkan kakinya menuju kelas. Ini jam terkahir, jadi ia bolos selama 4 jam pelajaran.

Ary langsung masuk tanpa mengetuk pintu dan menyapa guru yang sedang menerangkan pelajaran di papan tulis.

"Ary dari mana kamu?!" tanya pak As.

"Dihukum pak." ucapnya santai lalu duduk begitu saja dikursinya.

"Yasudah." Pak As kembali mengajar.

"Nyet, kenapa lo?" tanya Reon.

"Anjrit, masa depan gue dihancurin sama kuntilanak."

Tawa Reon meledak, hingga seisi kelas melihatnya dengan tatapan ngeri.

Dua sejoli itu hanya nyengir-nyengir bego. Bego emang.

"Sabar ya bro. Makanya lo jangan cari masalah sama dia, dia pembawa sial."

Rahang Ary mengeras mendengar pernyataan tersebut. "Ngomong sekali lagi, gue botakin bulu idung lo!"

"Ebuset, pms ya lo?"

"Bodolah gue mau tidur."

Ary tidur dengan posisi senyaman mungkin. Tak lupa ia menutupinya dengan buku. Aman, batinnya.

--

"Awhh Buk sakit Buk, lepasin dong. Awh awh." Alya meringis kesakitan karena telinganya ditarik.

"Pantes orang tua kamu namain kamu sama kaya putri tidur. Hobinya tidur mulu dikelas, ya!"

Alya tersenyum kecut mendengar penuturan gurunya itu. Orang tua. Ia masih bingung dengan kosa kata itu.

"Ih ibu mah, Aurora itu princess Buk, cantik, bohai, imut. Macem saya gini." ucapnya sambil membenarkan kerahnya.

"Pede banget kamu. Udah sekarang kamu kerjain yang-- teeetttt."

Bel sekolah berbunyi, Alya beryes-yes ria karena tak jadi di hukum Bu Karin.

"Sekian dari saya, sampai bertemu besok. Oiya Alya kamu saya hukum membersihkan kelas 12 ips. Se-mu-a-nya. Terimakasih."

"Ah sial!" Alya menghentak-hentakkan kakinya kesal. Teman-teman sekelasnya hanya tersenyum mengejek ke arahnya.

Ia membawa sapu, ember, dan pel menuju kompleks anak ips. Di lorong lantai satu, ia tak sengaja bertemu dengan orang yang paling ia sayangi.

"Olivvvvvvvv." panggilnya setengah berteriak. Kemudian menghampiri gadis itu.

"Hai, Kak. Kakak ngapain bawa gituan kesini?" ucap Oliv, adik Alya.

"Biasa, gue dihukum lagi." Oliv terkekeh pelan.

"Makanya Kakak jangan suka tidur di kelas. Dasar Aurora!"

"Ye sialan, yaudah gue ke kelas 12 dulu." pamit Alya, namun ditahan oleh Oliv. "Titip salam buat Kak Ary, yah."

Alya memutar bola matanya malas. "Ogah!" ia lalu meninggalkan Oliv yang masih senyum-senyum memikirkan Ary.

Alya membersihkan kelas 12 ips mulai dari 12 ips 1. Ini sangat mudah, karena ia sudah biasa melakukannya dirumah. Hanya saja, ia malas jika harus bertemu anak-anak ips. Itu hanya akan membuat hatinya panas akan omongan-omongan nggak penting itu.

Sudah hampir satu jam ia membersihkan kelas-kelas. Tugasnyapun juga hampir selesai. Ia menarik nafas, dan menghembuskannya pelan. Ia malas jika harus berurusan dengan orang itu lagi.

"Ngapain lo kesini? Ngebabu lagi, huh?" tanya Steffy, queen bee di SMA Nusa Bangsa ini.

"Bacot. Dah cepet keluar sebelum lo gue siram pake aer ini." ucap Alya ketus.

"Wow, babu kita marah guys." teriaknya kepada teman-temannya.

Emosi Alya memuncak, ia ingin menyiram Steffy dengan air hasil ngepel tadi. Namun sebelum itu terjadi, antek-anteknya Steffy sudah lebih dulu menyiramnya dengan jusnya.

"Bhay, udik." Steffy dan atek-anteknya pergi meninggalkan kelas 12 ips 7.

Alya hanya mengelus dadanya sabar. Ia sudah biasa menerima ini.

Kini ia meratapi rambutnya yang lengket akibat jus yang tadi ditumpahkan ke kepalanya.

Tapi ia tak mempedulikan itu, ia melanjutkan hukumannya untuk membersihkan kelas. Sampai ia sadari, bahwa masih ada satu orang yang tertidur. Alya mengerucutkan bibirnya. Ia tau bahwa cowok itu adalah Ary.

Tiba-tiba, sebuah lampu menyala terang dikepalanya. Ia mengambil penghapus papan tulis.

Dengan telaten ia menempelkan penghapus itu ke wajah Ary, layaknya orang memakai bedak. Ia cekikikan sendiri melihat hasil karyanya. "Perfect!"

Alya kembali melanjutkan menyapu lantai. Setelah dirasa bersih, ia ingin mengepelnya. Namun, ia teringat sesuatu.

"Heh, bagong. Bangunnnn." teriak Alya sambil mengguncang-guncangkan tubuh Ary. Ia berusaha menahan tawanya mati-matian.

"Apaan sih sayang, aku masih capek." ucap Ary belum sadar. Seketika Alya melotot mendengarnya. "Iyuuuh, sayang palelo sempal."

Dengan geram, Alya mencubit pinggang Ary dengan sangan keras.

"Sialan, sakit babiii." teriak Ary kesakitan. Alya hanya bisa tertawa keras melihat Ary seperti itu.

"Heh, dugong. Sialan lo, awas ya." Ary langsung menerjang Alya dan menggelitikinya.

"Bagong, stop gong. Anjer geli wehh." teriak Alya meronta-ronta sambil tertawa.

"Nggak, gue bakal gelitikin lo sampe mampus." ucap Ary lalu tertawa jahat.

^^

Still absurd, yeah.
Sorry for the typos
Enjoy it;)

January (AI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang