Chapter 4

4K 164 0
                                    

Vote Sebelum Baca !!!

***

Kepala Ave bersandar pada bahu Arthur. Ia benar-benar kelelahan setelah ia mendapatkan dua pelepasan dari lelaki pendiam itu. Arthur memeluk Ave dengan erat sambil jari-jarinya berusaha untuk melepaskan kaitan bra Ave. Bahkan Ave bernafas melalui mulutnya sekarang. Rambutnyapun telah basah. Arthur memberikan Ave pernafasan sejenak sebelum ia bermain pada permainan yang utama. Karena Arthur tahu, ini akan berlangsung lama. Ia tahu Ave tidak akan sanggup untuk menampung seluruh hasrat Arthur yang menggebu-gebu. Arthur memang pintar untuk menyembunyikan perasaannya. Setelah beberapa menit Ave beristirahat, ia mengangkat kepalanya dari bahu Arthur.

"Kau gila," bisik Ave menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Berdiri," Arthur mengabaikan komentar Ave yang tidak sama sekali penting untuknya. Namun mendengar suara Arthur yang dingin serta memerintah, Ave bangkit dari bath-up. Disusul oleh Arthur yang sambil menarik tali bra Ave agar lepas dari tubuh Ave. Arthur menelan ludahnya, tak kuasa untuk menahan rasa laparnya terhadap wanita di hadapannya. Buah dada Ave benar-benar pas dengan ukuran tubuhnya. Arthur menyukai bentuk tubuh Ave. Matanya dari tadi tidak berhenti menatapi kedua gundukan gunung yang cukup besar milik Ave. Lalu tangan Arthur mulai menyentuh pinggang Ave, menariknya agar lebih dekat dengan tubuhnya. Saat tubuh mereka bersentuhan, Ave dapat merasakan sesuatu yang keras di bagian perutnya. Ya ampun, pasti ukurannya besar sekali. Ave benar-benar ketakutan jika miliknya yang kecil akan dimasuki oleh ereksi Arthur yang besar. Ia takut miliknya rusak.

"Apa kau akan melakukannya kasar denganku?" tanya Ave, mendongakan kepalanya, menatap langsung pada mata Arthur yang misterius. Arthur tidak menjawab pertanyaan Ave, namun ia langsung menarik paha Ave sehingga Ave memeluk leher Arthur, refleks. Digendongnya Ave untuk keluar dari bath-up. Mengapa Arthur tidak menjawab pertanyaannya? Apa yang salah dengan pertanyaan itu? Atau mungkin ..ya ampun. Sekarang Ave merasa sangat bodoh. Jika ia berhubungan badan dengan Justin, Arthur atau teman-temannya yang lain, itu sama dengan Ave sedang berhubungan badan dengan rekan kerjanya sendiri. Atau sama dengan Ave mencoba untuk menggoda Arthur untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dari perjanjian yang telah ditetapkan. Atau sama dengan Ave adalah wanita murahan. Tersadar akan pikirannya yang jernih, Ave menatap Arthur dengan tatapan yang angkuh setelah tubuhnya berdempetan dengan tembok. Arthur tentu saja dapat melihat perubahan wajah dari Ave sehingga ia tersenyum kecil. Sial, senyuman itu jarang sekali Arthur keluarkan.

"Kau ingin berhubungan badan denganku? Pft! Aku tidak sebodoh yang kaukira. Aku tidak ingin berhubungan badan denganmu, aku bukanlah wanita murahan yang sama dengan wanita lain yang pernah kautiduri. Ini bukan gayaku, aku tidak mendapatkan pekerjaan melalui hubungan badan. Sekarang, izinkan aku untuk mengeringkan badanku. Dan pulang," ujar Ave panjang lebar sehingga itu membuat senyuman Arthur semakin lebar. Salah satu tangan Arthur ia tempatkan di salah satu sisi kepala Ave. Sedangkan tangan yang lain menyentuh bagian tengah dada Ave dari leher hingga perutnya yang rata. Namun dengan cepat Ave menepis tangan itu.

"Jauhkan tangan kotormu itu dari tubuhku, aku ingin pulang,"

"Mengapa?"

"Karena aku tidak ingin dikatakan wanita jalang murahan. Tidak, aku tidak akan melakukan hubungan badan jika itu berlandaskan atas suatu pekerjaan atau suatu perasaan omong kosong," ujar Ave, kali ini suaranya lebih tegas. Itu membuat senyuman yang Arthur perlihatkan menyurut begitu saja. Arthur tidak mungkin melepaskan wanita sialan ini dari tangannya. Ia harus tidur dengan Ave sebisa mungkin dan selama mungkin sebelum kepribadian yang muncul hanya karena mereka lebih kuat dibanding Arthur. Karena Arthur sekarang sedang terpuruk, rasanya ia ingin berada di dalam tubuh Justin begitu lama. Ia tidak ingin muncul dari tubuh Justin sebelum ia bertemu dengan Ave. Namun Ave membuatnya lebih kuat setelah tadi siang ia bertemu dengan Ave. Ada daya tarik tersendiri yang dilakukan oleh Ave terhadap dirinya. Tiap kali Ave menatap mata Arthur, senyum kecil yang tiba-tiba muncul di wajahnya terjadi begitu saja tanpa ada keinginan dari tubuh Arthur. Apa-apaan yang terjadi pada Arthur? Apa Arthur benar-benar menyukai Ave? Karena sebelumnya, Arthur tidak pernah menyukai siapa pun di dunia ini. Kecuali Ave. Bibir Arthur menjadi sebuah garis lurus yang tegang serta rapat, ia tidak tahu bagaimana harus menangani wanita ini. Awalnya ia pikir akan mudah tidur dengan Ave, tapi ternyata tidak. Ave berpikiran negatif terhadapnya. Ia hanya ingin memiliki waktu bersama dengan Ave yang ia sendiri bingung mengapa ia menginginkan ini begitu buruk.

Criminal Crime | Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang