Part 4

124 12 0
                                    


HAPPY READING, GUYS! 

....


AUTHOR POV

Deyan tak fokus apa yang diterangkan Pak Sutejo saat ini. Fikiranya berkelana kemana mana. Ia hanya termangu di tempat duduknya menghiraukan mapel yang sedang berlangsung.

"terlalu cepatkah aku menyimpulkan bahwa aku jatuh cinta padanya?" batinnya bertanya

Deyan dan Tea kini tampak lebih dekat. Kini mereka bersahabat sejak kejadian di taman 3 bulan lalu. Namun, bukankah persahabatan diantara laki laki dan wanita atau lawan jenis tidak benar-benar ada? Tentu saja ada salah satu yang berharap lebih dari kata 'persahabatan'. Friendzone? Kurang lebih seperti itu.

Sebut saja egois. Ingin memiliki namun takut kehilangan, cukup selalu ada disisinya membuat Deyan bahagia dan cukup. Itulah yang dirasakannya kini. Biarlah ia terjebak dalam istilah 'Friendzone' saat ini.

Asal ia tak kehilangan gadisnya dari genggaman dan pandangannya.

Asal ia terus melihatnya tersenyum walau ia harus menerima kenyataan ada nama seorang pria yang terukir khusus di hatinya.

Asal ia terus melihatnya tertawa meski hatinya perih bahwa gadisnya tak mengetahui perasaanya.

Bodoh? Hell, tentu.

Namun apalah daya apabila perasaan yang bernama cinta tak bisa kau salahkan. Menyebalkan, bukan?

*****

Deyan POV

Kini aku berjalan menuju kelas Tea setelah tadi membereskan buku-bukuku. Dan saat ini aku menunggu Tea di luar kelasnya.

Semenjak bersahabat dengan Tea, kebiasaanku saat istirahat sekolah yaitu mengunjungi kelas Tea untuk mengajaknya makan di kantin.

Berbeda dengan saat di SMP dulu. Waktu luangku ketika SMP hanya kuhabiskan di perpustakaan dan ruang TIK. Aku tak memiliki banyak teman di kelas kecuali Deno teman sebangku ku yang bersahabat dengaku sejak diriku dan dirinya berbentuk zigot karena orangtua kami bersahabt sejak kecil. Deno pula lah yang menjadi partner in crime ku.

Kalian pasti bertanya. Lalu, kemana Deno saat ini?

Deno melanjutkan sekolahnya di luar negeri mengikuti orang tuanya untuk beberapa tahun. Kakek Deno menyuruh papa Deno untuk mengurus perusahaan cabang yang ada di Inggris. aku kesepian tanpanya. Biasanya ia tak segan segan mencoreti wajahku dengan lipstik saat aku tertidur. Entah darimana ia mendapatkan lipstik itu. Huft. Ah, sudahlah. Mengapa aku membahasa monyet tengil itu? -_-"

Lamunanku tentang Deno pecah saat mendengar suara merdu malaikat tanpa sayap menepuk pundakku.

"Yan, Deyaaaaaan" jeritnya sambil menepuk pundakku

"setdaaah, yang lembut, kek. Ini teriak pake toa!" sungutku

"Gila ya, lo. Gue udah manggil dari tadi peak! Dari cara yang terlembut hingga ke paaaaaliiing lembutt"

"Lembut pala lo peyang!"

"hehe, peace" sambil mengangkat tangan kirinya membentuk huruf peace

"eh ke kantin ajah yuk. Jadi lebay nih gue"

"lebay? Bukannya lo emang udah lebay dari orok yahh? Hahahahaha"

"anjir lo. Yang gue maksud lebay itu lemes bray, hehe"

"hallah, gini nih korban iklan. Jadi gaje gitu"

"ah udah. Cepetan ke kantin yuk. Nih peliharaan gue udah meronta minta korban tau" Tea pun menarik Deyan.

Saat Tea sudah berada di Kantin, pandangannya langsung tertuju pada si pemilik mata hazel yang setiap malam ia mimpikan. Genggamannya pada tangan Deyan pun ia lepas.

"eh, kenapa lo Te? Katanya udah lebay,trus knapa lo berhenti?"

"em anu anu, itu em.."

"anu anu? Apaan sih lo mesum deh"

"ih apasih Deyan. Lo tuh yang mesum. 'anu-anu' menurut gue bukan kayak 'anu-anu' yang ada di otak lu itu"

"lah trus 'anu-anu' apaan?" selidik Deyan

"tau ah. Kepo banget sih lo. Kita ke taman belakang ajah yuk"

"tap.." belum sempat Deyan bicara, ia langsung ditarik begitu saja oleh Tea

THEO POV

"hari ini, kalian boleh mesen apapun yang kalian mau. Biasalah, uang di dompet pengen gue abisin secepatnya" kata Theo pada Andre dan Arion

"widdih, Theo ganteng deh kalo gitu. Ya gak On?

"iya bener Dre. Jadi pengen meluk deh."

"ih apaan sih kalian berdua. Jijay deh. Sana cepetan mesen deh Dre"

"iya iya. Theo sensi amat kayak cewek lagi PMS deh"

"sana sana cepetan"

Andre dan Ardion pun bangun dari tempat duduknya untuk memesan makanan.

Aku melihatnya. Dia disana. Si mata pekat berdiri di ambang pintu kantin. Tapi mengapa Deyan bersamanya? Mereka bertemankah? Tapi kenapa dia menggenggam tangan Deyan? Apa hubungan mereka?

..

..

..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang