Part 3

135 14 0
                                    

Author POV

Bruuk..

Suara jatuh seseorang itu terdengar oleh pria tampan berkacamata yang tak jauh dari tempat duduknya. Perhatiannya tertuju pada gadis itu dan meletakkan bukunya sejenak. Wajahnya tak begitu jelas. Hanya terlihat dari samping. Tampak seorang gadis yang sama seperti dirinya jatuh karena menubruk punggung tegap seseorang hingga rok yang dipakainya tersingkap sedikit memperlihatkan celana dalamnya yang entah bergambar apa.

Gadis itu bangkit untuk mendongak siapa yang ditabraknya namun dua detik kemudian dia kembali menunduk. Sebenarnya salah dirinya sendiri juga karena berjalan dengan menunduk.

Entah apa yang di bicarakan mereka. Gadis itu nampak menciut.

Disamping pria itu ada sesosok pria lagi yang terlihat menggodanya. Mungkin dia menggoda gadis itu dengan insiden roknya yang tersingkap sehingga membuat wajah gadis itu memerah.

Gadis itu berlari menjauh dari kerumunan yang mengerubunginya. Mengarah ke toilet.

Pria yang memandangnya dari jauh itu menyunggingkan senyum tipisnya. Menarik dan polos ujarnya dalam hati

..

..

..

Hizki Ardeyan Genendra POV

Aku bangkit dari duduk manisku dan membawa buku yang tadi aku baca ke genggamanku. Gadis itu menarik perhatianku. Entah mengapa. Darahku terasa berdesir begitu hebat.

Saat ia berlari kearah toilet aku sengaja mengikutinya dan menunggunya dekat area kantin. Kurang lebih 10 meter dari area Toilet. Tak terasa 5 menit berlalu dan ia belum keluar juga. Namun menit berikutnya ia keluar dari toilet dan berjalan menunduk kearah taman belakang yang cukup sepi.

Aku mengikutinya dengan langkah besar namun tetap santai.

Kini tatapanku mengarah padanya yang duduk di bangku kosong taman lalu ia menutup matanya menikmati hembusan angin. Rambutnya melambai ingin di belai. Hm, oke ini lebay.

Entah darimana magnet yang tak kasat mata itu membuatku berani untuk berjalan kearahnya. aku berjalan menuju bangku yang didudukinya dengan pelan lalu duduk disebelahnya. Menatapnya dengan jarak yang dekat dan memandangnya intens.

Memperhatikannya dalam jarak dekat saja dapat membuatku berdebar-debar. Lalu bagaimana kondisi jantungku bila nanti ia aku per- istri yang akan berada di rengkuhanku sambil menatap senyum indah di wajahnya setiap bangun tidur?

Membayangkannya saja aku tak berani. Lupakan. Itu hanyalah hayalan yang tak akan bisa menjadi nyata. batinku seraya menggelengkan kepala menghilangkan hayalan konyolku

Sadar aku perhatikan, ia mengerjapkan matanya dan menoleh ke arahku.

Aku salah tingkah dan malu. Mungkin mukaku memerah saat ini.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal dan memulai pembicaraan.

"Ehm.. Ha.. Hai" sapaku kikuk

"Hai juga" jawabnya tersenyum manis kearahku.

Aku merasakan pasokan udara disini menipis ketika melihat senyumnya.

Gila. Senyumnya, men! Abang melting, dek. Jerit batinku dalam hati.

"Nama gue Hizki Ardeyan. Panggil aja gue Deyan. Kelas X IPA 2. Kalo situ?" tanyaku. Apakah kalian bertanya tanya mengapa aku menyembunyikan margaku?

Jawabannya adalah karena aku tidak mau mereka mengetahui margaku.

Aku benci orang munafik.

"Nama gue Artea Crysta White. Lo bisa panggil gue Tea. Gue kelas X IPA 1. " jawabnya

"Wah kalo gitu kelas kita tetanggaan, dong, kelasnya?" jawabku sok enggak tahu. Padahal, kan, tadi aku melihat tontonan gratis yang dibuatnya.

"wah iya yah. Gue juga baru nyadar"

"Bolehkan gue jadi temen lo?" tuturku

"Boleh, lah. Enggak ada yang ngelarang kok." Tuturnya dengan halus disertai sunyum tipisnya.

"well, salam kenal kalo gitu" jawabku sambil menyodorkan tangan kananku dan terseyum manis

"hmm, oke" menyambut jabatan tanganku diiringi senyumnya

Yess! Finally! Batinku tersenyum cerah

..

..

..

..

Author POV

Kriingg.. kriiing..

Bel sekolah pertanda jam istirahatpun telah selesai

"eh, Yan. Tuh udah bel, gue duluan ya ke kelas. Denger denger guru mata pelajaran matematika kelas gue itu killer. Err." gerutunya

"siapa namanya?" Deyan memicingkan mata diliputi kekepoannya

"Bu Endang Suraswati"

"eh? Kok samaan. Gilaaaa. Beneran killer? Habis pelajaran Biologi gue ada pelajaran Matematika. Bete gue." Kini Deyan yang asik menggerutu

"Iya. Udah, ah. Gue ke kelas dulu. Bye!" ucapnya sambil say good bye

"Oke, bye!" balas Deyan

Tea dan Deyan memutuskan kembali ke kelas. Namun, Tea berjalan terlebih dahulu dan berjalan lebih cepat dari Deyan karena jarak kelas dengan taman belakang yang baru saja ia singgahi lumayan jauh letaknya. Alasannya yaitu ia tak ingin terlambat masuk ke kelas. Panik. Itu yang dirasakannya kini.

Berbeda dengan pria yang berada di belakangnya. Ia nampak santai dengan kedua tangannya berada pada saku celana depan sekolah. Hatinya baru saja direbut. Tentu saja hatinya kini berbunga-bunga.

Bahkan ia bersenandung kecil lagu milik Adera- Lebih Indah dengan senyum yang terus melekat di bibirnya.

Tetapi satu sinar terangi jiwaku

Saat ku melihat senyummu

Dan kau hadir merubah segalanya

Menjadi lebih indah

Kau bawa cintaku setinggi angkasa

Membuatku merasa sempurna

Dan membuatku utuh 'tuk menjalani hidup

Berdua denganmu selama lamanya

Kaulah yang terbaik untukku~

..

..

..

DUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang