1 - SURAT KONTRAK PEMBAWA PETAKA

Start from the beginning
                                    

"Ah, aku tidak mau!" Shanly berbalik mencoba kabur, tapi Ellena yang sudah menduga Shanly akan berubah pikiran pun langsung menahan tangan Shanly dan menyeretnya mendekati pria tersebut.

"Jangan alasan!" Omel Ellena galak.

Ketika mereka berdua sudah dekat dengan sasaran, Ellena langsung mendorong Shanly berhadap-hadapan dengan pria itu sementara dirinya bersembunyi dibalik pilar besar tak jauh dari tempat Shanly dan pria itu berdiri.

Dari tempat persembunyiannya, Ellena memberikan isyarat semangat dengan senyum lebar yang dibalas Shanly dengan mata melotot.

Shanly berdiri dengan gusar di hadapan sang pria, sementara pria itu, yang tak lagi sibuk menelepon, tampak fokus menatap layar ponsel dan sepertinya tidak menyadari kehadiran Shanly.

Shanly menggigit jarinya karena gugup lalu melirik pada Ellena yang berada diujung sana. Ellena melotot dari tempatnya sambil memberi isyarat agar Shanly cepat melaksanakan misinya.

Putus asa, Shanly menghela nafas panjang lalu menatap pria yang masih tak menyadari keberadaannya. Mungkin sebenarnya pria itu tahu ada Shanly didepannya atau mungkin juga pria itu hanya pura-pura tidak sadar. Secara logika, mana ada orang yang tidak sadar akan keberadaan orang lain yang jaraknya hanya satu meter didepannya?

Shanly menghitung dalam hati. Dihitungan ketiga, dia akan menyatakan cinta lalu kabur.

Ya. Semuanya pasti baik-baik saja seperti yang dikatakan Ellena! Hiburnya dalam hati.

Ditatapnya wajah tampan yang sedang tertunduk menatap layar ponsel, lalu dengan suara sehalus mungkin Shanly mulai memanggil pria itu.

"Ehm, permisi."

"..."

"Kak?"

"..."

Lagi-lagi tak ada reaksi. Shanly mulai gelisah. Dia berpaling menatap Ellena diujung sana, mengharapkan pertolongan.

Ellena menggerakkan bibirnya tanpa suara seolah menyuruh Shanly untuk memanggil pria itu lagi dengan suara yang lebih keras.

Shanly menguatkan hatinya lalu berpaling menatap pria itu dan mulai memanggilnya dengan suara yang lebih keras.

"Permisi, kak!"

Kali ini usaha Shanly berhasil. Pria itu mengangkat kepala dan dengan dinginnya, dia menatap sosok wanita bertubuh gempal di depannya dengan alis mengenyit.

"Kamu memanggilku?" Tanyanya dingin.

Shanly menggigit bibir dan mengangguk dengan hati yang ketar ketir.

"Bisa minta waktunya sebentar?" Tanyanya kemudian.

Pria itu terdiam sejenak lalu buka suara. "Apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?"

Shanly menggeleng."Tidak. Anda tidak mengenalku begitu juga dengan aku, tapi..."

Sebelah alis pria itu terangkat heran. "Kamu tidak mengenalku, lalu ada perlu apa? Jika kamu kemari hanya untuk menawarkan kartu kredit, aku menolak."

Mata Shanly membesar karenanya. Refleks, dia meraba wajahnya.

Memangnya aku punya wajah sebagai sales kartu kredit?

"Bukan kartu kredit," jelas Shanly.

Pria itu menatap Shanly tajam. "Lalu?"

Mendapat tatapan tajam seperti itu, Shanly mendadak jadi gagap. "Ehm, itu... Itu..."

"Apa yang mau kamu katakan?" Pria itu terlihat mulai tak sabar, dia memasukkan ponselnya berikut tangannya ke dalam saku jas yang Shanly yakini harganya sangat mahal.

"A...Aku..."

Pria itu menatap jam tangan mahalnya lalu beralih menatap Shanly.

"Waktuku tidak banyak. Jika kamu hanya ingin mengatakan hal yang tak penting, aku akan pergi." Pria itu mengangkat kedua alisnya dengan wajah datar lalu berjalan melewati Shanly.

Shanly menatap punggung kekar yang baru saja melewatinya itu dengan was-was.

Bagaimana ini? Apa aku batalkan saja? Tapi jika aku batal menyatakan cinta pada orang ini, bisa-bisa Ellena menyuruhku menyatakan cinta pada makhluk alien disudut sana. Astaga, bagaimana ini?

Shanly menatap kancing bajunya dan mulai menghitung kancing.

Bilang,

Tidak,

Bilang,

Tidak,

Bilang!

Arggggghhhh!!! Kenapa bahkan kancing baju pun tidak memihakku sih?

Tidak mendapat pilihan lain, Shanly pun memejamkan matanya dengan frustasi. Dalam hati, dia berdoa agar pernyataan konyol ini segera berakhir dan dia bisa pulang ke rumah dengan tenang.

"Aku suka kamu! Jadilah pacarku!" Teriak Shanly frustasi.

Pria itu langsung menghentikan langkahnya. Sedetik kemudian, pria itu menoleh dengan tatapan tajam yang sama.

"Kamu bilang apa?" Tanyanya masih dengan tatapan mata yang dingin.

Saat pria itu berjalan mendekat dua langkah kearahnya, barulah Shanly menyadari bahwa beberapa orang yang lalu lalang tadi menatap kearahnya. Sepertinya mereka mendengar apa yang diteriakkan Shanly barusan.

Telapak tangan Shanly langsung basah karena keringat dingin, wajahnya merah karena malu, dan kakinya membeku ditempat karena gugup. Dia bahkan melupakan saran Ellena untuk kabur sebelum sang pria menolaknya mentah-mentah. Apa daya? Rasa gugup yang mendominasi, membuatnya tidak bisa berpikir rasional.

"Aku bertanya padamu, apa katamu barusan?" Tatapan tajam pria itu seolah menembus kedalam hati Shanly. Pria tampan itu terlihat sangat menyeramkan sekarang.

"Ja... Jadi... Pa... Pacarku, kak." Jawabnya terbata.

Pria itu diam sejenak, menilai penampilan Shanly dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu menggeleng tegas. "Tidak mau."

Shanly melongo. "Lho, kenapa tidak mau kak?" Bodohnya, pertanyaan polos itu keluar begitu saja.

Pria itu diam sejenak lalu menatap Shanly dengan tatapan menilai, kemudian berkata, "Karena kamu kurang cantik."

JLEB!

Kata-kata itu seakan menancap tepat dijantung Shanly. Ellena benar-benar memilihkan target yang salah.

"A... Aku permisi," Shanly berjalan menunduk meninggalkan pria itu dengan rasa malu yang tak bisa diungkapkan. Karena tidak melihat jalan, Shanly menabrak troli dan....

"AWAS!" Teriakan beberapa pengunjung yang berada di sana, namun semuanya sudah terlambat. Troli yang ditabrak Shanly menghantam tempat sampah, membuat Shanly yang kehilangan keseimbangan sampai terjungkal ke belakang dan terduduk diatas tempat sampah.

Beberapa anak kecil tertawa sambil menunjuk Shanly. Beberapa orang dewasa bahkan terlihat mengambil foto memalukan itu. Dengan wajah ingin menangis, Shanly menoleh kebelakang dan mendapati pria eksekutif muda itu juga ikut menertawakannya.

Sambil menutup wajah dengan tas, Shanly melompat turun dari tempat sampah dan berlari secepat mungkin dari sana sambil terisak. Dia bahkan tidak mempedulikan Ellena yang mengejar dan berteriak memanggil namanya. Saat ini yang ada di pikirannya hanya keluar dari Mall itu dan mendekam di rumah selama berhari-hari.

Hari ini adalah hari yang paling memalukan bagi Shanly. Dalam hati dia bersumpah, seumur hidupnya dia tidak akan pernah mau lagi menginjakkan kaki di MALL TERKUTUK itu.

TBC

NOT A DRAMA QUEEN [不是戏剧女王]Where stories live. Discover now