1 - SURAT KONTRAK PEMBAWA PETAKA

Start from the beginning
                                    

"Mana yah kakak tampannya?" Gumam Ellena lebih pada dirinya sendiri. Wanita itu terlihat menengok kesana sini untuk mencari sosok yang pantas disebut 'tampan', sementara Shanly dibelakangnya hanya bisa bersandar pada tembok dengan kedua tangan terlipat didepan dada, pasrah dengan kelakuan ajaib sahabatnya.

Jika saja Ellena tidak menyeretnya secara paksa dan mengancam akan memecatnya jadi teman, Shanly juga tidak mau begini.

"Ah, yang ini jelek!" Komentar Ellena saat melihat seorang pria lewat di depannya.

"Kalo yang ini kurang tampan, wajahnya pas-pasan." Ellena berkomentar lagi saat melihat seorang pria duduk dibangku dekat eskalator, dia pun kembali mengedarkan pandangan keseluruh penjuru Mall.

Shanly menghela nafas sambil memejamkan mata, tapi tidak lama kemudian matanya langsung terbuka sempurna ketika Ellena menepuk-nepuk pundaknya dengan antusias seperti orang yang kebaran jenggot.

"Nah, yang itu, Shan! Lihat yang itu!" Tunjuk Ellena dengan semangat saat mata cantiknya menangkap sesosok pria tampan berpakaian eksekutif muda yang tengah berdiri didepan pilar Mall sambil menerima telepon.

Shanly bergeser dari tempatnya untuk melihat seperti apa sosok yang ditunjuk oleh Ellena.

Pria berjas hitam yang berdiri diujung sana, bertubuh tinggi sekitar 180 cm. Tubuhnya kekar, berisi, dan juga tegap. Bahunya lebar nan kokoh, kulitnya putih bening. Lalu wajahnya? Tak perlu ditanya lagi. Alis hitamnya terpahat sempurna, sudut matanya tajam dengan bola mata berwarna coklat gelap. Bibir merah muda yang tidak terlalu tebal, tapi terkesan seksi, disertai rahang yang tegas membuat karisma pria itu terlihat semakin kuat. Dan menurut Ellena, ketampanan pria itu sempurna.

Merasa sahabatnya tidak merespon panggilannya, dengan tidak sabaran Ellena menarik Shanly mendekat padanya dan menunjuk pria itu.

"Kamulihat dia?" Tanyanya yang kemudian dibalas Shanly dengan anggukan.

"Targetmu adalah yang itu," Jawabnya singkat yang kemudian membuat kedua mata Shanly membelalak kaget.

"APA?" Shanly melangkah mundur selangkah sambil menatapnya tak percaya.

Mendapat respon yang berlebihan dari Shanly, Ellena menatap sahabatnya heran. "Pria kantoran itu tampan luar biasa. Kenapa kamu bisa sekaget ini? Apa dia kurang tampan? Mau akucarikan yang lebih tampan lagi? Tapi kurasa dia adalah pria tertampan yang kita lihat hari ini." Ellena melirik pria itu dengan terkagum-kagum.

"Bukan itu maksudku!" Shanly menggeram sambil memijat kepalanya. "Kamu menyuruhku menyatakan cinta pada pria setampan itu, bukankah sama saja artinya dengan aku bunuh diri?"

Alis Ellena bertaut. "Kenapa bunuh diri?"

Demi Saturnus dan Pluto! Rasanya Shanly ingin menjambak rambut sahabatnya agar sahabatnya berhenti bersikap lemot. Ellena selalu saja berpura-pura tulalit di situasi yang kurang tepat.

"Jelas saja ini namanya bunuh diri, Len! Yang ada aku akan ditolak mentah-mentah didepan umum dan dihina terang-terangan."

"Jadi kamu mau kusuruh menyatakan cinta pada pria yang jelek? Yang bergigi tonggos, kurus kering, wajah penuh bentol-bentol seperti yang ada di sebelah sana?" Ellena menunjuk sesosok makhluk cungkring mirip alien yang berada tepat di arah jam tiga Shanly.

Shanly menatap sosok yang dimaksud Ellena dengan tatapan ngeri dan menggeleng cepat.

Ellena tersenyum jahil sambil mendorong punggung Ellena. "Bagus, kalau begitu cepat selesaikan misimu! Nyatakan cinta lalu kabur sebelum kakak tampan itu menolakmu!"

Saat itu Shanly berpikir, jika dia benar-benar melakukan apa yang Ellena minta, itu artinya dia benar-benar bunuh diri. Dan yang ada di pikirannya sekarang hanya menyelamatkan dirinya saja.

NOT A DRAMA QUEEN [不是戏剧女王]Where stories live. Discover now