Pesona

335 27 1
                                    

"Aaaapppp....." suara teriakanku tertahan akibat bekapannya.

Aku terkejut setengah mati, kurasakan pisau kecil yang menyentuh kulit leherku. Aku sempat melirik kearah orang ini, dia laki laki tapi dia menggunakan topeng dan hanya matanya yang terlihat. Matanya terlihat begitu indah, tapi? ah apa yang aku pikirkan, dasar bodoh! Dia ini penjahat. Aku berusaha tetap tenang saat dia membekap mulutku tanpa memindahkan pisau itu dari leher jenjangku. Wajahnya tepat di sebelahku, di cekungan pundak kananku.

"Ikuti aku! Dan jangan berteriak atau melawan, jika itu terjadi aku tidak yakin pisau ini masih bertahan disini" bisik pria itu namun dengan nada tajam.

Aku menuruti perintahnya, tenang adalah sikap utama dalam keadaan seperti ini. Utung saja aku pemenang mendali nasional taekwondo, jadi hal seperti ini akan aku antisipasi sendiri. Namun ini pertama kalinya penjahat macam ini berhasil menyusup ke ruang pribadiku ini. Bahkan beraninya menorehkan pisau di leherku. Dia menarik tubuhku mendekati jendela yang telah berhasil dia terobos, terlihat dari pengait jendela yang rusak, mungkin akibat ulahnya agar bisa masuk kesini.

"Naik dan lewati jendela ini namun jangan berniat lari atau luka dalam akan mengenai leher mulusmu!" ucap pria itu lagi.

Dia menyuruhku menaiki jendela dengan pisau yang masih betah di leherku juga tangannya yang sebelah melepas bekapan namun menggenggam erat kedua tanganku. Aku berusaha menaiki jendela, gerakan ku sedikit terbatasi akibat pisau sialan ini. Namun aku malah mendapat ide agar aku bisa terlepas. Ku naiki dengan susah payah jendela itu, namun saat sebelah kakiku berada di dalam aku menendang 'alat vital' nya. Dia mengerang dan pisau itu jatuh di bawah kaki ku, aku kembali melompat kedalam dan berniat menendang perutnya yang tengah meringkuk kesakitan. Sialnya, pria itu menangkap kakiku dengan tangannya dan alhasil aku terjatuh dihadapannya.

"Arrghhh!" pekikku saat terjatuh.

Bugh!!

Kepalaku tepat mengenai bingkai jendela yang cukup tajam, kuyakini kepalaku sudah terluka karena kurasakan ada yang mengalir dibalik kepalaku. Sakit. Hanya itu yang aku rasakan, pusing bersamaan perih disana, dikepalaku. Lalu kusentuh bagian belakang kepalaku, dan darah, iya darah disana, tak terlalu banyak namun cukup membuatku mengerang kesakitan. Aku berusaha bangkit namun penjahat bajingan ini kembali membekap tubuhku, dan meletakkan pisau itu di leherku. Dia sepertinya sempat panik saat melihat kepalaku yang berdarah, tapi segera ia acuh kepada lukaku ini.

Braakk!!

Pintu kamarku di tendang. Nampak appa ku dengan wajah paniknya yang diekori Ahra,  Bi Hana, supirku dan kedua security rumahku. Appa berusaha mendekat tapi pria dibelakangku ini memekik.

"Jangan mendekat tuan Jae, atau putrimu akan semakin parah" pekik penjahat sialan ini.

Dia mulai menarik kumundur ke arah jendela tadi, tapi apa dayaku kepalaku sangat pusing dan sakit sekali. Aku mulai lemah, namun masih mampu bertahan.

Bugh! Bugh!

Dua pukulan mengenai penjahat itu dari belakang tubuhnya hingga ia terhuyung dan tubuhku akan terjatuh kebelakang dan menabrak jendela lagi. Aku memejamkan mata dan bersiap menerima kesakitan lagi.

Happ!

Ada seseorang yang menahan tubuhku, tangan orang itu sangatlah kuat menopang tubuhku. Aku beranikan diri membuka mataku, dan seketika mataku membulat sempurna. Pria ini, siapa pria ini, apa dia bekerja sama dengan penjahat ini, tapi untuk apa dia menolongku. Tidak, dia sepertinya orang baik, dan akan menolongku. Mataku dan matanya bertemu, aku menatap mata hitamnya. Terlihat raut kepanikan dan khawatir namun mampu ia sembunyikan. Dia mengangkat tubuhku sempurna, aku mulai kembali merasakan sakit sangat dikepalaku. Aku tak sanggup, seperempat kesadaranku telah menghilang. Mataku masih penasaran dengan kejadian selanjutnya namun tubuhku menolak dan akan kehilangan kesadarannya sebentar lagi. Pria yang mengangkat tubuhku panik dan mulai menggoyangkan tubuhku.

Bodyguard Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ