Something strange with my wife PART 4

1.1K 70 0
                                    

Source: cpi fb

by reddit user DarkhawkzApr

Baru saja aku berpikir kalau kami telah menemukan ketenangan setelah semua ini, keadaan malah menjadi semakin aneh. Mata natalie masih tetap hitam. Selama beberapa minggu berpura-pura semuanya normal, akhirnya aku memutuskan untuk berbicara pada Natalie tentang situasi kami seutuhnya. Selama ini ia selalu mengelak dari setiap pembicaraan. Hal-hal sudah tak lagi sama. Kami makan malam dalam diam. Aku terbangun di tengah malam mendapati Natalie bengong menatap langit-langit kamar. Cukup sudah, aku tak tahan terus hidup seperti ini, aku harus menemukan jalan keluar dari masalah ini. Dan satu-satunya cara yang kutahu adalah dengan kembali ke rumah angker itu. Aku duduk membahasnya sampai tuntas dengan Natalie, walai ragu ia setuju bahwa kita harus kembali lagi ke sana. Apapun 'dua saudari' sebenarnya, kami harus menghadapi mereka. Jadi sebelum berangkat, kami susun sebuah rencana. Seseorang menyarankan untuk membawa cermin, jadi tak ada salahnya kulakukan. Maksudku, dalam keadaan genting seperti ini, kenapa tidak? berjaga-jaga itu perlu. Namun sebelumnya, mengingat betapa gelap bagian dalam rumah itu, kuputuskan untuk membawa lensa infra red. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah aku harus mengajak Natalie atau tidak. Setelah kupertimbangkan fakta bahwa Natalie telah berulang kali menyelamatkanku, maka diputuskan ia akan ikut bersamaku. Namun tak kuijinkan ia memasuki rumah itu walau apapun yang terjadi. Aku juga harus memastikan terlebih dulu apakah Natalie benar-benar Natalie. Meski nampak jelas ia lebih pendiam dari sebelumnya, tetap kutanyakan beberapa pertanyaan guna memastikan dia Natalie asli. Aku dapat melihat kesedihan terpancar dari matanya, mengetahui bahwa aku tak lagi percaya padanya seperti dulu. Namun ia menurut dan menjawab tepat setiap pertanyaanku, karena dengan begitu aku dapat terus berpikir jernih dalam situasi ini.

Kami tiba di rumah itu pukul 11:00 siang, pun tak begitu berpengaruh karena keadaan di dalam begitu gelap. Karena berada di area terpencil, aku tak ragu untuk mengaitkan rantai pada daun pintu depan dan menariknya lepas dengan trukku. Takkan kubiarkan pintu apapun tertutup lagi di hadapanku. Kubiarkan Natalie berdiri sepuluh kaki dari ambang pintu, sehingga ia bisa melihatku berjalan masuk. Perkiraanku adalah bahwa makhluk 'dua saudari' ini tak dapat muncul di depan Natalie, jadi selama Natalie tetap berada dalam jangkauan pandangku, aku berharap, walau agak ragu, mereka takkan menampakkan diri.

Dengan memakai lensa infra red yang kubawa, aku melangkah masuk. Natalie berseru gugup dari belakangku, "Hati hati sayang......"
Bahkan setelah semua yang terjadi, masih dapat kutemukan ketenangan dari alunan suaranya. "Semuanya akan baik-baik saja, aku janji, kita akan melalui ini....." ucapku lamat-lamat.

Udara di dalam rumah terasa pengap, hampir membuatku kesulitan bernafas, tapi bagaimanapun juga, 'petualangan' ini sudah kupikirkan selama berhari hari dan aku sama sekali tak berencana untuk mundur. Kulihat lagi simbol-simbol pada dindingnya, lalu kukeluarkan hp dan mengambil beberapa foto. Segala benda di dalam rumah porak poranda serta penuh debu kecuali sebuah kotak kardus kecil di seberang ruang tamu. Sejauh ini aku sudah berjalan lurus sambil terus menjaga keberadaan Natalie dalam jangkauan pandangku. Namun kotak kardus itu tampak ganjil, terlalu banyak simbol di sekelilingnya, dan kotak itu satu-satunya benda yang tampak tak tersentuh. Sementara belum ada tanda-tanda kemunculan dari 'dua saudari'.
"Aku akan memeriksa sesuatu dengan cepat, aku akan segera kembali ok." Teriakku pada Natalie yang menganggukan kepala, "O.....oke.....tolong cepatlah, aku ingin segera pergi dari sini....."
Aku berlari keseberang ruangan dan mencari-cari di laci lemari, semuanya kosong kecuali laci terakhir. Yang mana berisi sebuah diari kecil yang terikat seutas tali. Segera kujejalkan itu ke sakuku dan hendak melangkah pergi. Tapi saat aku berbalik, di hadapanku berdiri sosok istriku yang tengah tersenyum sambil menyesap segelas air, matanya yang sehijau batu zambrud menatap nanar padaku. Jujur, untuk sejenak, aku tenggelam dalam kekagumanku akan mata hijau indahnya, namun aku segera sadar bahwa yang ada di hadapanku ini bukan Natalie. Aku pun mencoba berjalan pelan melewatinya. Baru saja aku dapat lewat, kudengar Natalie berseru dari luar, "Apa kau baik-baik saja di sana?"
Begitu suaranya sampai padaku, terdengarlah bunyi gelas pecah dari belakangku. Aku tahu apa yang akan segera terjadi, dan pada momen penuh adrenalin itu, aku pun nekat masa bodoh, aku hendak mencobanya. Kukeluarkan cerminku, berbalik dan menghadapkannnya di wajah makhluk itu. Sekarang aku dapat melihatnya dengan jelas melalui lensa infra red, kepala miring, bibir menyeringai lebar. Ia mengeluarkan jeritan nyaring yang seketika menghancurkan kaca di tanganku. Sigap aku berpaling untuk berlari ke arah dimana aku dapat melihat Natalie sambil memejamkan mata. Ketika kurasa aku hampir sampai, aku menubruk seseorang, lalu sebuah tangan menggenggam pundakku dan dapat kurasakan seraut wajah persis di hadapanku,
"Kau kembali pada kami!" Bisiknya di telingaku.
Bagian yang paling mengerikan bukanlah mataku yang tertutup, namun kenyataan bahwa saat ia berbicara suaranya terdengar seperti suara lima orang berbicara bersamaan, dengan nada berat nan dalam serta nyaring melengking bercampur jadi satu.
Kemudian kurasakan dorongan tangan kedua yang menekan tubuhku jatuh ke lantai dengan kekuatan luar biasa. Saat terjatuh, aku tetap berusaha merangkak ke arah cahaya yang berasal dari ambang pintu. Aku berhasil merayap cukup jauh untuk dapat melihat Natalie yang tengah menjerit dari luar hendak berlari masuk ke dalam. "BERHENTI!!! NATALIE BERHENTI! JANGAN MASUK!" Sentakku yang membuat langkahnya terhenti seketika beberapa kaki dari ambang pintu.
"Tidak tidak tidak......jangan kau juga...... mereka tak boleh membawamu......mereka bilang mereka tidak akan membawamu......."
Pada saat itu aku tak dapat lagi mengerti apa yang ia ucapkan, kurasakan sebuah tangan menarik kakiku, nampaknya mereka berusaha menjauhkanku dari jarak pandang Natalie. Kulihat ponselku tergeletak di lantai. Aku mulai merasa sangat pusing namun aku berusaha menggapai ponselku untuk membukanya. Meski gelap, foto wajah Natalie terlihat bersinar terang di layar hp ku. Kedua mata hijau Natalie bercahaya dengan indahnya. Kupandangi wajah itu untuk terakhir kali sebelum aku benar-benar hilang kesadaran. Namun, tepat sebelum aku pingsan, kurasakan cengkeraman tangan di kakiku terlepas.

Aku terbangun di rumah sakit. Sembari penglihatanku yang mulanya kabur berangsur-angsur jelas, Natalie menyongsong tubuhku dan memeluknya erat-erat. "Oh terimakasih Tuhan, kau baik-baik saja!! Bisakah kau melihat?? Tatap aku, dapatkah kau melihatku?" Hal pertama yang kuperhatikan adalah mata Natalie. Warnanya kembali hijau, mereka berkilau terang seperti dulu lagi.
"Warna matamu......" gumamku.
Natalie berteriak girang, mengetahui bahwa aku masih dapat melihat. "YA!! Ya sayang mataku baik-baik saja, aku merasa seperti sedia kala! Semuanya akan baik-baik saja sekarang!"
Aku punya banyak pertanyaan saat itu juga, namun dokter bersikeras agar aku istirahat terlebih dulu.

Keesokan paginya, sementara dokter melengkapi berkas-berkas check out perawatanku, aku berbicara pada Natalie tentang kejadian di rumah itu. Ia menjelaskan bahwa ketika aku jatuh pingsan, ia berlari masuk dan mendapati 'dua saudari' tengah diam mengamati layar hp ku. Saat Natalie melihat mereka, 'dua saudari' pun juga melihat ke arah Natalie. Setelah beberapa saat hanya saling pandang, mereka menghilang. Natalie juga menambahkan, sesaat setelah ia membawaku keluar, rumah itu mulai runtuh ke tanah. Benarkah? Batinku. Apakah memang semudah itu? Kemudian aku teringat akan foto-foto yang sudah kuambil di sana, jadi kuraih hp di sakuku untuk memeriksanya.
"Apa yang sedang kau cari sayang?"
Tanya Natalie saat melihatku yang tengah bingung mengutak-atik hp. "Aku mengambil beberapa foto di rumah itu......tapi aku tak dapat menemukannya......."
"Hmm.. aku tak ingat kau pernah mengambil foto..." ujar Natalie lalu meraih hpku dan memasukannya ke dalam tas. "Kita pikirkan itu nanti ya karena sekarang aku sudah sangat lega kau baik-baik saja!" dan ia memelukku. Natalie bertingkah agak aneh. Apa dia telah menghapus foto-foto itu? Kulihat jaketku tergantung di cantelan pintu, jaket yang kukenakan saat memasuki rumah itu. Kuambil lalu segera kupakai, "Dingin sekali di sini," ujarku sambil tersenyum pada Natalie. Kemudian Dokter datang dan meminta Natalie untuk menandatangani berkas-berkas di kantornya, saat ia berpaling aku langsung meraba saku jaketku. Dapat kurasakan diari kecil itu masih aman di dalamnya.

Semenjak pulang ke rumah, Natalie selalu mendampingiku, benar-benar di sampingku. Satu-satunya kesempatan ia membiarkanku sendiri adalah saat aku ke kamar kecil. Kukeluarkan diari itu dan kuamati halaman pertamanya,

"Pada buku ini tertuang sedikit pengetahuan yang telah kami kumpulkan selam turun temurun semenjak kelahiran dari 'dua saudari'."

Aku baru akan membalik halamannya ketika Natalie menggedor-gedor pintu, "Apa kau baik-baik saja di sana!!!"
"Ya sayang, aku akan keluar sebentar lagi!" Seruku menanggapi.
Sesuatu yang salah sedang terjadi, Natalie sama sekali tak mau membiarkanku sendiri. Bukan maksudku membahas kembali apa yang ia katakan saat itu sebelum aku pingsan, tapi aku yakin dia tahu sesuatu dan dia merahasiakannya. Namun aku takkan mempertanyakannya sekarang.

Aku pergi ke kantor hari ini dan berusaha membaca diari itu setiap ada waktu senggang tetapi sayang pekerjaanku banyak sekali. Ceritanya cukup panjang namun aku hampir menyelesaikannya. Siang tadi, aku menyempatkan pulang beberapa jam lebih awal dan pergi melihat rumah yang dibilang sudah rubuh itu. Namun yang kusaksikan membuatku terkejut. Rumah itu terbakar habis seperti sengaja di bakar oleh seseorang. Mengapa Natalie berbohong padaku? Apa dia yang menyulut api? Ini membuatku semakin meragukan semua yang ia katakan beberapa waktu terakhir. Maka kubilang padanya bahwa besok pagi aku akan berangkat lebih awal untuk menebus pekerjaan yang terbengkalai akibat opnameku di rumah sakit. Ia mempercayaiku padahal sebenarnya aku akan pergi ke cafe untuk membaca tuntas isi diari itu.

Original Horror Stories (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang