The Crow--ling PART 2

1.3K 57 1
                                    

**
The Crow—ling.
Itu adalah kalimat yang ku ucapkan saat terakhir, sebelum “Blaaa---rrr!!” serpihan kaca Jendela Bus mulai menghantam sesuatu, membuatku terpelanting dari satu tempat ke tempat lain, dan menghancurkan segalanya! Segalanya yang ku lihat—yang menimpa semua Orang, karena saat terakhirku sebelum aku menutup kedua mataku. Aku masih bisa melihat makhuk itu, berdiri menatapku, sesuatu yang hitam dan mencair keluar dari mulutnya, dan ku pikir, disinilah aku berakhir. Berakhir dalam Bencana kematian—yang sesungguhnya.
Hitam dan kelam, adalah sebuah gambaran yang muncul setelah semua ini, semuanya terlihat merasuki tulang belulangku, aku masih bisa mengingat jelas sosoknya—si Gagak hitam. Dengan Kepalanya yang lonjong tanpa mata, hidung, telinga, hanya mulut busuk dengan sesuatu yang hitam ketika dia mengangah, tubuhnya yang tinggi, kurus, Telanjang tanpa kelamin, berdiri bungkuk dengan sayap gagak kecil yang terlihat tidak pantas untuk makhluk sepertinya, sayap ‘nya tidak terlihat singkron denganya, seperti melihat sisi lain dari Peri menjijikkan. Tanganya panjang menyentuh Alas kakinya, semua warna kehitaman itu dengan sedikit temberam dalam sisi keabu-abuan tentangThe Crowling—si pembawa bencana begitu terukir jelas dalam ingatanku.
Aku melihat secercah Bayangan ketika perlahan suara-suara itu muncul di telingaku, awalnya tipis dan memecah, namun perlahan melembut dan terdengar memanggilku, “Janine—janine, Bangun nak, bangun!” yang ku lihat selanjutnya adalah wajah penasaran seorang Mr. Gligorry.
“jadi—ini yang namanya akherat Mr.” suaraku terdengar serak, dia menatapku dengan wajahnya yang buruk, lusuh dan kotor.
“sayangnya tidak Nak. Ini bukan Akherat”
Aku mulai menyesuaikan pemandangan yang terjadi di sekelilingku, awalnya semua terlihat samar-samar namun perlahan, fokusku mulai kembali—aku bisa melihat sesuatu yang terbakar. Sesuatu yang besar, kuning dan Ringsek berantakan. Aku membelalak berusaha berdiri dengan rasa sakit yang seketika mengencangkan otot-otot pada tulangku. Bus kami. Hancur berantakan.
Seketika Mr. Gligorry memelukku, berusaha membuatku sadar dengan apa yang terjadi, dia mengangkatku, menjauh dari tempat itu. Aku sesekali berusaha mengerti apa yang terjadi, Mayat-mayat itu, aku mengenalnya—aku bisa melihatnya dengan jelas, namun sesuatu seperti membeku dan berhenti di tenggorokanku, si gemuk, Sopir Bus itu, dia tewas, tepat di tempatnya dia duduk—bahkan mungkin dia tidak bisa melakukan apapun termasuk dengan darah di seluruh bagian Bus. Pemandangan mengerikan ini seperti sebuah pesan, pesan tentang Makhluk itu, yang mungkin tertuju untuk kami.
“Berapa?” aku mencoba menekan perasaanku—sebelum perasaan emosional yang sudah memenuhi kepalaku Mr Gligorry seolah mengerti dengan maksudku. Dia membelai kepalaku, kemudian berucap seperti berbisik, 6 Orang, sisanya Tewas, yang lainya hilang.
Mr. Gligorry berhenti dan mendudukkanku di bawah pohon besar. Aku bisa melihat Nona Anita, Sir Redolf, Brown, Medeline, dan Grisia yang sedang meringkuk, sepertinya menangis.
“Jadi—ada lagi yang selamat?” Nona Anita menatap Mr. Gligorry yang menggeleng kecewa, “hanya Janine, yang lainya tewas dan beberapa Hilang. Tidak ada yang tersisa disana. Aku rasa saat ini—lebih baik kita berdiam disini. Hari sudah gelap. Besok kita akan memikirkan langkah apa selanjutnya.”
Kami bermalam disana, dalam dingin yang menusuk ke tulang kami, hanya menggunakan tangan untuk menghangatkan kami. Tidak ada percakapan berarti, hanya keheningan yang mampu kami rasakan dan itu benar-benar sangat menyiksa.
Subuh sebelum matahari terbit, kami mulai bergerak, Hutan ini aneh, tidak ada cahaya disini seperti di selimuti kegelapan terus menerus. Kami mulai mengeluarkan Mayat-mayat teman kami yang berakhir tragis, beberapa tewas dengan wajah Shock, dengan mulut terbuka lebar—beberapa di antaranya masih membuka mata. Kami mengumpulkan apa yang tersisa, makanan- minuman, apapun, yang bisa membuat kami bertahan.
Aku tidak melakukan kontak apapun saat ini dengan siapapun bahkan dengan Mr. Gligorry sekalipun. Semua ini membuatku sangat kacau, sampai aku menemukan Buku kecil milikku.
Aku melihatnya, membacanya dan memahaminya. Membuatku tiba-tiba seperti kembali ke waktu itu, bila benar tentang seseorang yang akan menemui ajalnya akan melihat sesuatu yang aneh maka cerita bodoh tentang The Crowling mungkin hanya bayanganku—sesuatu yang sebenarnya ku buat, sesuatu yang membuatku harus melihatnya dalam Fantasyku sebelum semuanya terjadi. Makhluk itu memang mungkin benar-benar tidak ada.
Kami hanya menemukan 14 Mayat, termasuk Sopir Bus meski dengan tangan terpotong.
Kami tidak memiliki waktu untuk mengubur mereka, kami terlalu letih, sakit dan kelaparan—tidak ada yang masuk dalam perut kami sejak kemarin.
Nona Anita meminta kami berkumpul, dan menyantap beberapa makanan yang kami temukan, hanya snack-snack tidak berguna dan beberapa botol air, tidak mengenyangkan, namun cukup membuat kami bertahan beberapa Jam.
Sir Redolf dan Mr. Gligorry sedang mencari jalan untuk kami, mencoba berjalan jauh dan meminta bantuan dan ,bila mereka beruntung mungkin kami akan selamat—bila kami beruntung.
Siang berganti menjadi Senja namun tidak ada bedanya, hanya kegelapan yang ada disini, Aku masih terduduk lesuh, menulis coretan-coretan di buku itu, entah apa yang ku pikirkan, ketika aku sadar—aku hanya menulis sesuatu yang sama. tentang “The Crowling”.
Aku menatap Grisia, dia hanya terduduk lesu, diam tak bergerak, air matanya mungkin sudah mengering atau mungkin sudah tidak ada air dalam tubuhnya hingga dia sudah tidak bisa menangis lagi.
Aku mulai kelaparan, perutku terus menggerutu membuatku tidak tau harus melakukan apa—aku sadar, mungkin bukan hanya aku yang merasakan itu, namun bila aku benar, aku merasakan sesuatu yang buruk—sesuatu yang sangat buruk dan mengelilingi kami. Sesuatu yang membuatku gemetar terus menerus.
Gelap sudah datang, suara langkah kaki Sir Redolf dan Mr. Gligorry terdengar, mereka muncul dengan wajah yang seolah membuatku tahu apa yang mereka akan katakan, Nona Anita segera menghampirinya “Bagaimana? Ada yang di temukan.”
“tidak ada apapun—hanya hutan dan hutan. “ Mr. Gligorry seperti tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
“tidak ada makanan, kau tidak melihat apapun, Babi, Rusa, atau apapun disini?” Anita mencengkram bahu Mr. Gligorry yang tertunduk.
“Tidak ada, kami tidak menemukan apapun”
Nona Anita memandang kami semua yang hanya diam meringkuh, “Well, mungkin lebih baik malam ini kita lebih baik tidur, mungkin besok kita akan mendapatkan kabar baik”
Aku mencoba untuk tidur dengan perut kosong yang memuakkan, ketika Senja datang, Nona Anita membangunkanku dan mengatakan Brown dan Medelin, mereka berhasil menangkap Babi Hutan.
Aku melihat Grisia dan semua orang sedang menyantapnya, aku berjalan pelan mengelilingi daging kemerahan itu, melihat mereka menyantapnya seperti itu, setidaknya membuatku sedikit menahan diri.
“Babi hutan, yeah—“
“Yeah, duduklah dan makan ini akan membuat kita bertahan beberapa hari.” Sahut Sir Redolf.
Medeline dan Brown terllihat lahap, Grisia memberikanku tempat dan memberikan hati kecokelatan kepadaku, “Makanlah, ini bagian yang tidak terlalu pahit”
“Thanks” ucapku menerimanya, namun saat gumpalan kecokelatan itu menyentuh tanganku, lembek dan berair, aku menjatuhkanya begitu saja.
“Daging ini mentah?”
“Tidak ada api disini Janine, kau harus membiasakan diri. Setidaknya untuk sementara waktu saja. Hanya ini yang bisa kita tangkap—“ bisik Mr. Gligorry.
Aku meraih kembali gumpalan itu, berusaha keras memasukkanya dalam mulutku dan kemudian perlahan mengunyahnya, namun seketika aku memuntahkanya.. aku merasa mual saat memakanya, mungkin aku tidak terbiasa merasakan masakan mentah seperti ini.
“Kau tidak bisa memuntahkan itu gadis bodoh?” Nona Anita mengutukku, sesuatu yang tak pernah ku lihat sebelumnya, dia tidak pernah seperti ini, sekalipun dia marah sebesar apapun.
Mr. Gligorry memandangnya tajam, dan beberapa saat dia meminta maaf kepadaku, “Janine, aku minta maaf, aku mengalami beberapa masalah yang berat maksudku kita—“
“Yeah, Nona Anita, aku mengerti”
Aku kembali memakan makanan itu, dan menahanya sebisa mungkin sebesar apapun aku ingin mengeluarkanya aku harus mengisi perutku.
Aku yakin hari sudah siang, namun disini, tidak ada Siang—hanya kegelapan yang menyelimutinya, entah karena Pohon terlalu rimbun hingga menutupi sinar matahari atau tempat ini memang aneh. Aku dan Grisia berjalan mencari sesuatu yang mungkin berguna, ranting pohon, batu atau apapun yang akan membuat kami bertahan.
“Grisia—“aku memanggilnya.
“yeah” sahutnya terdengar lirih, tak bersemangat.
“kau ingat tentang The Crowling yang kau ceritakan sebelum—“
Langkahnya berhenti, begitu juga denganku.
“apa yang ingin kau ketahui?” ucapnya tanpa menatap wajahku.
“Apakah—semua ini”
Grisia berbalik dengan cepat dan mencekik leherku kemudian menatap tajam mataku, hingga membuatku kesulitan untuk bernafas, “Apa yang ingin kau sampaikan Janine sebenarnya? Kau ingin mengatakan ini adalah ulah The Crowling?”
“Le—pas—kan?”
Grisia melepaskanku.
“The Crowling hanya lelucon, dia tidak nyata!! “ ucapnya.
“lalu kau yang membuatnya ?”
“tidak. Itu adalah cerita seram untuk anak-anak. Di tempatku, agar anak –anak tidak bermain hingga larut, ibu-ibu mereka akan menceritakan tentang The Crowling. Aku tidak percaya, lagipula aku menceritakanya padamu hanya ingin mengobrol saja denganmu, kau tahu kan. Aku tidak serius”
“Baiklah—namun apa sebenarnya makhluk ini? Peri atau apa?”
“kenapa kau begitu tertarik?”
“aku ingin tahu. Hanya itu saja—“ kami kembali berjalan melewati semak belukar,
“The Crowling, adalah makhluk entah bagaimana aku menyebutnya. Dia hidup dari sebuah bencana, dia akan menjelaskan sebuah Detail dari bencana yang akan terjadi, hanya saja. Dia memberikan gambaran nyata tentang bencana dengan beberapa Versi. Dia seperti mimpi, namun itu bukanlah mimpi—ini jauh lebih kelam, lebih Hitam, sampai kau tidak tahu, siapa sebenarnya The Crow’l ini.
Banyak yang menyebut dia memilih bagaimana menciptakan ketakutan yang paling jauh, melebihi batasan fantasy yang mengerikan, namun apapun itu The Crow’l itu tidak nyata. Dia hanya mitos, seperti Slander man atau Pastel man.”
Kami sudah berjalan sangat jauh, tidak ada yang kami temukan selain Pohon –pohon besar, hanya ranting-ranting kecil, tidak ada kelinci, Rusa atau apapun. Kami memutuskan kembali. Ketika kami berjalan, kami melihat Brown dan Medeline, berjalan dengan mimic wajah yang aneh.
Kami mengikutinya, berjalan di belakangnya.
Sampai mereka berhenti dengan pisau di tangan mereka, saat itu aku tahu, ada yang aneh dengan semua ini, dan ketika mereka mulai melakukanya, aku terdiam membeku. Seperti sesuatu sudah mengoyak seluruh tubuhku—sesuatu yang tajam sudah mencabik—cabik jantungku.
Aku bergerak sangat cepat, bersama Grisia yang hanya diam di belakangku, aku tampak murka dengan apa yang terjadi, ku tembus semak belukar dan menunjuk dengan marah wajah Brown dan Medeline di depan Nona Anita dan Mr. Gligorry, serta Sir Redolf yang berdiri di bawah pohon.
“Daging itu—jangan kalian memakanya?”
Mr. Gligorry memandangku penasaran.
Bibirku gemetar hebat, dan suaraku parau berantakan, “mereka menggunakan Daging Manusia, yeah—bukan babi hutan atau apapun kalian menyebutnya. Itu adalah daging sopir Bus itu bukan? Kau membuat kami memakan daging manusia yang sudah menjadi mayat?”
Ucapanku terdengar mengambang, wajah Brown dan Medeline tampak kaku memandangku.
“Apa—kau sedang mabuk? Apakah kau lapar sampai ngelantur seperti ini?” ucap nona Anita memandangku.
“Tidak!” aku berteriak, “Tanya saja pada Grisia, dia melihatnya—dia melihatnya mengiris jeroan dari tubuh gemuk itu? Dan apa kau tidak merasakanya, rasa aneh yang menjijikkan itu. Benarkan Grisia, ayo bicaralah?? Katakan pada mereka”
Grisia melangkah maju memandangku. “Tidak Janine. Tidak!!”
“Tidak—!! Apa kau bilang, kau sudah gila?” aku mencengkram lehernya. “Kau melihatnya juga?”
“Lalu –kenapa?? Kenapa bila kita memakanya?”
Aku tersadar, ketika semua mata memandang ku tajam, dan penuh selidik.. “kau tidak menyadarinya Janine, Hutan ini aneh. Kau belum menyadarinya, tidak ada apapun disini—tidak ada binatang apapun, bahkan seekor nyamuk satupun disini , aku yakin kau juga merasakanya. Hanya ini Janine, hanya ini yang bisa kita lakukan?”
Seketika, sesuatu seperti membuatku merasakan Rasa sakit di tulang—belulangku, wajah –wajah itu, di antara mereka, aku melihatnya. The Crow—ling ada di antara mereka, berdiri seperti menikmati semua ini.
Dan aku mendengar tentang sesuatu. “Dia akan menciptakan Mimpi di luar Fantasymu—dia adalah The Crow’l “

Original Horror Stories (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang