#19 - Oh Jieun and Her Lunch Box

7.7K 666 92
                                    

"Oh Jieun."

"Tidak, aku tidak berfikir tentang apapun."

"Kau pantas marah, aku minta maaf."

"Kotak bekalnya?"

"Besok saja."

*-*-*-*-*-*


Pagi itu, Jieun membuka matanya saat sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah jendela. Matanya mengerjap-ngerjap mencoba menyesuaikan cahaya yang tanpa izin mengganggu tidurnya. Saat matanya terbuka sempurna, sesuatu yang damai menyambutnya. Wajah Sehun tepat berada di depannya, matanya tertutup rapat dengan nafas yang berhembus halus dari hidungnya. Jarak mereka hanya dibatasi oleh guling yang sedang Sehun peluk, bersamaan dengan itu lengan Sehun secara tidak langsung juga memeluk pinggang ramping Jieun. Perlahan, Jieun mengangkat lengan Sehun dari tubuhnya,  semakin lama bersentuhan dengan Sehun, membuat jatungnya bergejolak cepat. Memacu dengan kecepatan diatas normal.

Jieun menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan menghilangkan kesan baru bangun tidur dari wajahnya. Ia melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 07.35. Dan ia menyadari sesuatu, Sehun harus berangkat kerja. Jika dirinya, tidak ada alasan lagi untuk takut terlambat dipagi hari. Sekarang Jieun seorang pengangguran.

"Sehun-ssi." Jieun mengguncang pelan bahu Sehun. "Bangunlah, kau tidak ke rumah sakit?"

"Hmm."

"Hampir pukul delapan, nanti kau terlambat."

"Lima menit lagi." Sehun berkata dengan mata yang masih tertutup rapat. Jieun pun menghela napas menyerah, ia juga menyadari bahwa Sehun tidur dengan waktu yang tidak cukup semalam, karna terjaga untuk merawatnya yang mungkin deman akibat kedinginan. Jieun akhirnya memutuskan untuk menyiapkan pakaian Sehun. Ia memilih kemeja berwarna biru toska dan celana abu-abu, setelah itu mengambil sepatu hitam dan membersihkan sedikit debu yang menempel disana.

Tidak bisa membiarkan Sehun terlelap lebih lama lagi, Jieun kembali mencoba membangunkan Sehun. Ia kembali mengguncang bahu Sehun yang sekarang tidur telentang. Sehun mengerjap-ngerjapkan matanya sambil bergumam tidak jelas. Lalu ia bangkit masih dengan mata yang menyipit.

"Mandilah, aku akan siapkan sarapan."

Jieun menuju dapur dan Sehun dengan malas berjalan ke kamar mandi.

Asap mengepul dari atas meja makan, Sehun keluar kamar setelah Jieun meletakkan sumpit di sisi mangkuk Sehun. Ia telah memakai setelan yang tadi disiapkan Jieun.

"Makanlah."

Sehun melihat isi meja makan, ada yang berbeda menurutnya.

"Samgyetang?"

"Kenapa? Kau tidak suka?"

"Bukan. Samgyetang di musim dingin?"

"Memang kenapa? Samgyetang tidak hanya ada di musim panas, tapi sup ini juga baik untuk sarapan, sebagai sumber tenaga. Makanlah."

Sehun dan Jieun pun duduk dan menyantap sarapannya. Setelah selesai, Sehun memasuki kamar dan keluar dengan jas putih yang telah ia pakai. Selagi Jieun merapikan meja makan dan dapur, Sehun memakai sepatunya di ruang tv. Jieun menghampiri Sehun yang telah siap berangkat.

"Jam tanganmu." Jieun mengulurkan jam tangan hitam dan langsung dipakai oleh Sehun di pergelangan tangannya.

"Aku berangkat." Jieun hanya tersenyum manis kepada Sehun. Melihat senyum itu Sehun terpaku sejenak. Senyum itu manis tapi sendu. Sehun tidak bisa mengerti dibalik dari senyum Jieun itu.

Sehun membuka pintu apartemen, namun ia menghentikan langkahnya dan berbalik lagi kepada Jieun yang masih berdiri disana. Melihat Sehun yang terdiam, membuat Jieun bingung.

My Life With Dr. Oh [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang