3

8K 908 30
                                    

Iya. Luna tau dia pernah menangis di kamar mandi kayak bayi.

Iya. Luna tau dia pernah bersumpah akan resign dari Adibrata Group dan mencari pekerjaan lain, seperti saran sahabatnya: Stella.

Iya. Luna tau dia pernah mengusir Adil dan bersumpah mati-matian kalau Luna enggak bakal menambah satu gelar tidak hormat lainnya: selingkuhan.

Tapi, jangan lupa. Luna juga pernah mengaku ia mencintai, ralat, memuja Adil. Adil itu hidupnya. Dan sama seperti yang Adil bilang dua bulan lalu pada Luna: he can live without her, he just don't want to. Luna juga sama. Dia bisa saja hidup tanpa Adil. Clueless dan act like a bitch--gonta ganti cowok, persis seperti apa yang dia lakukan dulu, sebelum Luna cinta mati sama Adil. Tapi, liat apa yang dia lakukan sekarang: she is back to the first square, crap.

Bedanya, sekarang, baik Ari, sahabat Adil yang dulu merupakan satu-satunya orang yang di kantor mengetahui hubungan mereka dan Stella, bekas housemates Luna yang sudah menikah dan pernah double date dengan Adil-Luna, sekarang enggak tahu apapun. Kali ini, Luna dan Adil benar-benar menggunakan kata 'backstreet' dalam artian sebenarnya. 

Sekarang, aktifitas Adil dimulai dari bangun, bersiap-siap, menjemput Luna di apartemen cewek itu baru kemudian mengemudikan mobilnya, sebuah SUV keluaran terbaru--Adil emang paling anti pakai sport car kayak laki-laki kebanyakan--menuju kantor mereka. Luna turun duluan, disusul Adil 4-8 menit kemudian. Kadang, mereka keluar bareng dari mobil kalau seandainya kondisi basement cukup sepi dan mereka sedang malas bersandiwara.

Satu-dua kali, Adil menginap di apartemen Luna. Adil sengaja tidak tinggal bareng dengan Luna, berjaga-jaga kalau Lia akan mengadu pada Ibunya atau apa. Sumpah mati, Adil sama sekali enggak mau Ibunya tau kalau Adil sudah kembali berhubungan dengan Luna. 

Sabtu dan Minggu, kecuali ada janji dengan Ibunya, Adil akan pamit pada Lia untuk bermain golf, renang atau apa saja. Pokoknya alasan-alasan masuk akal yang bisa membuatnya pergi dari rumah dan menemui Luna. 

Hubungan Adil dengan Lia? Sudah membaik. Mereka mengobrol satu-dua kali seminggu. Makan malam kalau sempat, sarapan kadang-kadang dan makan siang kalau keluarga singgah ke rumah mereka. Seperti hari ini:

"Dil, mbak Cintia, Mas Kafka sama Adel mau mampi nanti. Aku siapin makan siang. Kamu ikut, kan?"

Adil hanya mengangguk. "Nanti abis renang aku langsung balik, Li."

Lia hanya tersenyum saja. Lia tidak berpikiran negatif, di kepalanya, ia hanya membayangkan Adil sedang olahraga atau bertemu teman-temannya. Lia bahkan pernah dikenalkan pada Ari, sahabat Adil yang bekerja pada Adibrata group. Selama ini, di mata Lia, Adil masih cukup baik. Tidak pernah memberikan gerakan seperti seorang pervert atau apa. Adil bahkan tampak wajar dan menerima permintaan Lia dengan baik--tanpa membahas apa-apa.

Dan kenapa Luna mau menjabat status selingkuhan, you might ask. Luna sendiri tidak tahu. Yang Luna tahu, bahkan setelah ia usir, dua bulan lalu itu pun, Adil masih tetap kekeuh untuk mendekati Luna. Menungguinya pulang kantor, yang kadang sampai tengah malam itu, meski pada akhirnya Luna lebih memilih naik taksi. Adil juga memastikan Luna makan tiga kali sehari dengan teratur. Adil bahkan menghadiahkan Luna aneka benda-benda lucu: bunga, iPod yang diisi lagu-lagu yang ear catchy dan Luna dengar terus-terusan sampai bosan. Hal-hal remeh tapi berharga seperti itu.

Seperti sekarang ini, meski hanya berstatus selingkuhan atau apalah namanya itu, Adil jelas-jelas lebih memprioritaskan Luna. Adil lebih sering menghabiskan waktu bersama Luna. Bahkan, samar-samar, Luna mulai menyadari kalau Adil sudah mulai berani mengajaknya makan siang. Makan siang! Berbeda dengan sarapan atau makan malam, pada jam makan siang, otak, mata dan semua organ manusia sedang bekerja dengan maksimal. Semua orang bisa melihat dan memberitakan tentang mereka. Tapi, Adil tidak perduli. Coba, bagaimana hati Luna tidak menghangat lalu lama-lama lumer?

[2/3] It's todayWhere stories live. Discover now