Tanda Pengenal Keluarga

23 0 0
                                    

Britania, kota besar yang sudah berdiri sejak zaman pahlawan saat monster pertama kali menyerang manusia. Dulu kota ini digunakan sebagai benteng tempat berlindung dari para monster. Namun semenjak para pahlawan melatih manusia lain untuk bertarung menghadapi monster, kota ini menjadi tempat lahirnya para pejuang-pejuang yang tangguh.

Meski begitu, tidak mudah hidup di kota dengan area yang terbatas. Akhirnya, mereka yang sudah cukup kuat untuk menghadapi kekuatan monster, memutuskan untuk pergi membasmi monster dari Dataran Stfnir. Para monster yang merasa terancam dengan kekuatan baru manusia pergi ke pedalaman hutan untuk bersembunyi. Manusia yang sudah mulai merasa aman pun pergi keluar dari kota dan mendirikan desa-desa di sekitar daerah perkotaan.

Semakin berjalannya waktu, kekuasaan para pahlawan mulai luntur di kota Britania. Mereka yang sudah ditelan usia pun menyerahkan segala urusan Kota Britania kepada para bangsawan. Ada yang bilang bahwa para bangsawan adalah murid terkuat dan merupakan keturunan langsung dari para pahlawan. Itulah sedikit sejarah dari kota yang ada di hadapan Leon saat ini.

"Ge-gerbangnya besar sekali," Leon terlihat begitu terkejut dan kagum, sampai-sampai ia tetap membiarkan mulutnya terbuka."Wooaaaa, dilihat dari manapun temboknya juga terlihat sangat tinggi, aku bahkan tak bisa melihat apa yang ada di baliknya."

"Hei nak, jangan menyerobot antrian."

Seketika Leon berhenti dari langkahnya mendekati gerbang. Saat itulah ia baru sadar jika di depannya kini ada seorang penjaga gerbang yang tampak gagah di dalam zirah besinya.

"Eh, anu..." Leon kebingungan.

"Lihatlah di belakangmu, semua orang mengantre untuk diperiksa," penjaga gerbang menunjuk sekerumunan orang dan kereta yang berbaris di belakang Leon. "Jika kau ingin masuk ke kota, kami akan memeriksa barang bawaan milikmu di sini, jika sudah cukup jelas cepat kembali ke barisan!!"

"Si-siap pak." Leon secara tidak sadar hormat kepada penjaga gerbang. Ia memutar badan dan berjalan layaknya sedang mengikuti kegiatan baris-berbaris.

Leon pun pergi dengan tas besar yang dibawanya menuju posisi paling belakang dari antrean.

"Hmm sepertinya ini akan lama, banyak sekali orang yang ingin masuk ke kota ternyata," pikir Leon.

[KRUUK] Suara teriakan perut Leon.

"Aduh, aku lapar sekali." Leon mengusap perutnya."Aku tidak percaya bekal yang di berikan Vina sudah habis sebelum aku sampai ke kota, padahal aku kira itu akan cukup untuk beberapa hari, hmm... oh iya, aku baru ingat, tadi Isla memberi sebuah kotak padaku saat aku sampai di kediamannya."

Leon merasa sangat penasaran dengan isi kotak yang ia dapat dari Isla. Ia pun melepas tas besar yang ia bawa di punggungnya. Kemudian ia meraih kotak pemberian Isla dari dalam tas tersebut.

Di sana ada tiga barang, sebuah kartu yang memiliki gambar dan warna mencolok di kedua permukaannya, sepucuk surat yang memiliki harum seperti bunga, dan sebuah kotak bekal yang mungkin akan membuat Leon sangat gembira.

"Whoa, mewah sekali bekalnya. Udang, daging, nasi, ikan semuanya ada di sini." Matanya memelototi bekal yang berharga itu dan menghiraukan barang lainnya. "Beruntungnya aku hari ini. Ha ha ha"

Leon pun tanpa ragu langsung menyantap hidangan yang sudah menggoda matanya. Hap hap hap, hidangan yang ia dapat berkurang dengan cepat. Kemudian ia berhenti saat bekal itu sudah mencapai setengahnya.

"Mm, Aku tak boleh menghabiskan makanan ini sekarang. Akan sangat menyusahkan nanti jika tidak ada yang bisa aku makan. Sebaiknya aku simpan sebagian bekal ini," pikir Leon.

Setelah puas menyantap makanan pemberian Isla ia akhirnya sempat untuk melirik surat dan kartu yang diterima bersama bekalnya.

-Untuk Leon

Aku minta maaf jika bekal yang kau punya tiba-tiba habis. Sebenarnya aku yang memakan bekal yang kau bawa. Tak bisa ku percaya makanan itu lebih enak dari makanan yang ada di rumahku. Jadi aku terlena dan tanpa ku sadari bekalnya sudah habis begitu saja. :p

Tapi sebagai gantinya aku memberimu bekal bersama surat ini sebagai ucapan terimakasih. Juga ...-

"Selanjutnya!"Penjaga gerbang berteriak mengagetkan Leon yang sedang asik membaca surat dari Isla.

"Hah? Hah?."Leon menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, ia baru sadar bahwa ini adalah gilirannya untuk diperiksa. Leon tak pernah menyangka bahwa antrean panjang di depannya tadi akan habis secepat ini.

"Hei nak, cepat, ini giliranmu," kata penjaga.

Leon yang saat itu membaca surat dari Isla akhirnya terburu-buru dan memasukkan surat dan kartu ke kantong jaket miliknya. Ia pun bergegas untuk melakukan pemeriksaan.

"Jangan lambat nak, masih ada banyak hal yang harus kami kerjakan." Penjaga tadi mulai marah, dari tadi ia bersikap sangat menyebalkan dan meremehkan Leon yang hanya seorang anak kecil.

"Ma-maaf pak," jawab Leon.

"Cepatlah pergi kesana." penjaga menunjuk kedua rekannya yang berada di belakangnya. "hmmm, hei tunggu!! Apa itu yang ada di kantong jaket milikmu." Mata penjaga menyebalkan itu terfokus ke kantong jaket Leon dan lalu ia mengambil isinya. Ternyata yang ia ambil adalah kartu mencolok yang di dapat Leon dari Isla.

Tiba-tiba tampang penjaga itu begitu terkejut, matanya melihat pada gambar di kartu dan kemudian menatap wajah Leon dengan penuh keanehan. Leon yang sedang berada di depannya hanya membalas tatapan itu dengan senyuman di wajahnya.

"A-ana, maksudku tuan, me-mengapa anda tidak bilang jika anda utusan dari keluarga Linley, Saya merasa malu karena tidak mengenali anda." Sikapnya tiba-tiba saja berubah terhadap Leon. Wajah penjaga garang tadi menjadi pucat, dan tampang angkuh di wajahnya berubah menjadi sangat sopan sekali, sampai-sampai ia menundukkan badannya saat berbicara dengan Leon.

"He?" Leon bingung, setan apa yang merasuki penjaga tegas nan galak tadi.

"Setidaknya jika anda bilang dari awal, saya, Getei tidak akan membuat anda harus mengantre." Penjaga tadi memberikan jalan pada Leon menuju arah gerbang dan mengembalikan kartu pemberian Isla.

Leon yang kebingungan dengan tingkah Getei tadi hanya dapat mengikuti arahan Getei dan masuk melalui pintu kecil di pojok gerbang besar Britania.

"Utusan keluarga Linley selalu aneh-aneh, kali ini ia mengirim anak kecil,"gumam Getei. "Mengapa pula bangsawan seperti mereka tinggal di luar kota, sangat merepotkan."

"Pak, kenapa anda membiarkannya masuk begitu saja?" Ujar rekan Getei.

"Hei boncel, kau juga akan melakukan hal yang sama jika kau tau kalau dia dari keluarga Linley!" teriak Getei kesal.

++++++++++++++++++++++

"Jadi ini, Kota Britania yang ada dalam legenda?"
========================================================

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leon : Path of a BattlerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang