5

5.7K 418 32
                                    

"Jagalah solat, semahal apapun harga pangan. Allah akan menjamin untuk hambanya"

***

Tepat pukul delapan pagi Canna sampai kantor, rutinitas setiap hari yang ia lakoni sebagai pegawai yang taat aturan yang di terapkan perusahaan. Ia senang beraktivitas dan ia juga sudah enjoy dengan pekerjaanya.

Walau orang tuanya masih mengharapkan ia berkerja di perusahaan keluarga, tapi Canna ingin mencoba mandiri dengan melamar kerja dan mengikuti serangkaian tes seperti yang lain, bukankah itu yang membuat pekerjaan kita terasa berharga. Karena untuk mendapatkannya harus di awali dengan usaha.

Tapi Canna pun tau, orang tuanya hanya khawatir kepadanya, mau bagaimanapun ia perempuan yang harus lebih hati-hati dalam penjagaan, dimana banyak wanita yang banyak terjerumus dalam pergaulan tanpa berfikir pada kehidupan kedepannya.

"Selamat Pagi Pak" sapa Canna saat melihat Zaen melintasi mejanya, ia tersenyum tipis yang di balas Zaen dengan anggukan kepala sebelum masuk kedalam ruangannya.

Canna segera mengambil buku catatannya lalu mengikuti langkah Zaen untuk membacakan rentetan jadwal atasannya itu.

...

Zaen menghela nafasnya perlahan saat mendengar suara Canna yang memberitahunya tentang apa saja yang ia harus lakukan hari ini, konsentrasinya sedikit buyar saat di terpa kenyataan bahwa wanita di depannya itu sudah bersuami dan bahkan sudah memiliki anak yang begitu manis.

Mustahil, ia bisa memiliki wanita di depannya, fikir Zaen resah, dan ia mengutuk suami Canna yang membiarkan istrinya bekerja karena itu bisa membuat lelaki bisa saja tertarik pada Canna. seperti dirinya saat ini.

"Pak Zaen!"

Zaen tersentak dan langsung beristigfar saat mendengar panggilan Canna, segera ia membenarkan posisi duduknya agar lebih tegak.

"Ya... baiklah saya mengerti" ujar Zaen yang langsung di angguki Canna.

"Baik Pak, kalo begitu saya permisi dulu" Canna keluar yang membuat Zaen menghela nafas kasar.

"ya ampun" desah Zaen seraya memijat pangkal hidungnya, ia bingung dengan perasaanya yang berlabuh pada hati yang salah.

kenapa Allah memberinya rasa pada wanita yang bersuami dan kenyataan itu membuatnya sakit. seperti kalah sebelum berberang.

Dan itu sangat membuatnya pusing dan galau.

***

untuk kesekian kalinya Canna melihat jarum jam yang sudah menunjukan pukul 11.45 menit dan Zaen masih belum juga keluar dari ruanganya. Apa mungkin atasannya itu lupa kalo ada meeting di luar kantor.

Pasalnya sekertaris Pak Rama sudah mengabarkan kalau mereka sudah on the way ke bluegrass, Restoran yang di jadikan tempat pertemuan kali ini.

Ia bangkit dari duduknya, setelah membereskan mejanya Canna melangkah ke ruangan Zaen untuk menginfokan kambali tentang pertemuan dengan pemimpin perusahan properti itu.

Canna mengetuk pelan pintu, dan segera menekan handlenya setelah mendengar suara beriton Zaen yang menyuruhnya masuk.

"Permisi Pak, Pak Rama sudah on the way ke bluegrass, sebaiknya anda berangkat sekarang agar tidak terjebak macet" lapor Canna

"Pa Rama?" tanya Zaen bingung, ia mengerutkan keningnya, berfikir keras atas ucapan Canna yang melaporkan.

"Iya Pak, Sekarang kan jadwalnya pertemuan dengan Pak Rama. Tadi pagi kan saya sudah lapor ke Bapak" jawab Canna yang langsung membuat Zaen tergagap.

"Oh...mungkin saya kelupaan" gama Zaen, ia sedikit gerogi saat menatap Canna

"Ayo, kita berangkat nanti keburu telat" lanjut Zaen, Ia berdehem pelan seraya bangkit dari kursi kebesarannya lalu melangkah melewati Canna yang langsung mengekor di belakangnya sambil membawa beberapa file yang akan di bahas saat meeteng nanti.

***

"Bisakah kita cari masjid dulu Pak? sudah dzuhur" Tanya Canna, Ia cemas jika waktu Zhuhur terlewat begitu saja kalau melanjutkan perjalanan, di tambah macet yang tak bisa di hindari lagi.

"Boleh, setarus meter lagi ada masjid" Jawab Zaen setuju, ia melirik Canna yang menghembuskan nafas lega, poin plus Canna yang membuatnya kagum adalah, Canna selalu mengutamakan Sholat di atas segalanya.

pernah waktu itu mereka pulang dari bogor terjebak macet di sisi lain mereka belum sholat Ashar dan Masjid yang mereka cari masih lumayan jauh sedangkan waktu terus berputar. di saat itu ia melihat Canna terus gelisah.

waktu itu ia mulai tersentil hatinya, betapa ia selalu menyepelekan waktu sholat karena berfikir walaupun terlewat bisa di kodho, tapi sejatinya Allah memerintahkan Hambanya untuk menempatkan ibadah di atas segalanya. bukan menggampangkan dan menyepelekan.

Karena manusia di ciptakan hanya untuk beribadah ke pada Allah.

Jadi jangan menyeimbangkan urisan dunia dan ahirat, karena jelas dunia hanya bersifat semu dan ahirat lah yang bersifat pasti.

***

Canna membereskan catatannya tentang kesimpulan tentang hal-hal yang di sepakati bersama di rapat kali ini, ia mengehala nafas lega karena rapat berjalan sesuai ekspetasi bersama walau ia dan Zaen datang terlambat dan untungnya Pak Rama memaklumi hal itu.

Dan sekarang waktunya ia menyenangkan perutnya yang sejak tadi belum di isi.

Ia cukup senang dengan Zaen yang tidak perhitungan soal makanan, mau di manapun Zaen pasti membiarkannya memilih menu dan tak mempermasalahkan soal harga.

Ia makan dengan lahap sampai tak menyadari Zaen yang terus menatapnya tanpa berkedip, memindai setiap gerak-gerik Canna yang terlihat sangat menikmati makananya.

Untuk kali ini Zaen cukup hanya dengan memandang karena untuk menyentuh ia tak akan bisa melakukan itu.

Dan hatinya kembali tergores hingga membuat fikirannya melantur dengan berdoa semoga saja Canna bercerai dengan suaminya dan ia bisa memiliki Canna seutuhnya. Tak apa walau Canna mempunyai anak. Ia bisa menerima itu.

yang terpenting baginya hanya Canna bisa di sampingnya setiap hari.

***

Barakallahu fiikum ..

@qielian_

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 18, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Keajaiban CintaWhere stories live. Discover now