4.

4.4K 395 19
                                    

Ini bukan salahnya menyukai wanita ber-suami, ia sejujurnya ta ingin tetapi rasa itu muncul dengan sendirinya tanpa bertanya apakah ia siap atau tidak? jadi, jangan men- judge orang karena rasa itu hadir karena kehendak Allah yang maha membolak - balikan perasaan manusia.

Zaen menatap Macbook di hadapannya dengan tatapan kosong, suara ketukan membuat tubuh nya tersentak, ia memandang kearah pintu dan langsung menghembuskan nafas kasar saat sang kaka melenggang masuk.

"Kamu kelihatan tak bersemangat, ada apa?" Tanya Ellin penasaran, ia menaruh tas tangannya di atas sofa lalu kembali melangkah kearah lemari pendingin untuk mengambil sekaleng minuman lalu meneguk isinya perlahan.

"Tida, aku hanya... hmm Mba?" Zaen menatap kakanya bimbang, apa ia harus menceritakan keluhan hatinya pada sang kaka?

"Ada apa? Apa ada masalah" tanya Ellin semakin penasaran melihat raut muka bingung Zaen.

"Tidak apa- apa" desah Zaen, mungkin bukan saat ini, karena ia belum siap di kasihani kakanya.

"Hey, tidak sopan! Ada apa Zaen?" Ellin mendelik sebal, karena tingat ke-kepoannya naik drastis tetapi tanggapan adiknya seperti itu.

"Tida ada! aku hanya capek " kilah Zaen, Ellin mendengus jengkel tetapi ia tak menanyakan lebih jauh, mungkin nanti adiknya bercerita karena adiknya memang tak pernah menyimpan rahasia padanya.

****

"Maaf Pak, rapat 5 menit lagi di mulai" ujar Canna sopan, Zaen mengangguk seadanya. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan.

"Apa semuanya sudah siap?" Tanya Zaen

"Tinggal menunggu bapak saja" jawab Canna langsung, Zaen mendesah pelan lalu bangkit dari duduknya, melewati Canna tanpa mau meliriknya sama sekali.

Bagimanapun ia tak mau goyah dalam berusaha menjauhi Canna dari sisi hatinya yang mengharapkan, langkah pertama yang ia tempuh adalah berusaha mengabaikan, walaupun ia tak yakin seratus persen. Karena posisi Canna adalah sekretarisnya yang pasti terus berkeliaran di sekitarnya. itu yang membuaynya susah.

tetapi, apa salahnya mencoba 'kan?

Kalau memang ia mampu Alhamdulilla tapi kalo tidak, mungkin memang takdirnya seperti itu. Mencintai tanpa di cintai.

Dengan tenang Zaen melangkah masuk kedalam meeteng room, ia duduk di kepala meja di ikuti Canna di sebelah kanannya. yang langsung membuatnya goyah, ia melirik Canna yang tampak mempesona dengan jilbab berwarna hitam yang di kenakannya, dan itu membuktikan bahwa wanita yang tertutup pun bisa sangat mempesona itu.

Ia meneguk pelan isi gelas di hadapannya untuk mengalihkan fokusnya lalu segera memperhatikan sang moderator yang membuka rapat, hingga sampailah gilirannya menyampaikan tujuan rapat tentang bagaimana mencapai kesuksesan yang menguntungkan pada perusahaan.

****

Zaen menghirup nafas dalam - dalam saat lagi - lagi ia tak bisa memejamkan matanya barang sedetik 'pun, efek jatuh cinta memang selalu menyusahkan, ia membalikan tubuhnya, tengkurap lalu mengambil ponsel pintarnya untuk mengecek sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya yang sedang kacau.

"Ya Ampuun" Zaen mendesah pelan, dulu ia paling tidak bisa berkomitmen dengan suatu hubungan, tetapi sekarang! Ia sangat ingin bersama Canna dengan saling memiliki selayaknya Adam dan Hawa yang di takdirkan bersama di duania dan ahirat.

Tapi, kayaknya tak mungkin, karena Canna sudah memiliki suami, Zaen mengusap wajahnya kasar lalu bangkit dari tidurnya, lebih baik ia berwudhu dan solat untuk menenangkan hati dan jiwanya yang menggeliat gelisah.

Dari pada ia terus memikirkan istri orang! Ia tak mau menjadi perusak hubungan orang lain yang nanti akan merugikan semua pihak.

****

Pagi - pagi sekali Canna menyambangi kediaman Dira yang bersebelahan dengan rumahnya, libur kantor memang waktunya ia bersama si kecil Enes yang menggemaskan, ia berencana akan mengajak Enes ke Mall untuk membelikannya baju baru.

Mengetuk pelan pintu kayu rumah Dira, hingga berselang beberapa menit senyumnya langsung merekah saat melihat Dira yang tengah menggendong Enes.

"Assalamualaikum sayaaang" seru Canna lalu mengecup pipi gembil Enes yang menyandarkan kepalanya di bahu Dira.

"Ko panas Dir?" Tanya Canna panik, ia mengambil alih Enes yang terkulai lemas dalam gendongannya, sesekali balita montok itu berguman pelan membuat Canna semakin panik.

"Enes demam Can" Dira meringis "sore nanti aku mau bawa ke dokter, soalnya aku gak boleh libur lagi" lanjut Dira pelan.

Canna tersenyum kecil, lalu menepuk punggung sahabatnya pelan untuk menenangkan, bagaimanapun ia mengerti perasaan Dira

"aku akan bawa Enes ke Dokter sekarang" Canna menengkan.

"Makasih Cann" Dira berujar tulus

"Sebentar aku ambil uang dulu" lanjut Dira yang langsung di cegah Canna.

"Aku sudah anggap Enes anak-ku juga Dir, jadi biar aku yang atur semuanya. Lebih baik kamu siap- siap untuk berangkat kerja" ucap Canna, Dira mengangguk lemah lalu melenggang masuk untuk bersiap - siap.

"Mamama..." gumam Enes langsung sambil melambaikan tangan montoknya kearah Dira melangkah masuk.

"Iya sayang, Nanti kita periksa yah" ujar Canna sambil terus menimang Enes.

***

Canna mengelus - elus pelan punggung kecil Enes yang tertidur di gendongannya, matanya berkeliaran mencari taxi untuk membawanya pulang kembali ke rumah, ia meringis saat menghapus peluh di philtrum Enes.

"Panas ya sayang?" gumam Canna tak tega, lalu ia mengecup kening Enes, sebelum suara klakson mobil menyentaknya.

Canna mendongkak, di sana wajah tampan atasannya menatapnya bingung di dalam mobil mahalnya.

"Lagi ngapain?" Tanya Zaen

"Nunggu taxi Pak" jawab Canna pelan.

Zaen mendesah pelan untuk menguatkan hatinya, ia kembali memandang Canna yang kepanasan, ia merutuki suaminya yang membiarkan Canna kepanasan seperti ini.

"Masuklah, aku antar pulang" titah Zaen.

"Tidak usah Pak, tidak usah repot - repot" tolak Canna halus

"Masuklah Canna!" paksa Zaen yang langsung di angguki Canna, ia melangkah maju dan masuk mobil dengan canggung dan langsung membetulkan posisi Enes dalam pangkuannya agar nyaman.

"Anak-mu sakit?" Tanya Zaen, Canna mendongkak menatap Zaen dengan dahi mengerut, tapi kemudian ia mengangguk saja untuk menjawab pertanyaan Zaen.

Zaen menghembuskan nafasnya pelan, walaupun ia tau Canna punya anak. Tetapi kalo mendengar dari mulut Canna sendiri, nyelekit banget.

"Maaaa" suara rengekan Enes membuat Zaen menoleh sejenak, ia terpukau melihat balita lucu itu tengah mencebikan bibirnya. Menggemaskan sekali.

"Sudah bangun ya sayang" gumam Canna ia menegakan tubuh Enes lalu memberinya biskuir bayi yang langsung di lahap Enes.

Kapan aku bisa melihat Canna seperti itu pada anak-ku? Batin Zaen, ia sungguh ingin jika anaknya akan lahir dari rahim Canna. Tapi apa itu bisa terjadi? mungkin saja tapi hanya dalam mimpi bukan pada kenyataan.

Sungguh kenyataan itu sangat membuat hatinya tidak tenang, dan kalau saja ia hadir lebih awal dalam kehidupan Canna, mungkin saja anak nya yang di pangku Canna saat ini.

TBC.

Maaf lama update, lagi agak sibuk soalnya.

Maaf juga kalo makin berantakan dan typo di mana - mana.

IG @qielian_

Keajaiban CintaWhere stories live. Discover now