7 y.o

125 6 0
                                    

24 Januari 2009

"Calum! Luke sudah menunggu di bawah!" suara nyaring milik kakakku sangat menggangu telingaku. Suaranya seperti ibu tiri yang ada di dongeng-dongeng.

"Aku akan turun kebawah!" Tidak ada sahutan. Mungkin dia sudah beralih dengan apa yang ia kerjakan sekarang.

"Hey, asian!" aku melompat melampaui dua anak tangga sekaligus dan ketika aku berhasil dengan sempurna memijakan kaki di lantai, aku menghampiri Luke dan memukul lengannya dengan pelan.

"I'm not asian, penguin!" Luke hanya merintih kesakitan. "Ya ya. Kau yang besok berulang tahun, mari kita main di luar!" Luke mencoba turun dari sofa yang menurutnya sangat tinggi.

Aku mengambil sepeda roda dua-ku di garasi ditemani oleh Luke yang sudah siap dengam sepeda hitam-merah kesayangannya.

"Hanya kita berdua?" ucapku yang sedari tadi kebingungan melihat hanya Luke dan aku yang bermain sepeda. "Di mana Ashton dan Mike?"

Luke menjawab, "Ashton sedang ke rumah sakit, menjenguk adik barunya. Mike sedang menanti kita di sana." Ia menunjuk ke penghujung jalan dan memperlihatkan Mike yang sedang memakai helmet khusus sepeda sambil melambaikan tangannya ke arahku dan Luke.

"Ada auntie Karen juga?" tanyaku pada Luke. "Tentu ada, dia akan menjaga kita." aku menghembuskan nafas dan mengoes sepedaku dengan semangat.

"Hey, Mike!" sapaku seraya aku turun dari sepeda kesayanganku ini. "Hey, Cal-- Asian!" Aku memukul kepalanya dengan sebal. Mereka suka sekali memanggilku asian .

Tiba-tiba saja Auntie Karen menghampiri kami bertiga. "Kalian mau ikut ke rumah sakit? Menjenguk adik Ashton yang baru lahir. Bagaimana?"

Kami saling bertatap-tatapan. Aku penasaran juga bagaimana wajah adik Ashton, apakah mirip Auntie Ann atau Uncle Robby atau justru mirip denganku?

Luke mengangguk dan menatap Mike. Cukup lama Luke dan aku menunggu ia menjawabnya. "Kalau mom ikut pasti aku ikut, kalian bodoh." ucapnya sambil tertawa.

"Michael, jangan berkata buruk!" ucap Auntie Karen. Luke dan aku hanya terkikik kecil.

**

Butuh waktu sekitar 20 menit hingga aku melihat gedung tinggi bertuliskan St.Marie hospital . Auntie Karen memarkirkan mobilnya di basement dan mengajakku, serta Luke dan Mike turun dari mobil.

"Di mana kita bisa menemui Auntie Ann dan Ashton?" aku pikir Luke sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Ashton. "Aku pikir kita harus ke lobby dulu untuk bertanya tentang di mana kita bisa menemui mereka."

Akhirnya Luke, Mike dan aku saling bergandengan tangan menuju lobby rumah sakit tersebut. Aku sedikit berjinjit untuk melihat apa yang ada di balik meja tersebut. Sementara Luke dan Michael hanya menunggu Auntie Karen secara tidak sabar.

"Permisi, di mana tempat Mrs. Irwin dirawat?" tanya Auntie Karen. "Room number 352, second floor." aku melihat siapa yang ada di balik meja itu. Seorang perempuan dengan nama Evie. Siapa dia? Dan kenapa dia bisa tahu di mana Auntie Ann dirawat?

"Terima kasih." Auntie Karen mengucapkan hal itu kepada perempuan yang ada di balik meja itu dan ia hanya menjawab dengan sebuah senyuman.

"Auntie, auntie!" aku mengejar Auntie Karen yang berjalan tidak jauh di depanku. "Ada apa, Calum?" aku mencoba menyetarakan langkahku dengan Auntie Karen. "Tadi yang Auntie ajak bicara siapa? Dan kenapa ia mengetahui di mana tempat Auntie Ann dirawat?"

Aku menatap Mike yang coba menekan tombol 'up' di samping pintu lift sebelum akhirnya Auntie Karen mengangkat suara, "Dia seorang resepsionis. Dia yang mengetahui segala informasi mengenai rumah sakit ini di mulai dari letak kamar inap sampai nama pasien yang dirawat di sini." aku hanya ber'oh' ria. Auntie Karen tersenyum padaku dan menhampiri Mike yang sangat kesulitan memencet tombol 'up' .

"Biar aku saja yang memencetnya. Aku jauh lebih tinggi daripada Mike!" ucap Luke semangat. Mike yang tidak mau kalah menutup tombol itu dengan kedua tangannya. "Ayolah Mike, mengalahlah denganku. Nanti begitu sampai di dalam aku akan memberikan kesempatanmu untuk menekan tombol di dalamnya." jelas Luke.

Mike berpikir-pikir dan akhirnya ia mengangguk. Dengan mudahnya Luke menekan tombol tu dan tak lama lift itu terbuka. Auntie Karen yang sedari tadi hanya memperhatikan tingkah laku anaknya dan Luke kini angkat bicara. "Mike, sekarang giliranmu yang menekan tombol. Lihat nomor dua itu?" Mike mengangguk. "Sekarang tekan itu." sambung Auntie Karen. Dan Mike menekan tombol itu dengan gembira. Aku yang sedari tadi hanya memerhatikan kelakuan mereka hanya memutarkan bola mata.

Aku melangkahkan kaki kecilku ini keluar dari lift. Aku mencari nomor 3, 5 dan 2 untuk memastikan bahwa itu kamar Auntie Ann. "Di sebelah sini." ucap Auntie Karen sambil menujuk ke arah lorong yang tepat berada di sebelah kananku.

Luke, Mike dan aku berlomba mencari kamar nomor 352. Aku terus mendongakkan kepalaku untuk melihat nomor kamar yang terletak di depan pintu yang jauh lebih tinggi daripadaku. "Mom! Aku menemukannya!" sorak Mike bergembira. Luke dan aku segera menghampirinya.

knock knock

Tak lama setelah itu, seorang perempuan menggunakan pakaian serba biru dengan masker yang bertengger di telinganya membukakan pintu untuk kami. "Anda ingin bertemu dengan Mrs. Irwin?" ucap wanita tersebut. "Betul."

Ia mempersilahkan masuk dan setelah itu terlihat Ashton yang dengan serius memperhatikan adiknya yang sedang tertidur lelap. "ASHTON!!"

Kami sangat histeris begitu melihat Ashton. Ia adalah yang tertua diantara kami. "Sstt... kalian jangan berisik. Kasihan adiknya Ashton yang sedang tidur." tegur Auntie Karen. Kami dengan serempak mengucapkan, "Sorry"

"Siapa nama adikmu?" tanyaku. Ashton melihat kearahku dan mengatakan, "Harry Irwin."

"He looks like Luke.." ucap Mike tanpa sadar. Dan dengan begitu, Ashton memukul kepala Mike, "Dia mirip denganku, tau!"


HOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang