Chapter 9

6.5K 491 3
                                    

"Maaf eonni," kata ku pada sandara dengan napas terengah-engah, sesapainya di kitty cat cafe. Aku berlari dari halte ke sini.
      "Tidak biasanya kau telat selama ini," komentar sandara.
       " aku berangkat dari myeongdong, eonni," jelasku. "Aku sudah tidak lagi tinggal di hongdae."
       Sandara tampak terkejut. "Apa itu artinya kau juga tidak akan berkerja di sini lagi?" Tanyanya.
       Terus terang, pertanyaaan sandara itulah yang justru membuatku berpikir, bahwa tidak seharusnya aku tetap bekerja di sini. Untuk apa aku bolak-balik myeongdong-hongdae hampir setiap hari? Kalau aku tinggal di daerah dekat myeongdong, seharusnya aku juga bekerja di myeongdong. Dan di mana tempat yang tepat, selain di black&white cafe? Chanyeol harus menerimaku sekarang, karena toh aku juga sudah tinggal di rumahnya.
    Jadi untuk pertanyaan sandara, aku menjawab, " ya, eonni. Sebenarnya, aku ingin bilang kalau hari ini adalah hari terakhirku bekerja di sini."
    Sandara langsung meraung. Sungguh, dia meraung. Untung saja belum ada pelanggan yang datang, karena kafe memang baru saja di buka. Kalau tidak, mungkin pelanggan itu akan menyangka pemilik kafe ini sudah gila, dan tidak mau lagi datang ke kafe.
    " tapi baek~ya, aku sudah sangat menyukaimu," kata sandara sedih.
"Aku juga menyukaimu," balasku. "Tapi aku telanjur mendapatkan pekerjaan baru, yang letaknya dekat dengan tempat tinggal baruku."
     Oke, itu bohong. Aku belum mendapatkan pekerjaan baru, tapi aku pasti akan mendapatkannya, segera setelah chanyeol menerimaku di black&white cafe.
     Meski berat harus berpisah dengan sandara, tapi terselip juga sedikit rasa lega karena aku tidak lagi harus berdekat-dekatan dengan kucing. Di akhir jam kerjaku, setelah sandara memberikan gajiku selama beberapa hari ini, dia memelukku dengan sangat erat sampai membuatku sesak. Puas memelukku, dia pun melepaskan ku pergi.
       Sepanjang perjalanan pulang, aku sibuk memikirkan kemungkinan chanyeol mau menerimaku bekerja di kafenya. Alasan ku ingin bekerja di sana kini sudah cukup kuat. Jadi aku hanya tinggal melancarkan sedikit bujuk rayu pada chanyeol. Aku tidak boleh gagal seperti dulu.
        Chanyeol masih belum pulang ketika aku sampai di rumah, jadi aku duduk menunggunya di ruang keluarga sambil menonton televisi. Aku sempat cengar-cengir sendiri, membayangkan kalau saat ini aku sedang menunggu suamiku pulang kerja.
       Oh... astaga baru membayangkannya saja sudah membuat dadaku nyaris meledak saking bahagianya. Kapan ya, bayanganku itu akan menjadi kenyataan ?
       Cengiranku mulai memudar ketika perutku berbunyi. Aku baru ingat kalau aku belum makan malam. Selalu saja seperti ini. Mana di rumah ini tidak ada makanan, tapi aku terlalu malas begerak. Lagi pula, aku kan sedang menunggu chanyeol. Aku ingin saat dia pulang nanti, aku ada di rumah. Jangan sampai dia langsung naik dan tidur, karena aku kan ingin melamarnya---- maksudku melamar kerja padanya,
     Akhirnya chanyeol pulang. Aku mendengar suara mesin mobilnya di matikan di luar dan langsung melompat untuk menyambutnya. Aku sedang berdiri di ambang pintu depan ketika dia berjalan melintasi teras. Di tangannya, dia sudah memegang sebuah pelastik berisi makanan.

   Hatiku langsung berbunga-bunga. Bahkan tanpa ku katakan pun dia tahu bahwa aku belum makan malam, dan membawakanku makanannya. Betapa manisnya! Kami pasti sudah memiliki hubungan batin atau semacamnya.

      " terima kasih sudah membawakan makanan untuk ku chan," kataku

    Chanyeol melirik kantong pelastik di tangannya sekilas. " memang siapa yang bilang makanan ini untukmu?"

   Bunga-bunga di hatiku pun langsung berguguran. Jadi makanan itu bukan untukku?
     "Terkadang aku membawa makanan pulang untuk di makan di rumah," jelas chanyeol, menjawab pertanyaaan di dalam hatiku. "Tadi kafe sedang sangat ramai sehingga aku tidak sempat makan malam."

    Tentu saja. Makanan itu untuk dirinya sendiri bagaimana bisa aku berfikir kalau chanyeol akan membawakanku makanan?
     Chanyeol berjalan melewatiku dan menuju dapur, sementara aku mengekor di belakangnya. Dia mengambil piring dan sumpit, lalu membawanya ke ruang makan. Dikeluarkannya isi kantong pelastik dan di sajikannya di atas piring. Ternyata jjajangmyeon, salah satu makanan kesukaanku. Tidak, ini akan sangat menyiksa!

I'm sorry (Chanbaek ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang