Bully
Apa yang tidak di miliki Hime hingga dia di bully. Harta berlimpah, mobil, make up mahal, hand phone mahal, hartanya hanya hand phone jadul dan laptop peninggalan bibiknya. Dia hanyalah gadis yang bisa masuk Universitas ternama di Malang karena beasiswa
Otaknya yang cerdas sama sekali tidak di hargai. Bahkan guru tidak ada yang menghargai, dia di perlakukan dengan cara yang berbeda. Beberapa guru hanya akan mencibir saat melihat dia di bully dan dalam hati mendukung
Tidak terkecuali hari ini. Seperti biasa, Metha, Samatha, Niken, dan Krysti
Mereka meninggalkan beberapa memar di tangan dan kakinya
Gerimis sama sekai bukan masalah. Namun langit suram yang sudah berhari-hari masih bertahan dan tidak mau menetes. Membuat udara seperti es
Hime berjalan pincang karena pergelangan kakinya patah. Perawat di ruang kesehatan hanya memberinya salep dan meninggalkannya, padahal dia bisa memijat untuk membenarkan urat pergelangan kakinya
Rambut pirang kotornya acak-acakan. Jika seseorang melihatnya mereka pasti akan langsung tahu bahwa dia mengalami hari yang buruk
Apakah dia sedih?
Dia marah?
Dia dendam?
Tidak
Dia adalah gadis padat. Padat terhadap perasaannya sendiri, dia tidak peduli dengan hidupnya, yang penting dia hanya menjalaninya
Tidak ada kehidupan pertemanan, romantis, kekeluargaan. Hanya dia, dan dia yakin, bahwa dia, akan mati sebelum bisa membuat keluarga sendiri.
Dengan usaha keras dia masuk rumah. Gagak yang ia temukan sudah tinggal di rumahnya hampir satu minggu, Hime sudah memberinya banyak jenis makan, biji, remah roti, buah, bahkan daging. Dan tidak satupun di makan, dan gagak itu masih hidup
Dia duduk di sofa panjang. Melihat kakinya yang bengkak, gagak berkotek seolah ingin tahu
Hime menatap gagak dengan senyum kecil "Oh, ini hanyalah...ulah beberapa orang yang tidak suka padaku" dia tidak perlu berbohong pada seekor gagak
Gagak terbang dari atas kulkas dan mendarat dekat kakinya. Burung itu dia biarkan berkeliaran karena tidak ada sangkar dan Hime juga tidak suka hewan di kurung
Meski sudah sembuh baik dan bisa terbang kesana-kesini gagak itu menolak untuk pergi
Hime merasakan kelelahan yang menendang. Dia lelah terhadap mental, hidupnya begitu kosong dengan hati padat. Seolah hidupnya sama sekali tidak berharga
Dia berbaring di sofa. Meringis karena beberapa luka, dan menutup matanya untuk mecoba damai
Dia setengah sadar saat tangan sejuk membuai kepalanya. Rasanya begitu tenang dan baik, rasa sakit di tubuhnya juga tak terasa
Kehangatan merambat di seluruh tubuhnya. Dia melihat blur seseorang yang membelainya. Sosok itu mendekat dan terasa ada kecupan mesra di dahinya
Seolah mengatakan saat-kau-bangun-akan-ada-kejutan. Senyum sadar terukir di bibir pucatnya sebelum bersiap kembali kehilangan kesadaran
Dia mendengarnya
"Jangan khawatir Dear. Hidupmu lebih berharga dari mereka"
Namun dia tidak mengerti
Kelopak hazel menembak terbuka saat Hime bangun. Perutnya menggeram dan terasa sedikit perih, hari sudah terlihat gelap dan hampir tengah malam
"Oh aku terlambat makan malam" dia melirik jam dinding dan berpikir sebentar apakah dia akan makan malam atau melewatkan saja
Dia berpikir akan melewatkan. Tapi hidungnya mencium bau yang begitu sedap
Mengikuti bau itu. Yang membawanya ke dapur dengan EMPAT PORSI KFC!!
Rahangnya menggantung dengan mata bulat. Dia jarang makan daging, yang dia makan hanya sayuran lokal dengan lauk murah
Pandangannya beralih ke burung gagak yang sedang memakan segumpal daging mentah dan masih terlihat segar dengan basah darah
Mungkin dia berburu tikus atau apa...pikirnya
"H-hey" Hime memanggil gagak itu. Dan hebatnya burung itu menoleh dan menghadapnya langsung "A-apa kau tahu siapa yang menaruh makanan ini?"
Dia tidak tahu apakah dia memang harus bertanya pada burung. Tapi dia penasaran, makan masih berbau dan beruap. Yang jelas seperti baru keluar penggorengan, dan rumahnya dengan jarak KFC adalah jauh mungkin jika di kirim ke rumahnya pasti sudah dingin meski orang itu naik mobil ataupun kereta
Dia menyipitkan matanya akan berpikir lebih dalam. Namun geraman perutnya menolak
Dengan nafas pasrah dia duduk dan makan, entah milik siapapun itu
Paginya dia melakukan rutinitas biasa. Mandi, cuci baju, masak, membersihkan rumah, belanja, memberi makan dan minum pada gagak yang hanya akan mengabaikan makananya, burung itu akan berjalan seperti burung kakak tua atau terbang mengikutinya melakukan kesehariannya
Gedoran pintu keras membuat jalan kerutan di wajahnya menunjukan dia kesal. Gagak juga menoleh ke sumber suara
Hime berjalan santai saat gedoran semakin tidak sabar. Dia membuka pintu dan mengungkapkan Andre tunangannya Metha. Wajahnya terlihat merah marah dengan mata merah bengkak
Tanpa buang nafas. Andre mendorong Hime dengan bahunya ke dinging, keras
"Elo yang bunuh Metha kan?!" teriak Andre seperti kerasukan, Hime hanya memberinya silau kebencian. Dia sama sekali tidak simpati dengan keadaan Metha ataupun kesedihan Andre. Bukan karena dendam, tapi memang benar-benar tidak peduli
"Dengan, itu bukan urusanku tentang kematiannya" jawab Hime dengan gigi terkatup. Kepala Hime tersentak ke samping saat tangan kekar Andre bertemu pipi kirinya
"Bohong. Selama ini elo yang di ganggu Metha, elo pasti punya dendam dan bunuh dia!"
Suara burung berkotek mengalihkan perhatian mereka. Andre menatap gagak terkejut, dan Hime menatapnya dengan sedih karena dia merasa menyeret si gagak dalam masalahnya
"Oh. Jadi lo adalah penyihir?" geram Andre. Hime hanya mengangkat alis pada pernyataan aneh tersebut. Dan matanya melebar ngeri saat Andre menuju burung
"Elo pasti bunuh mereka berempat dengan bantuan setan gagak ini kan!?" Dia menunjuk gagak
"Empat? Oh, gengnya juga?" tanya Hime santai. Andre menggeram marah, dia mengambil gagak dan membuat Hime panik
"Andre! Lepasin burung gue!" Andre menarik rambut Hime dan mengangkat tangan yang memegang gagak tinggi di udara
Hime mendengus sakit dengan mata berkilat marah pada Andre, sementara gagak berkotek karena cengkraman terlalu kuat
"Lo itu bukan manusia! Lo bakalan nagisin nih burung ketimbang manusia?! Nih, lo rasain apa yang gue rasain!" dengan keras dia membanting burung di lantai
Hime menatap burung ngeri dengan terkesima. Dan Andre pergi begitu saja tanpa peduli, ada banyak hal yang harus dia lakukan untuk pemakaman tunangan tercinta, dan rencana balas dendam
Hime lembut mengambir gagak yang sayapnya terlihat patah lagi. Dia sesegukan menangis dan lembut memeluk gagak di dadanya
"Siapapun yang menyakitimu akan lenyap Dear. Hidupmu berhak untuk jauh lebih baik"
~A~
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Demon Fall In Love (Discontinue)
Fantasy"Kenapa kau melakukan ini padakau?! Apa salahku?!" Hime menjerit dan meraung menghadap langit, menangis dengan bentakan guntur Tawa gelap memantul bahkan suara guntur dan hujan tidak tampak bisa meredamnya "My Dear Hime. Kesalahanmu adalah...