Part 3

10.2K 368 2
                                    

Happy Reading All ;)
Warning! Typo bertebaran!

"Kau pergi dari sini, jangan pernah kembali! kau hanya gadis tak tahu diri yang berani-beraninya masuk dalam kehidupanku"

"Kak, dengarkan aku dulu, kau salah paham"

"Salah paham? Kau datang tiba-tiba di keluargaku, padahal dari awal aku tak pernah menginginkanmu sebagai saudaraku, kurasa semua sudah jelas, kecurigaanku memang benar"

"Tapi kak, kumohon dengarkan penjelasanku"

"Pergi kau! Jangan pernah kembali! Kau telah membuatku muak! Dasar gadis tak tau diri! Aku membencimu, cih! Kau selalu menampilkan wajah polos dan perilaku bagai malaikat di hadapanku, tapi ternyata semua karena maksud lain kan, hah? Dasar munafik"

"Kak, kumohon kak, aku tidak bersalah kak. Kau harus dengar dulu penjelasanku kak, jangan mengusirku, kumohon ini semua salah paham, hikkss. Kau harus percaya padaku kak, ini semua hanya kesalahpahaman, kumohon kak, jangan seperti ini. Hikss hiksss hikkss"

"Kau tuli? Tidak bisa mendengar perintah ku barusan, hah? Oke, ku katakan sekali lagi, pergi kau dari sini, jangan harap kau bisa menginjakan kakimu lagi di rumah ini, dan jangan memanggilku dengan sebutan kakak, karena apa? Kau telah membuatku muak" Lalu terdengar jelas suara dehaman yang amat kencang berasal dari pintu besar

~^°_°^~

Aku Aerina Hamelda Reys, anak angkat dari keluarga 'Reys', entah apakah kini aku masih pantas menyandang nama itu di belakang namaku. Aku hanya anak angkat yang kini terlantar karena sebuah kesalahan yang sama sekali tak kulakukan. Menangis. Ya, hanya itu yang dapat mewakilkan perasaanku. Tapi apalah daya, bila aku menangis, keadaan tidak akan pernah berubah.

Aku terus berjalan entah kemana, otakku terus berputar, berpikir kemana aku selanjutnya? Aku tak punya orang tua, saudara, ataupun teman yang bisa kutumpangi. Ataukah aku harus pergi ke tempat asalku? Tinggal disana dan menetap juga melupakan kota ini, tempat dimana aku bisa merasakan kebahagiaan memiliki ibu dan kakak. Kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Oh tidak, aku ingin menangis lagi, tenang rin tenang. Aku menghela nafas dan menghapus air mata yang menetes di pipiku.

Aku kembali berjalan, berjalan lurus tak tau arah, pikiranku terus berkecamuk. Aku memandang para gelandangan yang tidur di emperan toko, aku menegak saliva. Apa aku harus tidur seperti mereka? Sepertinya memang itu jalan terbaik yang bisa kulakukan malam ini, uangku tak cukup untuk menginap di hotel ataupun penginapan.

Aku berjalan ke arah para gelandangan itu, namun terhenti saat dua pria berbadan besar berdiri di hadapanku.

"Hai cantik, mau kemana?" Aku bergidik ngeri, kedua pria ini berusaha menghalangi jalanku. Oh tuhan tolong aku, tolong aku. "Ayo kita bersenang-senang" pria ini mulai memegang tanganku dan menariku entah kemana, aku semakin takut, ini tengah malam siapa yang akan menolongku.

"Toloongg ... Toolllooonggg ... Tooolooong!!!!" Aku berteriak dan terus berharap ada malaikat menolongku.

"Percuma, tidak akan ada yang mendengarmu, sayang" ya tuhan, aku terjebak, bagaimana ini? Tolong aku, siapapun tolong aku.

Aku memejamkan mataku, selanjutnya aku tak merasakan apapun. Yang kudengar hanya rintihan kesakitan. Dan sebuah suara langkah kaki mendekat ke arahku, dan semakin mendekat.

"Kau tak apa?" Suara itu terdengar berat, aku mencoba membuka mataku. Seorang pria menatapku, aku masih terlalu takut. Badanku gemetar, untung ada malaikat penyelamat yang datang menolongku.

"Te-te-ri-ma-ka-ss-sih" aku berkata terbatah-batah, entah pria ini bisa mengerti atau tidak.

Pria itu menuntunku duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari kami. Ia pergi dan kembali dengan kedua tangan memegang minuman. Ia memberikan sebotol minuman padaku. Akupun merasa semakin tenang. Aku menghela nafas lega.

"Kau tinggal dimana? Ayo kuantar pulang" Tanya pria di sampingku sambil menatapku

"Aku tak punya tempat tinggal" Ujarku pelan.

"Kalau begitu, kau bisa tinggal di rumahku, paling tidak sampai kau benar-benar tenang, kau mau?" Aku ragu, tapi aku takut disini sendiri. Aku terdiam, memikirkan tawaran dari pria disampingku. "Tenang, aku tidak akan berbuat jahat. Aku hanya ingin membantu. Bagaimana?" Aku mengangguk lemah. Lebih baik aku tinggal di rumahnya sementara paling tidak malam ini saja, aku takut kedua pria itu masih mengincarku.

"Apa tidak merepotkanmu?"

"Tidak, aku malah senang bisa membantumu. Ayo"
Kami berjalan beriringan, aku tersenyum kikuk menuruti perintahnya.

~^°_°^~

Aku terbangun dengan kepala penat. Aku dimana? Aku menatap seluruh ruangan bernuansa putih terlihat sederhana tapi elegan. Ini bukan rumah sakit. Aku terus memandang ruangan ini dengan penuh pertanyaan. Ini kamar tapi kamar siapa? Aku berusaha mengingat, aku sama sekali tak mengerti kenapa aku berada di kamar ini. Aku bangun dari tempat tidur berukuran king size itu, dan berkeliling seraya mengingat.

Tak lama terdengar suara ketukan dan pintu terbuka, menampakan seorang pria tampan, tinggi, berhidung mancung dan pria itu terlihat cool dengan gayanya berjalan, tersenyum dan oh aku terpesona padanya. Aku menggelengkan kepala, tidak, aku tidak boleh terpesona karna fisiknya yang uhhh sempurna.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?" Pria itu masuk, tangannya membawa sebuah nampan yang penuh dengan makanan. Perutku langsung bersiul, aku memang lapar sedari malam.

Mendengar suara perutku, pria ini tertawa, oh god bahkan tawanya terdengar elegan. "Kau kenapa?" Pria itu melambaikan tangannya di depan wajahku, aku tersadar dan tersenyum kikuk. Dua kali aku melakukan sesuatu yang memalukan. Uuh sial.

"Ini sarapanmu, makanlah" Ujarnya, memberikan nampannya padaku. Aku menerimanya dan langsung melahapnya dengan rakus. Aku terlalu lapar untuk jaim, beberapa kali aku melihat pria ini tertawa. Mungkin karena diriku, yang terlihat rakus bagai orang yang tak pernah makan selama seminggu.

Aku selesai makan, dan meminum segelas air yang juga disediakan oleh pria ini, lalu menaruh nampannya di atas meja.

"Terimakasih" Ucapku, pria itu tersenyum kembali. Kami saling menatap, ya tuhan kau buat dari apa pria ini hingga terlihat sangat menawan.

"Sama-sama, oh iya kita bahkan belum berkenalan, aku Darren " Ia mengulurkan tangannya

Aku menyambut uluran tangannya. "Aerina, emm kenapa aku bisa ada disini?" Tanyaku, hingga kini aku sama sekali tak ingat.

"Kau ingat aku menolongmu semalam"

Aku mengangguk, "iya, tapi aku sama sekali tak ingat kenapa aku bisa ada disini"

"Tadi malam kau tertidur di mobilku, kau terlihat sangat lelah, aku tak tega membangunkanmu jadi, aku membopongmu kesini" Dia menjelaskan semuanya, pantas aku tak ingat.

"Aku merepotkanmu, maaf"

"Tidak, kau tidak perlu merasa bersalah. Aku malah senang bisa membantu"

Aku menggigit bibir bawahku, aku benar-benar merasa bersalah, dia sudah menolongku, membopong tubuhku yang berat ini, aku menumpang di rumahnya lalu bahkan ia membawakan sarapanku. Huh, aku memang tak tahu diri.

"Apa yang bisa kubantu untuk membalas budi?"

"Aku tidak meminta apapun, tapi mungkin kau bisa membantuku"

"Membantu apa? Aku pasti bisa, apapun itu"

"Kau yakin?" Aku mengangguk, pria itu tersenyum dan memberitahu apa yang ia inginkan. Aku menegak saliva, kedengarannya tidak sulit tapi apa mungkin aku bisa?

~^°_°^~

Sorry ya udah lammaa banget nggak update.
Aku berharap kalian suka part ini, part khusus Aerina

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang