Part 1

25.7K 680 1
                                    

Drrtt .. Drrttt .. Drrttt
Siapa yang mengangguku pagi-pagi sekali, huh! Membuatku penat saja. Tidakkah ia melihat jam, ini masih terlalu pagi untuk menganggu acara tidurku.

Dengan berat hati aku bangun dari tidurku, oh tidak badanku sakit semua karena kasur ini, sangat berbeda dengan kasurku yang empuk dan berukuran king size di rumah dan lagi aku harus menggunakan handphone jadul, benar-benar penderitaan bagiku. Belum 24 jam, tapi rasanya kehidupanku akan berakhir tragis sebentar lagi.

"Hallo? Siapa ini? Masih pagi sudah menggangguku saja" Ku angkat telepon, dengan mata masih tertutup. Ku dengar suara yang tak asing dari sana hingga membuatku bangun dengan sempurna.

"Ini sudah jam 8 dan kau bilang masih pagi? Kau mengigau? Ibu kira kau akan sadar setelah tinggal di desa, ternyata kau belum berubah. Bagaimana kau bisa hidup, hah? Kalau kerjaanmu hanya tidur?" Ku jauhkan handphoneku dari telinga, sudah terbiasa mendengar teriakan ibuku yang teramat kencang.

"Iya, ibu maafkan aku. Aku akan bangun dan mencari kerja" Inilah yang membuatku malas, harus berkeliling desa mencari pekerjaan untuk menghidupiku. Memangnya disini ada perusahaan ternama? Kurasa disini hanya ada peternakan dan pertanian. Masa iya, aku harus bekerja sebagai peternak atau petani! Ohh tidak-tidak! Membayangkannya saja sudah membuatku bergidik ngeri.

"Oke kalau begitu, tapi ingat kau tidak akan membawa nama ayahmu selama mencari kerja. Aku ingin kau mendapat kerja karena usahamu sendiri bukan karena nama ayahmu! Kalau kau membawa nama ayahmu, ibu tidak akan segan untuk meminta ayahmu mencabutmu dari warisannya" Oke! Cukup sudah, lagi-lagi ancaman itu yang kudengar. Dicabut dari warisan tapi tidakkah mereka ingat aku anak mereka satu-satunya? Lalu mereka akan memberi pada siapa warisan itu?

"Kau tidak perlu bingung, ayahmu bisa saja mencabutmu dari warisannya dan memberikannya pada David, dia juga anak kami" Oh no, kurasa kehidupanku benar-benar telah berakhir sekarang. Bayangkan saja anak angkat yang mereka temui di sebuah acara santunan untuk anak yatim, lalu mereka angkat jadi anak karena katanya anaknya cerdas. Mendapatkan nilai ujian tertinggi, dan bisa masuk universitas ternama tanpa tes. Tapi tetap saja aku anak kandung mereka, tidak mungkin mereka bisa setega itu padaku, membiarkan anak kampung itu merebut hakku. Oh iya, kini aku tinggal di desa apa berarti aku juga anak kampung seperti anak itu? Tidak-tidak, aku disini karena terpaksa, tapi anak itu karena memang sudah menjadi kodratnya menjadi anak kampung bukan? Ah entahlah, setiap memikirkan orang itu hanya membuatku marah.

"Haaalllloooooo!!! Bryan? Kau masih disana, apa kau tidak mendengar ibumu yang sedari tadi mengoceh?" Aku terhenyak dari lamunanku, ku dengar teriakan keras. Membuat telingaku sakit. Aku tak sadar sedari tadi ibuku mengoceh tanpa henti, setelah mendengar ancaman ibuku tadi, aku melupakan handphoneku dan sibuk dengan pemikiranku sendiri.

"Iya ibu? Sudah ya bu, aku lelah" Ku matikan telepon sepihak, kurasa kini ibuku tengah mengoceh sendiri. Bukannya jahat, tapi aku lelah diatur. Memangnya apa salahku hingga di buang ke desa ini? Aku tidak menyukai ini, aku ingin kembali pada kehidupanku dulu.

Ku akui, dulu aku memang salah, aku terlalu hidup berfoya-foya dan menghaburkan uangku demi reputasiku. Mobil yang diberikan ayah, ku pakai untuk balapan mobil dan dijadikan taruhan jika aku kalah. Selain itu, uang-uangku kupakai untuk menyenangkan pacar-pacarku. Tak jarang banyak tagihan yang masuk pada ayahku, tapi ayahku hanya memarahiku dan mengancamku. Tapi kesalahan fatal yang membuatku harus tinggal disini adalah saat aku menolak ikut ayahku ke kantor membicarakan perusahaan dengan klien-kliennya. Entah membicarakan apa aku juga tidak mengerti. Disitulah kehidupanku berubah, ayah tidak mempercayaiku dan disinilah aku sekarang berakhir dengan tragis. Aku baru sadar setelah ibu berkata padaku bahwa saat itu ayah mengajakku sekaligus ingin memperkenalkan aku sebagai pewaris tunggal. Kini aku hanya bisa menyesal, dan menjalani hidup dengan berlapang dada walaupun aku sendiri tidak yakin bisa melakukan itu.

"Hm" kudengar suara seseorang entah siapa, karena disini aku belum mengenal siapapun. Ku tolehkan kepalaku, kulihat pria tinggi, dengan pakaian lusuh sama sepertiku, dia menatapku dengan senyuman ramahnya dan tangan menyilang di depan dada.

Kutaikan alisku, mungkin kini terlihat jelas dahiku berkerut karena bingung, pria itu tertawa kecil. "Halo, perkenalkan namaku Aditya Askar, kau bisa memanggilku Adit"
Pria itu mengulurkan tanganya, kusambut tangannya namun dengan wajah jutek untuk tetap menjaga imageku.

"Bryan Em--, Bryan Afrains" Hampir saja aku menyebut margaku, keluarga Emirald. Kalau saja tidak karena ancaman ibuku tadi, mungkin aku akan membanggakan diriku. Tapi kurasa dia hanya akan menertawakanku dan menganggap aku gila. Mana mungkin anak tuan Jason Emirald tinggal di desa seperti ini. Setelah menyebutkan namaku, kutarik tanganku. Masih dengan tampang jutekku. "Kau siapa?"

Kulihat pria ini tertawa kecil lagi, apa wajahnya tidak pegal? Sedari tadi tertawa terus, memangnya apa yang lucu dari wajahku

"Kau, anak tuan Jason Emirald kan? Bryan Emirald Afrains? Senang bertemu denganmu" Apa aku salah dengar? orang ini tahu aku siapa? Tapi darimana dia tahu aku termasuk keluarga Emirald?

"Kau pasti bertanya-tanya aku ini siapa dan bagaimana aku bisa tahu dirimu, mulai sekarang aku akan menemanimu. Tapi bukan berarti aku melindungimu atau pengawal pribadimu" Kudengar pria ini tengah menjelaskan semuanya dengan kata-kata yang sama sekali tidak aku mengerti. Sepertinya dia mengajakku bermain teka-teki.

"Apa yang kau maksud, hah? Kau berniat mengancamku? Siapa kau? Apa maksudmu akan mengikutiku? Kau penguntit? Uruslah dirimu sendiri jangan menjadi stalker yang hanya bisa mengurusi orang lain" Kuluapkan segala emosiku, kulihat dia mendesah panjang seperti sedang mencari kata-kata.

"Kau salah paham Bryan, aku disini karena--" Aku tidak peduli dengan perkataannya, aku sudah lelah. Aku benar-benar ingin istirahat menghilangkan penatku yang tidak juga hilang.

"Halah, aku tak peduli kau mau bicara apa, pergilah dan jangan menguntitku" Aku pergi begitu saja, meninggalkan dirinya yang masih terpaku di tempat.

Langkahku terhenti setelah mendengar ucapannya berikutnya. Yang membuatku terkejut tentunya. "Orangtuamu yang menyuruhku mengikutimu dan melaporkan segala aktivitas yang kau lakukan selama disini. Dan ayahmu bilang, kau akan dicabut dari warisannya bahkan tidak di akui sebagai anggota keluarga Emirald jika selama disini kau masih berbuat semena-mena. Dan aku disini akan terus mengawasimu, bila kau tidak mendengarkanku atau aku melihatmu berbuat kurang ajar, aku tidak akan segan melaporkannya pada ayahmu karena kulihat ayahmu benar-benar telah malu mempunyai anak sepertimu" Oh tidak! Penderitaan apalagi ini! Harus tinggal disini saja sudah membuatku kalut apalagi harus diawasi dengan pria angkuh ini. Memangnya dia kira, ia siapa berani-beraninya mengaturku! Lihat saja, aku bisa mengurus hidupku sendiri tanpa orangtuaku! Mereka memang tidak menyayangiku, karena yang mereka pikirkan bukan aku tapi Ego mereka.

~^°_°^~

Thanks yang udah baca part 1, semoga suka ya!
Jangan lupa vote & comentnya!

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang