sejak kedatangan raihan saat itu, hubungan Raihan dan keluarga kandungnya membaik, bahkan bisa dikatakan terlalu istemewa. icha merasa ibunya sudah menganggap raihan sebagai anaknya, ia dianggap sebagai anggota keluarga. Raihan dipersilahkan keluar masuk rumahnya semaunya, bahkan setiap hari raihan datang baik itu hanya sekedar untuk sarapan atau makan siang. jadi ketika beberapa hari belakangan Raihan nggak ada kabar cukup membuat Icha dan keluarganya khawatir.

"maaf kak,,takut nanti merepotkan"

"merepotkan? kakak ini bukan orang lain Rai..atau kamu memang sudah menganggap kakak orang lain?" tanya Icha lembut namun mengancam. Raihan tertawa melihat ekspresi marah Icha yang setengah - setengah. "kok kamu malah ketawa??"

"kak Icha kalo marah lucu, perasaan dulu kalo marah total banget deh, pakek sembunyi di kolong segala. sekarang marahnya ada sense ja'im nya.." kata Raihan sambil tetap tertawa mengingat bagaimana tingkah kakaknya dulu ketika marah.

"Raiiii, kak Icha seriiuss" Icha berkata dengan mengeratkan giginya. Rihan semakin terpingkal namun kemudian ia meringis saat ia merasakan kepalanya berdenyut, "Aduhh" lirihnya

"kenapa Rai? sakit kepalanya? kamu minum obat lagi yah, tapi kamu belum makan, kak Icha buatin makanan dulu aja yah" kata Icha panic melihat Raihan yang kesakitan.

"nggak usah kak Icha, aku tidur lagi aja yah, besok pagi aja minum obatnya,,," Raihan langsung merebahkan diri kembali, Icha menyelimuti raihan. "kak Icha, tidur di kamar sebelah aja jangan tidur dengan posisi seperti tadi lagi nanti kak Icha sakit." kata Raihan khawatir saat ia melihat Icha kembali duduk dikursi tadi. Icha menggeleng.

"nggak pa-pa nanti kalo kak Icha capek, kak Icha tidur di sofa sana aja" Icha menunjuk sofa yang berada disisi samping jendela di kamar Raihan.

"aku sudah nggak pa-pa kak.."

"sudah kamu istirahat ajah yah, kak Icha jagain kamu..kalo kamu keras kepala kak Icha beneran jadi sakit, sakit ati" kata Icha tersenyum. raihan tersenyum dengan candaan Icha.

****

"Musa!!! cuciannya dah selesai tuh..." kata Icha pada Musa yang duduk dikarpet depan tv, sibuk dengan laptopnya.

"bentar lagi kak,,lagian ini masih subuh, kasian tuh para baju dijemur subuh - subuh gak tambah kering tapi malah kedinginan,,," sahut Musa asal, dengan terus mengetik.

"dasar..." Icha hanya geleng - geleng kepala, kesal dengan perkataan adiknya. tapi bener juga, masih banyak embun pagi, nanti gak tambah kering yang ada malah tambah basah. Icha mengangguk - angguk membenarkan. ia meneruskan aktifitasnya memasak.

"kak..." Musa memperhatikan kakaknya.

"hemm.." Icha menjawab dengan gumaman. sambil terus membersihkan ayam yang tadi mereka beli dari pasar kaget yang tak jauh dari lkasi rumah raihan. pasar kaget di minggu pagi sepertinya sudah mulai menjadi tradisi masyarakat Surabaya seiring berkembangnya bisnis perumahan.

"sebenarnya kak Raihan itu masih sekolah nggak sih kak?" tanya Musa.

"masih.." Icha menjawab singkat sambil mengangguk. "kenapa?" ia balik bertanya pada musa.

"heran aja, masih sekolah tapi sudah kaya raya... " Musa menerawang mencoba meresapi fakta, tanggannya tak lagi sibuk dengan laptopnya namun berganti menopang dagunya.

"itu namanya tak menunda sukses..emangnya kamu..." Icha sengaja menekankan kata tak menunda sukses.

"yee makna sukses kan nggak sama kak untuk setiap orang, kalo ane sih orangnya focus yah, jadi nggak mau kepecah aja antara sekolah dan yang lain.." Musa membela diri.

halalkan AKU untuk MUWhere stories live. Discover now