Part 7

6.6K 270 18
                                    


"Pepatah kuno mengatakan 'Jodoh takan kemana'. Apakah pepatah itu berlaku dalam dunia pelangi seperti ini. Tapi sepertinya berlaku.. Hanya saja aku tak tau entah dia jodohku atau bukan. Tapi yang pasti aku kembali menemukanya...."

**

Aku dan Adriyan baru saja keluar dari dalam mobil. Mobil Adriyan sudah terparikir di sebuah halaman rumah besar yang sangat luas. Tapi, belum saja kami berdua masuk kedalam, beberapa pasang mata sudah banyak yang menyoroti kami berdua, aku baru sadar pakaian yang saat ini aku pakai bentuknya sama dengan yang dipakai oleh Adriyan. Lebih tepatnya pakaian yang kami berdua kenakan adalah pakaian couple. Dari kemeja, jas, celana, dasi, yang membedakan mungkin hanya merek sepatu kami berdua. Aku jadi menyesal karena tadi sore hanya asal pilih.

"Kenapa diem.. Ayok masuk!" Ajak Adriyan padaku.

"Yaudah masuk duluan. Aku buntutin dibelakang, gak perlu gandengan kan?"

Ia tak menjawab, ia hanya membalasnya dengan senyuman yang hanya kira kira satu detik berada di wajahnya. Perlahan aku mulai membuntutinya dari belakang, di pintu gerbang kami berdua disambut oleh dua wanita yang berpakaian sama entahlah siapa kedua wanita itu. Apakah penyambut tamu, atau mereka berdua pagar ayu seperti yang ada dalam pesta pesta perkawinan. Setelah mengisi buku tamu, Adriyan mengajaku mengitari halaman rumah besar yang katanya si empunya rumah adalah Alisa, temanya. Disebalah utara ada sebuah panggung kecil yang terdapat seorang lelaki masih menyumbangkan suaranya. Bisa kupastikan yang hadir disini sekarang jumlahnya hampir seribu orang, tapi halaman rumah ini masih terasa lengang walaupun dikerumuti oleh banyak orang. Masih terdapat pula beberapa celah tanah bagi tamu undangan yang sedang memadu kasih sambil memegang gelas berisi minuman.

Malam ini Adriyan sudah seperti induk ayam. Dan aku adalah sang anak ayam yang selalu mengikuti induk-nya kemanapun ia berjalan. Disini aku seperti orang kasing, nyempil ditengah tengah orang-orang perkotaan. Sementara itu ternyata masih ada saja beberapa pasang mata yang melongo karena melihat pakaianku dan Adriyan yang serupa. Kini Adriyan sudah menuntunku ke area panggung, Lelaki berambut kribo yang tadi teriak teriak di-panggung kini sudah tak lagi terlihat. Sementara kini yang terdengar hanya suara yang keluar dari ratusan mulut manusia yang ada disini.

"Ini.." Adriyan memberiku segelas minuman berwarna merah, entahlah apa namanya. Yang pasti aku yakin ini bukanlah minuman beralkohol.

"Thanks.." Jawabku, Adriyan tersenyum. Ia menyeruput minum-nya yang sama denganku. Beberapa saat selanjutnya, Bola-bola lampu yang berada disekeliling halaman tiba-tiba dimatikan. Hanya lampu diarea panggung satu satunya cahaya saat ini. Seorang wanita dengan menenteng sebuah biola perlahan naik keatas panggung itu, jalanya sangat berirama bagai sang putri di film-film. Tepukan gemuruh terdengar walau gadis itu belum melakukan apapun. Alisa malam ini terlihat cantik dengan memakai sebuah bandu putih bermotif bunga, sangat beda dengan waktu pertama kali aku melihatnya di cafe dulu.

"Selamat malam... tamu undangan sekalian" Suara Alisa terdengar dengan sangat lembut dan halus, seketika saja suaranya mampu membungkam mulut ratusan orang-orang yang saat ini berkumpul didepan panggung. "Terima kasih saya ucapkan kepada hadirin sekalian, suatu penghormatan dan kebanggan anda semua hadir dalam acara Penggalangan dana untuk saudara saudara kita di palestine, Sebagaimana kita tahu, saudara-saudara kita yang saat ini berada di palestine setiap harinya harus melewati hari dengan kegelisahan, ketakutan, kecemasan, dan kekhawatiran. Dan kita sebagai manusia yang berjiwa sosial dan mempunyai hati nurani, tentu tidak layak jika kita hanya diam menonton penderitaan mereka. Ini musibah besar bagi umat manusia, musibah ini tak pandang buluk soal agama, ras, suku, tapi soal hati seluruh manusia di muka bumi ini. Karena itu, 'Voice of Palestine' menjadi tema malam hari ini."

Tepuk tangan tamu undangan kembali terdengar ketika Alisa selesai bicara. Aku sendiri tak sadar jika ternyata aku hanyut dalam sambutan singkat Alisa tadi, ia benar. Apa yang terjadi saat ini di palestine bukanlah sebuah musibah keagamaan tapi musibah kemanusiaan. Dan benar, sebagai manusia yang punya hati tak pantas rasanya jika hanya berdiam diri.

MY LOVE IS JEFRYTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon