Part 5

8.5K 301 43
                                    


"Aku sering mengatakan 'Cinta itu tak harus memiliki'. Entah benar atau salah, tapi aku yakin setiap inshan yang jatuh cinta, keduanya ingin saling memiliki.." 

**

Hari pertamaku masuk kerja setelah melewati dua hari liburan yang aku habiskan dikampung halamanku, padahal tadi malam aku baru sampai kejakarta, mataku-pun pagi ini rasanya seakan masih ingin terpejam, tapi beberapa kerjaanku seolah menjadi cambuk yang memaksaku untuk harus tetap datang lebih awal pagi ini. Belum sepuluh menit aku berada didalam ruanganku, karin sudah masuk meminta jatah oleh-oleh khas pandeglang, aku langsung mengambil tas ranselku mengeluarkan beberapa bungkus keceprek dan emping kesukaan karin, dipandeglang khususnya dikampungku memang terkenal dengan keceprek dan emping yang rasanya gurih dan nikmat, Banyak yang mengira keceprek dan emping jenisnya sama, meskipun sama sama terbuat dari biji melinjo tapi keceprek dan emping adalah cemilan yang berbeda, emping terdiri dari beberapa biji melinjo yang ditumbuk tipis. Sementara keceprek cukup satu biji melinjo dan ditumbuk hanya beberapa tumbukan tak sampai tipis. Bik Asih bibiku salah satu orang yang sangat pandai membuat emping dengan rasa yang sangat enak, dan beberapa bungkus yang aku bawa untuk karin ini adalah buatan Bik Asih.

Setelah mendapatkan apa yang ia mau, karin keluar dari ruanganku. Mendapatkan sesuatu kesukaanya seolah meleburkan kedewasaan seoang karin, ia bak seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan permen dari ayahnya. Belum satu menit karin keluar dari ruanganku, terdengar suara pintu ruanganku terbuka kembali, sementara posisiku tengah berada dibawah meja mencari beberapa artikel yang aku tumpukan dibawah meja.

"Ada apalagai rin?" kataku tanpa berdiri dan melihat siapa yang datang. Namun tak ada suara yang menanggapi ucapanku.

"Lagi apa kak?" suara erfan terdengar, spontan aku langsung berdiri dan melihat sosoknya yang cungkring sudah berada didepan meja kerjaku.

"Kamu bisa kan kalo masuk keruangan orang ketuk pintu dulu?" kataku dengan nada tinggi.

"Maaf kak.. aku kira kak arul belum sibuk bekerja, karena ini masih pagi pula.."

"Ada apa?"

"Anu.. kakak nanti malam mau kemana?"

"Kenapa memangnya?" aku masih menjawab dengan nada ketus

"Aku mau ajak kakak kerumah menemui orang tuaku.."

"Hah? Ngapain?"

"Temani aku untuk bicara pada papa dan mamaku untuk menjelaskan yang sebenarnya.."

"Menjelaskan apa?"

"Aku ingin bilang pada mereka kalau aku ini.. Gay.!"

"Gila kamu fan... Terus ngapain kamu bawa bawa saya hah? Jangan mentang-mentang kamu anak dari salah satu sponsor tetap di perusahaan ini, kamu jadi lancang dan bisa berbuat semaunya."

"Aku gak berani ngomong sendirian kak..! Aku capek terus terusan sandiwara didepan orang tuaku, aku ingin orang tuaku tau siapa aku sebenarnya!"

"Itu terserah kamu fan. Dengar, kamu ini hanya seorang anak sekolah yang prakerin disini. Mengenai masalah pribadimu jangan pernah menyangkut pahutkan dengan saya..!"

Erfan diam dan menatapku tajam lalu keluar tanpa membalas ucapanku, Tuhan.. apa aku salah bersikap sedemikian ini pada anak itu. Dia memang aneh, kenapa ingin aku tau atas semua kehidupanya. Dan permintaanya barusan, menurutku lebih aneh bin gila. Apa apan dia ajak aku untuk menemaninya bertemu orang tuanya untuk mengakui dirinya kalau ia seorang Gay. Aku heran dengan jalan fikiran anak itu.. benar-benar heran.

**

Aku tengah khusyuk mengetik artikel yang besok sudah harus diterbitkan, beberapa artikel yang aku tulis kali ini mengenai penggusuran beberapa kawasan dijakarta. Aku sengaja menulis artikel dari dua sudut pandang, dari sudut pemerintah dan warga yang menjadi korban penggusuran. Baru saja aku akan menambahkan beberapa foto kedalam artikel yang sedang kutulis karin masuk kedalam ruanganku, kali ini raut wajahnya tak seperti tadi pagi. Ia langsung mendekati kursiku dan melihatkan gadget yang sudah ia buka kedalam sebuah halaman salah satu situs.

MY LOVE IS JEFRYWhere stories live. Discover now