Part 3

9K 320 34
                                    


"Aku pernah jatuh cinta.. dan saat itu aku langsung bisa merasakan dua dimensi. Sedih dan bahagia. Seperti itukah jatuh cinta? Apakah orang jatuh cinta harus siap menghadapi kesedihan setelah merasakan kebahagiaan?"

**

Aku langsung turun dari mobil Adriyan tanpa mengeluarkan sepatah katapun, disepanjang perjalanan tadi, aku memang lebih banyak diam. Aku yakin Adriyan mengerti dan faham. Jika seperti ini, ada sesuatu yang terjadi yang ingin aku selesaikan denga cara diam, Padahal diam adalah cara kebodohan yang tak akan menyelesaikan apapun. Bisa kurasakan saat ini Adriyan masih membututiku dengan sorot matanya didalam mobil sana, aku segera masuk kedalam kamar kos-ku dan langsung mengunci pintu, kemudian membantingkan tubuhku diatas kasur.

Kata-kata Karin tadi sore masih terdengar jelas, kata-kata yang menyadarkanku dalam sebuah kenyataan. Karin benar, aku dibutakan oleh cinta selama empat tahun ini, bahkan tak bisa merasakan cinta yang benar-benar cinta. Kenapa aku masih mengharapkan bang Jefry yang saat ini aku tak tau keberadaanya, yang sampai saat ini aku tak tau apakah dia masih mencintaiku apa tidak. Apakah dia masih menjaga kesetiaan itu atau tidak. Jika memang pada kenyataanya Bang Jefry mendustai ucapanya sendiri, Karin benar aku telah dijajah oleh cinta, tapi kenapa direlung hatiku yang lain mengatakan berlainan? Relung hati itu mengatakan jika Bang Jefry akan menjemputku dan membawaku masuk kedalam mahligai cintanya, lalu kami akan hidup bahagia tanpa harus terpisah jarak lagi. Tapi jika aku lihat kenyataan. Mana? Sampai saat ini bang Jefry tak kunjung datang. Kenapa hati dan fikiran ini masih tentang Jefry dan Jefry, tak bisakah hati ini jatuh cinta pada Adriyan? Lelaki yang jelas-jelas selalu ada untuku. Aku masih ingat ucapanya dulu, yang ia mengatakan

"Rul.. kamu gak bisa yah terima aku, gak papa kok kalau kamu gak cinta sama aku. Karena aku tahu, dihati kamu masih ada dia, tapi please! mau yah jadi pacarku?"

Dan dengan entengnya aku menjawab..

"Yan.. kamu mau jadi pacarku, karena kamu ingin menjagaku kan? Kalau seperti itu, tanpa harus ada kata pacaran'pun kamu bisa melakukanya bukan?".

Tuhan kenapa sampai detik ini hatiku belum bisa mencintanya?

Dia lelaki yang baik, yang menjagaku seperti dia menjaga nafasnya. Dia lelaki yang patuh pada orang tuanya. Dan aku lelaki biasa yang ia cinta, tapi hatiku mati karena cinta usang di hari lalu. Seandainya aku bisa menata hatiku sendiri, Akan kuletakan cinta ini diatas Cinta yang jauh diridhoi oleh Tuhan.

Tuhan, kau adalah satu. Bahkan bagiMu lautan bisa terbelah hanya dengan jentikan jemari. Pulau-pulau bisa disatukan jika kau mau. Mengapa Cinta yang kurasa ini berbeda padahal sesuatu yang suci itu jauh lebih indah. Mengapa caraku mencinta tak sesuai dengan cinta yang telah kau gariskan, padahal cinta tidak pernah berubah bentuk.

Tuhan, aku lelah dengan hatiku sendiri, dengan cinta ini.

Tok.. tok.

Seseorang diluar sana baru saja mengetuk pintu kamar kos-ku, rasanya tubuhku enggan beranjak dari kasur. Tapi beberapa detik selanjutnya suara ketukan pintu itu semakin keras yang akhirnya mau tak mau aku membuka pintu kamar kos-ku.

"Erfan?" suaraku, heran melihat anak itu sekarang berdiri dihadapanku.

"Maaf ganggu.. boleh aku masuk?" katanya dengan suara riangnya, belum aku menjawabnya Ya atau tidak, dengan leluasanya Erfan menerobos tubuhku masuk kedalam kamar kos-ku. Aku langsung menutup pintu, Erfan sudah duduk diatas ranjangku. Ada apa dengan anak ini, lancang sekali main masuk kamar orang tanpa permisi.

"Kamu mau ngapain sih fan? Saya capek. Saya mau istriahat" Bentaku pada anak itu.

"Memangnya tidak ada waktu buat kita bicara yah? Dikantor kakak selalu mengindari aku. Kalau ketemu juga seperti memendam kebencian. Saya salah apa sih kak?"

MY LOVE IS JEFRYWhere stories live. Discover now