Jimin ingin sekali mengejarnya dan menanyakannya langsung. Bahkan dia juga ingin menjadi orang yang dapat menenangkan Yoongi nya itu atau bahkan menjadi orang yang dapat membuatnya tersenyum.

Bahkan sampai sekarang Yoongi tak pernah memperlihatkan senyum gulanya itu kepada Jimin.

Namun dia ingat bahwa ada yang lebih membutuhkannya disini, dihadapannya dongsaeng kesayangannya sedang menangis tersedu sedu karena ulah dari namja brengsek yang telah melupakan sepupunya itu.

Sebenarnya Jimin sempat berfikir ada yang aneh dengan Taehyung.
Kalau memang benar Taehyung melupakan Jungkook karena membencinya mana mungkin Taehyung mau menolongnya kemarin bahkan mau makan berhadapan saat dikantin tadi.

Kalau Taehyung ingin melupakan Jungkook dan melupakan kenangan mereka kenapa Taehyung masih mau bertemu dengan Jungkook?

Dan kalau memang Taehyung benar benar tidak ingat dengan Jungkook, kenapa itu bisa terjadi? Bagaimana caranya sampai ingatan Taehyung tentang Jungkook bisa hilang?

Hilang ingatan?

Mungkinkah?

Tapi...

Bagaimana bisa?

Kepala Jimin hampir pecah jika harus memikirkan semua itu. Dia benar benar harus membantu sepupunya ini.

Jimin terus berusaha menenangkan Jungkook. Dan perlahan Jungkook mulai terlihat membaik. Walaupun kedua matanya terlihat membengkak dan memerah.

"Jadi.. kau mau menceritakan semuanya padaku?"

Jungkook mengangguk ragu, tapi dia harus menceritakan semua yang dia lihat kepada hyung nya itu.

Dengan tangan yang masih bergetar dia mencoba untuk meraih note disaku celananya dan mencoba untuk menuliskan sesuatu. Namun melihat Jungkook yang terlihat kesulitan saat menulis itu kemudian Jimin menyodorkan ponselnya.

"Pakai ini saja, kau terlihat kesulitan menggunakan ini Kook-ah"
Jimin mencoba tersenyum dan mengambil bolpoin dari tangan Jungkook. Dan dengan perlahan Jungkook mengambil ponsel milik sepupunya itu.

Satu persatu alfabet terus ia rangkai sampai membentuk suatu kalimat yang panjang. Entah kenapa air mata Jungkook perlahan jatuh lagi, namun tak ada suara isakan disana. Namun Jimin tau betapa kacaunya Jungkook saat ini.

Setelah selesai Jungkook lalu menunjukkannya kepada Jimin.

Jimin menyernyitkan dahinya saat membaca tulisan Jungkook. Terlihat tatapan iba dan marah yang nampak diwajah tampannya.

'Aku melihat Tae-hyung berjalan mendekati seorang namja asing yang sama sekali tidak aku kenal. Mereka berdua tampak begitu akrab. Mereka saling berpelukan. Aku bahkan melihat Tae-hyung mencium kening namja itu. Hatiku hancur hyung. Tatapan mereka berdua berbeda, seperti ada rasa kasih sayang didalamnya. Tae-hyung juga membukakan pintu untuk namja itu. Jika itu hanya untuk menunjukkan rasa hormat, kenapa Tae-hyung harus mencium kening namja itu? Kenapa Tae-hyung bersikap sangat manis kepada namja itu? Apakah seorang teman berperilaku seperti itu? Bukankah itu berlebihan? Bukankah itu terlihat seperti sepasang kekasih? Hatiku sakit hyung saat melihatnya bermesraan bersama namja lain. Apakah aku egois jika aku hanya ingin Tae-hyung bersamaku? Aku harus bagaimana hyung? Apa yang harus aku lakukan hyung? Haruskah aku membawanya kembali kepelukanku? Haruskah aku menampar namja sialan itu? Apa yang bisa dilakukan oleh namja cacat sepertiku ini hyung? Haruskah aku menyerah akan cintaku ini?'

"Ssttt... tenanglah Kook"
Jimin meletakkan ponselnya dimeja dan membawa tubuh rapuh Jungkook kembali kepelukannya. Kembali mengelus rambut dan punggungnya secara perlahan.

Hear My Voice √Where stories live. Discover now