Dua

5.5K 410 10
                                    

Mulmed - Canna

***

Dengan serius Canna mendengarkan Zaen presentasi tentang pondasi visi misinya untuk mencapai tujuan bersama, sebagai chief executive officer baru Zaen telihat memiliki jiwa entrepreneurs terbukti dengan caranya menyikapi pertanyaan para staf dan ambisinya untuk membawa perusahaan ketingkat yang lebih tinggi, sebenarnya Canna menyayangkan pengunduran diri Pak Ridwan karena ia sudah nyaman bekerja dengan beliau tetapi mau bagaimana lagi. Ia tak bisa mencegah keputusan Pak Ridwan yang lebih memilih menghabiskan masa tuanya bersama sang istri dan melimpahkan semua tanggung jawabnya pada anak bungsunya. Zaen.

"Canna setelah ini ikut keruangan saya!" Canna mengangguk saja, walaupun perutnya sudah kelaparan akibat pagi ini ia tak sempat sarapan ia melangkah di belakang Zaen dan Pak Ridwan keluar dari Meeting room.

"Ayah ada janji dengan Bunda, jadi diskusikan saja rencanamu pada Canna, dia sangat bisa di andalkan" ujar Pak Ridwan lalu menpuk pundak Zaen pelan "god luck" gumam Pak Ridwan sebelum ia melangkah keluar.

"Oke! Sebelum kita mulai berdiskusi, bisakan kau ke pantry untuk membuatkan-ku secangkir kopi?" Zaen menyandarkan punggungnya pada sofa sambil membuka map yang berisi materi meeting tadi.

Canna menghembuskan nafas pelan.

"Aku akan menyuruh OB" ujar Canna pelan.

"Aku tidak mau, aku ingin kopi buatan-mu bukan orang lain. Percuma aku punya sekertaris kalo hal remeh seperti ini harus orang lain yang melakukan!" ujar Zaen serat akan nada pemaksaan yang membuat Canna mengernyit bingung.

Kembali Canna menghela nafasnya

"Baiklan, aku tidak percaya sikapmu sangat bossy dan penuntut" Canna memutar matanya jengah saat melihai seringaian Zaen yang sok berkuasa itu.

***

"Aku punya planning untuk membuat iklan di radio dan televisi interior perusahaan untuk promosi kita untuk menggaet costumer baru, kau tau sendiri sudah banyak perusahaan interior design di negeri ini jadi sudah banyak pula sales dan brosur yang menyebar dimana - mana, menurutmu bagaiaman?" Ujar Zaen ia menegakan duduknya menatap sekertarisnya yang tengah merenung.

"Kenapa harus iklan di televisi, itu membutuhkan biaya yang besar, kita punya online shop yang sangat menunjang sekarang" ujar Canna.

"Sudah bayak online shop Canna, dan juga tidak semua orang bisa menggunakan internet sekalipun menggunakan search engine untuk memenuhi kebutuhan mereka" jelas Zaen

Canna terdiam, lalu menatap mengangguk pelan.

"Kapan pelaksanaannya?" Canna mengalah, kalau di fikir ulang, benar juga kata Zaen batinnya menyetujui.

"Lusa kita rapat dengan team Maketing, kau urus persiapannya" jawab Zaen, Canna mengangguk setuju.

"Baiklah kalo begitu, dan sekarang ijinkan aku keluar kalo tak ada yang di bahas lagi " Canna tak perduli kalo ia di cap sebagai sekretaris yang tak sopan, malasahnya adalah perutnya yang tak bisa di ajak berkompromi karena dari tadi terus berbunyi.

"Oke, tapi sebelum itu siapkan laporan penjualan dan keuangan setahun kebelakang" ujar Zaen dan Canna hanya mendengus pasrah saat melihat seringaian atasannya itu. Lagi

***

"Alhamdulillah" Canna tersenyum tipis lalu membereskan tupperware yang sudah kosong lalu menaruhnya dalam paper bag.

meraih ponsel yang tergeletak di atas meja untuk mengecek bisnis online feshion sebagai sampingan, ia memang suka mendesain baju berawal dari keisengan melihat sang adik yang menggambar kerangka bangunan ia jadi latah ikut - ikutan menggambar, tetapi yang ia gambar adalah model gamis dan Hafiz langsung menyarankan membuat bisnis kecil - kecilan seperti sekarang ini.

"Apa Zaen ada di ruangannya?" Canna mendongkak, meletakan ponselnya lalu berdiri gugup.

"Iya bu, ada di dalam" ujar Canna kikuk.

Canna mengangguk saat Ellin kaka dari atasannya melenggang pergi dari hadapannya, menghembuskan nafas pelan lalu ia juga melangkah kearah pantry untuk membuat minum.

Canna mengetuk pintu tiga kali lalu membuka pintu perlahan setelah mendepat sahutan dari dalam, dengan perlahan pula Canna melangkah kearah meja sofa dan meletakan dua gelas jus jeruk.

"terimakasih Canna" ujar Ellin tulus yang di balas senyuman kecil oleh Canna sebelun ia kembali melangkah keluar ruangan Zaen.

****

Canna mendesah lega saat jarum jam pendek di angka lima, say goodbye to my jobs batin Canna girang, sambil bersenandung ia membereskan mejanya setelah selesai ia mengambil hand bag miliknya lalu melangkah dengan semangat ke ruangan atasan untuk pamit.

"Permisi Pak, saya mau pamit pulang" ujar Canna pelan yang langsung membuat Zaen mendongkak, iris hitamnya melirik jam yang tergantung di dinding, sungguh bahunya sangat sakit akibat terlalu lama duduk. Menjadi seorang pengusaha memang bukan cita - citanya tetapi ia tak bisa membantah saat tanggung jawab perusahaan di limpahkan padanya.

"Tolong bantu bereskan meja saya, setelah itu kau boleh pulang" ujar Zaen, Canna gantian mendesah lalu masuk lebih dalam dan membantu membereskan tumpukan map dan kertas yang menumpuk di meja.

"Selesai" gumam Canna pada dirinya sendiri, lalu ia mengambil handbag yang ia taruh di sofa lalu berjalan keluar mengikuti langkah Zaen masuk dalam lift khusus direksi.

**

Hari minggu adalah quality time milik Canna dan Enes, balita mungil dengan berjuta tingkah lucunya yang membuat Canna gemas, anak dari sahabatnya. Dira.

Biasanya Enes bersama sang Umi kalau ia dan Dira bekerja, dan khusus hari minggu Canna bisa menghabiskan weekend bersama Enes.

"Hmmm tututu" Cana tergelak saat dengan imutnya Enes menunjuk jejeran boneka yang di padang di rak, Enes bertepuk tangan kegirangan saat tante Canna semakin mendekati jejeran boneka yang menarik perhatiannya.

"Oke sayang kita beli boneka yang kamu suka" ujar Canna di sertai senyum, lalu mengambil boneka berbentuk beruang yang menyamai besar tubuh Enes.

"Hahaa, entar kita bayar dulu yah" Canna terkekeh geli melihat tangan montok Enes langsung memeluk erat bonekanya.

"Canna?" Merasa namanya di panggi Canna menoleh dan langsung melotot kaget melihat Zaen yang juga tengah mengantri di kasir.

"Selamat siang Pak" sapa Canna berusaha beramah tamah.

"Anak-mu" Zaen menunjuk Enes yang tengah mengoceh di gendongan Canna.

Canna mengernyit, lalu tersenyum kecil saat arah pandang Zaen yang menatap Enes.

"Sayang, ayoo" perempuan cantik muncul dan langsung mengurung lengan Zaen dalam pelukan "aku sudah selesai, yuk lanjut lagi" dan Zaen hanya menanggapi sekedarnya sebelum melangkah menjauhi Canna.

Canna mengangkat bahunya acuh lalu melanglah maju untuk bertransaksi.

"Mam dulu yuk" ajak Canna setelah selesai membayar lalu mencari bistro di dalam Mall.

Canna mendudukan Enes pada kursi bayi selagi ia memilih menu makan siang, dan setelah ia memesan Canna menoleh dan langsung melotot horor pada pria yang hampir menggendong Enes.

"Anda siapa? berani-beraninya. mau culik ponakan saya yah?" todong Canna berapi-api.

"Ma..af saya gak sengaja" Canna menyipit curiga dan semakin mengeratkan pelukan Enes saat pria asing itu pergi menjauh.

"Pappapa...papapa" Enes langsung mengoceh, tangannya berayun - ayun keudara.

"Iya kita mam dulu ya sayang" Canna meraih topperware dalam tasnya, bubur milik Enes yang sudah ia siapkan dari rumah.

***

Tbc.
Typo!

Di tunggu vote dan komennya yah!

Keajaiban CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang