Part 9

3.3K 189 0
                                    

Author POV

"Alice! Keluar kau jangan bersembunyi lagi dari ku! Aku tahu kalian membohongi kami! Keluar keparat!" teriak Kristian.

"Ada apa kalian ke sini?" tanya Peter saat membuka pintu seraya menjilat ujung jempolnya yang terdapat darah Alice.

"Di mana Alice?" tanya Jeremmy.

"Alice? Hahaha sayangnya ia sudah habis." jawab Ronald.

"Apa maksudmu? Sayang di mana Alice?" Alexa menghampiri Alec dan mengelus pipinya lembut.

Cih! Wanita ini benar-benar. Ia memiliki kekasih tapi sikapnya seperti jalang. Vampir murahan.

"Alice sudah kami habisi." Jawab Alec tenang.

"Jadi itu.." ucapan Jeremmy terpotong oleh Jacob.

"Ini darah Alice. Tak perlu ku jelaskan kalian pasti dapat menciumnya."

"Kau yakin tidak ada manusia satupun di sini?" bisik Alexa pada Jeremmy.

"Aku yakin. Di sini tidak ada bau Alice." balas Jeremmy.

"Kalian mengibarkan bendera perang pada kami. Kami akan kembali." ancam Kristian.

"Tidak perlu repot-repot kembali karena kalian tidak akan pernah kembali lagi." Ariana maju ke depan.

Ariana menatap satu persatu iris mata mereka dan secara bergantian mereka kehilangan tenanga untuk bergerak, rasa sakit menjalar ke tubuh mereka lalu secara tiba-tiba mereka menjadi abu.

"Jacob, Ronald bereskan abu keparat itu. Jangan sampai satu titik debupun tertinggal yang lain masuk ke dalam." perintah Ariana.

Semuanya tidak percaya dengan apa yang Ariana lakukan. Tapi sayangnya Ariana sudah terlalu dendam pada mereka dan tidak akan pernah membiarkan mereka hidup kembali.

"Aku setuju dengan apa yang kau lakukan tadi." Alec bergeming.

"Aku sudah terlalu dendam pada mereka." balas Ariana seraya menghampiri Alice yang bersembunyi di bawah tangga.

"Dendam mu lebih besar dari ku ternyata." Peter.

"Alice bagaimana dengan tangan mu?" tanya Ariana seraya meraih tangan Alice.

"Sedikit perih." jawab Alice.

"Kemari biar ku obati." Ariana membawa Alice menuju ruang tamu untuk mengobati lukanya.

"Maaf tadi kami lama aku menghabisi mereka." ucap Ariana.

"Mereka kau habisi? Jadi mereka tidak akan kembali lagi?" Alice terkejut dengan apa yang di katakan Ariana.

"Iya. Aku terlalu dendam pada mereka jika mereka masih ada aku tidak akan bisa tenang jika kau tidak ada di samping ku."

"Maaf jika kau membuat mu tidak tenang."

"Tak apa. Sekarang luka mu sudah ku obati dan akan ku balut untuk sementara."

"Tunggu!" Cegah Peter.

"Apalagi?" tanya Ariana geram.

"Boleh aku mencicipi darahnya sedikit lagi?"

"Kau ini! Sudah ku bilang Alice takdir mu bukan makanan mu. jika kau memandang Alice sebagai makanan mu, tidak akan ku biarkan kalian menikah dan kau akan ku tendang jauh-jauh dari rumah ini!" Ariana menjitak kepala Peter atas ucapannya.

"Uh! Darahnya sangat manis, ku rasa aku harus berburu sekarang." Peter melesat pergi keluar menuju hutan untuk berburu.

"Ku sarankan malam ini kau tidur di kamar ku. Aku curiga pada Peter." suara Ariana nampak khawatir.

"Lagipula aku takut jika harus tidur di dekat kamarnya." jawab Alice menatap Ariana.

Peter memang sepertinya kecanduan dengan darah milik Alice. Darah yang di miliki gadis itu sangat membuatnya gila.

Sekuat tenaga ia menahan keinginannya untuk mendapatkan darah Alice. Ia akan mendapatkannya saat ia telah menikah bersama Alice.

Peter POV

Gara-gara darah Alice aku jadi kecanduan terhadap darahnya. Kalian harus tau rasanya sangat manis lebih manis dari coklat, dan saat mengalir di tenggorokan ku rasanya seperti aku meminum minuman para dewa.

Dan akibatnya sekarang aku berburu habis-habisan di tengah hutan seperti ini. sudah dua rusa yang ku habiskan.

Tahan Peter kau akan mendapatkan darahnya saat sudah menikahinya.

Dalam peraturan dunia vampir, di mana seorang vampir mendapatkan takdir seorang manusia maka ia dapat memiliki darah takdirnya setelah vampir itu menikahinya.

Ntah kapan aku dapat menikahinya. Masih banyak masalah yang ku yakin masih menanti.

Clan Hogwarts sudah musnah tapi ada satu orang yang aku takutkan. Calista.

Calista adalah wanita yang pernah menjadi mantan kekasih ku. Ia meninggalkan ku dan aku sendiri tidak mau lagi memiliki hubungan dengannya. Calista berjanji saat aku sudah menemukan takdir ku, ia akan kembali untuk membuktikan siapa yang lebih pantas untuk ku.

Aku tidak memiliki perasaan lagi padanya. Yang aku cintai sekarang hanyalah Alice tidak ada yang lain.

Dalam bayangan ku Calista akan menyakiti Alice dengan berbagai cara.

Aku tidak akan pernah membiarkan Calista menyakiti Alice.

Sekarang aku memutuskan untuk pulang. Rasa hausku sudah hilang dan ku harap Alice tidak takut saat melihat ku.

"Mana Alice?" tanya ku setibanya di rumah.

"Di kamarnya. Tidur." jawab Ariana.

Aku berlari menuju kamar Alice. Benar saja Alice sudah tertidur nyenyak dengan selimut yang menggulung tubuhnya.

Akan ku temani ia tidur. Aku mengambil posisi di sampingnya. Ku peluk tubuh Alice seperti malam itu. Malam di mana saat Alice demam karena ulah ku bodoh ku.

Sebelum aku memejamkan mata, ku kecup kening, mata, hidung, pipi dan bibirnya. Senyum menghiasi tidur ku ntah secara refleks atau apa, Alice balas memeluk pinggang ku dan menenggelamkan kepalanya pada dada bidang ku.

__________________________________

Chapter 9

Guys aku mau munculin Calista nih biar nambah lagi masalahnya.

Nanti Calista bakalan terus ada di hidup Peter sama Alice.

Mau tahu kelanjutannya? Voment dulu ya

Next

Oh ya di atas itu pictnya Jacob

Alice Alexander [Book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang