1. melatih kesabaran

15.6K 467 13
                                    

Aku bawa cerita Canna dan Zaen versi baru, karena sebelumnya alurnya gak jelas dan berantakan. Semoga kalian suka dan sukur- sukur bisa berkomentar memberi masukan.

Terimakasih dan selamat membaca.

***

"Canna keruangan saya sekarang!" Suara berat dari interkom membuat Canna menghentikan kegiatannya membuat agenda kegiatan untuk atasannya, bergegas ia merapikan kekacawan pada mejanya sebelum keruangan sang bos.

Canna mengetuk pintu satu kali lalu terdengar suara 'masuk' dari dalam yang teredam pintu, ia membuka pintu dilihatnya sang CEO yang tengah fokus pada komputer di hadapannya, Pak ridwan memang tipe workaholic sejati, tak jarang Canna juga terkena imbasnya dengan lembur menemani Pak Ridwan menyelesaikan pekerjaan.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?" Tanya Canna sopan.

"Tolong kamu ke bandara, jemput anak saya. Terus langsung bawa ke Amuz Gourmet"

"Baik Pak" Canna mengangguk pelan, lalu pamit undur diri dari hadapan Pak Ridwan.

***

Canna merutuki dirinya sendiri yang lupa menanyakan nama anak Pak Ridwan, dan disinilah ia berdiri di puluhan kerumunan orang di depan pintu kedatangan dengan memegang karton bertuluskan 'Anak Pak Ridwan Subianto' sebagai petunjuk untuk anak atasannya bahwa ia adalah utusan Pak Ridwan untuk menjemput.

"Ayo cepat pulang, aku capek" Canna mengerjap pelan melihat pria jangkung di hadapannya, tampan bukanlah kata yang tepat untuk mendiskripsikannya tetapi dia keren dengan rambut acak -acakannya leher Canna sampai sakit karena terus mendongkak meneliti pria di hadapannya.

"Anda anaknya Pak Ridwan?" Tanya Canna mencoba memastikan.

"Menurutmu?" Canna kembali mengerjapkan matanya, saat pria itu balik bertanya dan berlalu pergi dari hadapannya tanpa menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Benar - benar tidak sopan.

Canna menarik nafas dalam - dalam, sabar Canna sabar dia anak bos-mu, batin Canna mencoba bersabar. Lalu ia mengikuti langkah pria itu untuk segera menyelesaikan pekerjaannya, mengantar pria tak sopan itu ke restoran.

Rupa dan sikap benar - benar tak sinkron , Canna menggelengkan kepalanya tak habis fikir.

Canna membuk pintu Honda Jazz kesayangannya yang ia dapatkan dengan jerih payahnya sendiri, lalu masuk dan duduk di belakang kemudi di susul anak dari atasannya setelah sebelumnya menaruh barang bawaan di bagasi.

"Apa tidak ada minuman untuk-ku? Aku haus!" menghela nafas, Canna mencoba tersenyum walau hati rada dongkol, Kenapa tidak bilang dari tadi? sebelum ia menjalankan mobilnya?.

"Kita akan cari Mini Market di jalan nanti" jawab Canna pelan,

"Baiklah"

"Apa kau supir di perusahaan Ayahku?" Mata Canna menyipit, menghela nafas lagi.

"Bukan, aku sekertaris Pak Ridwan" jawab Canna pelan, ia memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, mencoba fokus pada jalan yang ia lalui.

Entahlah ia selalu merasa salah jika dalam posisi seperti ini, berduaan dengan lelaki yang tak di kenal. Walau tak melakukan hal-hal yang terlarang baginya. Tetap saja ia merasa salah karena lelaki di sampingnya bukan mukhrimnya.

***

Canna menepikan mobilnya di area parkir restoran Amuz Gourmet, kesan pertama saat ia memasuki restoran adalah terpukau dengan interior ala paris, benar - benar fantastis batin Canna takjub.

Keajaiban CintaWhere stories live. Discover now