satu

25.6K 1K 78
                                    

"Apa kamu yakin akan pulang, sayang?" Tanya lekaki paruh baya kepada gadis didepannya yang hanya menatapnya dengan wajah datar.

"Ayolah Kek, jangan mempertanyakan itu lagi. Jawabanku tetap sama," ujarnya datar.

Kakek itu menatap gadis didepannya tak kalah datar. "Baiklah, 1 jam lagi pesawat mu akan take off. Sebaiknya kamu segera pergi."

"Hm... dimana Nenek?"

"Dia sedang makan."

Gadis itu bangkit dari duduknya. "Aku akan menghampiri Nenek dulu," pamitnya.

Gadis itu melihat sang Nenek sedang memakan roti dengan sangat pelan. Ia langsung duduk dihadapan Neneknya dengan wajah datar.

"Aku pergi dulu ya nek," ujarnya lembut.

Neneknya menganggukan kepalanya sambil tersenyum. "Pergilah," ujarnya sambil berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju depan mansion.

Setelah sampai didepan mansion, gadis itu memeluk dan mencium Kakek dan Neneknya dengan sayang.

"Hati-hati," ujar neneknya pelan sambil mengusap rambut gadis itu dengan sayang.

Gadis itu menganggukan kepalanya dengan cepat. "Pasti."

Gadis itu berjalan menaiki mobil yang sudah disediakan didepan mansion Kakeknya. Saat hendak masuk mobil, suara yang sangat dikenalnya memanggil nya.

"Mou!" Teriak Kakeknya membuat gadis yang dipanggil Mou itu menoleh.

Ia diam saat Kakeknya menghampiri nya. Walau terlihat jelas pandangan bingungnya.

"Bisakah kamu berjanji kepadaku Mou?" Tanya Kakeknya sambil tersenyum. Senyum yang jarang ia tunjukan.

Ternyata senyum itu menular kepada Mou. "Baiklah, apa itu?"

"Pulanglah kesini jika kamu tidak tau ingin kemana." Kakek menatap Mou dengan pandangan sulit diartikan.

"Tapi kan Mou akan pulang kerumah kek, Kakek aneh-aneh aja," jawab mou sambil memutar bola matanya.

"Berjanjilah Mou. Kamu belum membuat tato itu." Tegas kakeknya membuat mou menatapnya serius.

"Ya, Mou akan pulang kesini. Suatu saat nanti."

Kakeknya memeluk Mou dengan erat, dan dibalas dengan gadis itu tak kalah eratnya.

"Percayalah bahwa Kakek dan Nenek menyayangimu. Jika kamu butuh sesuatu, hubungi saja kakek," ujar Kakek sambil melepas pelukannya.

"Kek? Kenapa Kakek bebicara seperti itu?" Tanya Mou dengan pelan, dia tidak tau kenapa rasanya akan ada kejadian yang menimpa nya.

"Pulanglah. Sampaikan salamku kepada Ibumu," ujar kakeknya tersenyum sambil mendorong Mou untuk memasuki mobil.

Sementara Mou terpaku. Ia terpaku pada senyum Kakek yang menurutnya misterius.

***

Lucy pov

Aku sampai dibandara Soekarno Hatta pada pagi hari. Aku menatap depan dengan pandangan datar. Walaupun sudah 3 tahun aku di Amerika, tetapi aku masih tau bagaimana keadaan di Jakarta. Kota yang penuh dengan polusi udara dan macet dimana mana.

"Non Lucy!" Panggil lelaki paruh baya yang sedang melambaikan tangannya kepadaku. Aku berjalan menuju kearahnya sambil membawa koperku.

"Non apa kabar di Amerika?" Tanya Pak Somad, supir keluargaku.

"Baik, Pak Somad apa kabar?" Tanyaku sopan.

"Baik non. Sini kopernya Bapak masukin ke bagasi," ujar pak somad mengambil koperku. Sementara aku masuk kedalam mobil dengan santai.

Best Mistake In MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang