Permintaan Menikah ❦2❦

9.2K 1K 7
                                    

Bagian 2 – Permintaan Menikah

❀✿•♥•✿❀

Pov's Raka.

Aku memandangi Khansa yang sedang menangis di kursi taman rumah sakit ini. Tubuh gadis itu bergetar pelan, aku berjalan mendekatinya dengan perasaan sulit diartikan. Ingin rasanya aku memeluk anakku ini, sungguh ingin memeluknya. Suara tangisnya terdengar sangat menyakitkan hatiku, aku tidak tega melihatnya menangis seperti ini. Pertemuanku untuk pertama kalinya dengan Khansa mengapa harus seperti ini? Aku semakin bersalah kepada anakku.

Aku menghampirinya dan berdiri tepat disampingnya dengan hembusan napas berat. Khansa menatapku ketika aku mengulurkan sebuah cokelat kepadanya, coklat yang baru saja aku beli di kantin rumah sakit. Keningnya berkerut bingung memandangiku, aku tersenyum dan duduk disampingnya.

"Om siapa?" tanyanya bingung sambil menyeka airmatanya.

"Aku kakak ayah kamu, kita sudah pernah bertemu dulu waktu kamu masih kecil." Jawabku lirih dan menatap wajahnya yang cantik.

Keningnya berkerut, "Papa tidak pernah cerita kalau dia punya kakak." Ucapnya membuatku tersenyum.

Sepertinya Benny maupun Anita menepati janjinya kepadaku, agar tidak memberitahukan tentang diriku kepada Khansa, "Iya, om sudah lama tinggal di Singapore, jadi selama bertahun-tahun ini kami tidak pernah bertemu." kataku memandangi wajah Khansa.

Matanya yang cokelat terang menahan tangisnya. Wajahnya sama sekali tidak mirip dengan Tania, wajahnya sangat mirip Anita. Ya Tuhan, anakku sangat mirip sekali dengan Anita.

"Om... maafkan aku..." ucapnya menangis. "Maaf Om, kalau aku sudah membuat Papa, adik om meninggal." isaknya tertunduk lemah, "seandainya... seandainya aku tidak meminta papa, mama dan Deva adikku kesekolahku mereka tidak akan seperti ini" Ucapnya mengepalkan kedua tangannya, "Padahal baru beberapa hari yang lalu aku bermain dengan Deva dan Papa, tapi sekarang---" isaknya menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

Aku langsung memeluk tubuh anakku dan membuatnya menangis sejadi-jadinya di dalam pelukanku.

"Maafkan aku om..." ucapnya sesenggukan, aku hanya mengusap lembut rambutnya dengan mata terpejam.

Ini bukan salah kamu nak, ini semua sudah takdir Tuhan. Maafkan ayah Khansa yang sudah lari dari tanggungjawab untuk membesarkanmu, ayah tidak pantas menjadi ayahmu Khansa.

❀✿•♥•✿❀

Empat bulan kemudian....

Sudah beberapa bulan ini, Anita masih belum sadar. Aku terus menjaganya dan tidak akan membiarkanya sendiri. Setiap hari aku selalu datang menjenguk Anita, aku ingin menjadi orang yang pertama yang wanita itu lihat ketika dia sadar. Anita sempat sadar sebentar beberapa bulan yang lalu dan kata ibuku dia bertanya tentang keberadaanku. Dia mengingatku karena dia masih menganggapku adalah suaminya.

Saat ini aku sedang memandangi wajah Anita yang masih terlelap dalam tidur panjangnya. Senyumku mengembang tipis memandangi wajahnya, masih ingat dibenakku ketika aku menyakitinya dulu. Jika mengingat kenangan buruk itu membuat hatiku sakit dan menyesal pernah menyakiti hatinya. Tetapi sekarang aku sangat mencintai Anita dan aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan pernah menyakiti hatinya kembali.

Aku mengenggam lembut tanganya dan mencium pucuk tangannya. "Anita aku mohon sadarlah..." pintaku lirih.

Ibuku dan ibunya selalu menangisi kondisinya yang belum sadarkan diri. Bahkan Khansa sepanjang waktu selalu menghabiskan waktunya sepulang sekolah menemani Anita, selain itu dia selalu menceritakan kegiatan di sekolahnya kepada Anita dengan tangisan.

Cinta Anita (Season 2)Where stories live. Discover now