PART 4

86 7 2
                                    

Ji Yeon POV..

"Oppaaaa," aku merengek manja padanya sembari tetap menyandarkan kepala ku pada dada bidang kakak kandung ku. Ya, memang seharusnya aku tidak bersikap manja pada kakakku ini. Seharusnya, aku duduk di hadapannya dengan sikap sopan dan hormat. Namun, kami kan hanya berdua disini, di paviliun pribadi kakakku. Dan hanya ada aku dan Seok Jin Oppa.

Mungkin kalian bertanya dimana Pengawal Lee. Tentu saja ku usir keluar. Ketika aku sedang bersama kakakku, ya hanya ada kami berdua. Tidak ada yang boleh mengganggu kami berdua. Apapun yang kami bicarakan, semua adalah privasi.

"Ini aneh Oppa! Aku tidak pernah merasakan hal ini!" aku kembali merengek manja, merasa aneh dengan perasaanku.

"Coba ceritakan pelan-pelan pada Oppa. Apa yang kau rasakan pada pengawal Lee."

"Jantungku berdegup kencang. Pipiku memerah. Dan oh! Jangan lupa kan matanya yang memiliki efek magis itu! Aku seperti tertempel dengan mata nya. Ketika menatap matanya, aku merasa teduh dan nyaman. Aish! Bahkan menceritakannya saja membuat Jantungku berdebar," kataku sambil memegang Jantungku. Perasaan aneh ini kembali timbul begitu aku mengingat Pengawal Lee.

"Begini," kata Oppa mengawali. "Dahulu, ketika Oppa tak sengaja bertemu dengan Minah di istana. Saat itu, perdana menteri Bang mengajak putrinya ke istana untuk belajar tentang urusan politik istana. Oppa yang melihatnya untuk pertama kalinya langsung tertarik dengannya. Padahal belum pernah bicara. Tapi jantung ini, berdetak tak karuan. Oppa pun mengikutinya kemana pun ia pergi. Ia gadis yang cerdas yang mampu membuat oppa semakin mencintainya," cerita oppa membuatku geram. Ku cubit saja pinggangnya membuatnya mengaduh kesakitan.

"Kau tidak memberi jawaban, Oppa!" ujar ku kesal. Ia tertawa lalu mengelus rambutku.

"Kau mencintai nya," ucap Oppa membuatku menatap wajah Oppa. Namun Oppa terlihat serius, tidak ada raut bercanda di matanya.

"Bagaimana bisa? Aku bahkan baru mengenalnya," ucapku merasa tak setuju dengan ucapan Oppa.

"Kau tahu," Oppa menatap manik mataku dalam. "Cinta itu datang kapanpun, siapapun. Kau tidak bisa memilih pada akhirnya, kepada siapa cinta diucapkan," Oppa berkata lembut padaku. Mendadak perasaanku berubah buruk.

"Tapi jika bersamaku, terlalu beresiko Oppa. Aku tidak mau melukai orang lain. Semua orang mengincar ku untuk dibunuh. Aku tidak ingin Pengawal Lee terluka," kataku lirih. Oppa tersenyum.

"Biar waktu yang menjawabnya. Lakukan apa yang menurutmu baik," ujar Seok Jin sembari mengacak rambut adiknya.

Hongbin POV..

Tuan Putri sedang di dalam bersama dengan Putra Mahkota. Aku pun berjalan ke arah belakang paviliun Putra Mahkota. Disana terdapat kolam kecil yang di tutupi bunga teratai. Aku menendang kerikil itu. Entah. Ada perasaan aneh yang membuatku bahagia.

Aku menyukai Tuan Putri? Sepertinya begitu. Tak ada larangan menjalin hubungan dengan para bangsawan karna aku juga bangsawan. Namun, aku baru mengenalnya. Apa ini benar cinta? Secepat ini kah? Dan yang lebih membuatku bahagia adalah, apa yang Ibu Suri katakan.

Flashback..

"Pengawal Lee," ibu Suri memanggilku saat aku sedang mengekori Tuan Putri yang hendak menghampiri paviliun Putra Mahkota.

Aku pun berjalan mendekat kearah Ibu Suri, lalu Ibu Suri membisikkan sesuatu.

"Aku tahu kau menyukai Ji Yeon," aku terdiam mendengar perkataan nya ini. Jantungku serasa mau keluar dari tempatnya. "Aku mendukung kalian. Buat lah Ji Yeon bahagia! Lindungi lah dia sampai akhir," kalimat terakhir darinya cukup membuatku tersenyum bahagia.

"Tuan Putri dan Putra Mahkota diserang!!!" ku dengar seseorang berteriak seperti itu membuatku panik dan tidak karuan. Buru-buru aku berlari ke dalam paviliun Putra Mahkota dan ku lihat, beberapa prajurit sudah terkapar mati dan sisanya, masih bergulat dengan pembunuh.

Aku masuk kedalam ruangan pribadi Putra Mahkota dengan langkah mengendap-endap. Betapa terkejutnya aku melihat Putra Mahkota memegang pedang. Ujung pedang yang ada di tangan Putra Mahkota menyentuh leher putih si pembunuh. Sementara yang membuatku lebih takut lagi, ujung pedang di tangan si pembunuh sudah menyentuh leher Tuan Putri! Jika Putra Mahkota bergerak sedikit saja, maka Tuan Putri pun akan ikut terbunuh.

Aku pun masuk kedalam dan langsung disambut hunusan pedang yang berhasil ku tepis. Terjadilah adu pedang di antara aku dan si pembunuh. Hingga si pembunuh kalah dan jatuh terjungkal di hadapan ku. Aku pun tidak memiliki ampun. Berani sekali ia menyakiti wanita yang aku cintai! Ku goreskan pedang di leher si pembunuh bayaran membuat darah segar mengalir dan si pembunuh pun tewas seketika. Aku tersenyum puas.

BRUUKK!!

Ku dengar sesuatu terjatuh. Aku menengok kearah sumber suara. Di sana, Tuan Putri jatuh terduduk dengan wajah pucat pasi. Air mata mengalir dari pelupuk matanya dan ia tampak shock. Reflek, aku berlari ke arah nya. Tidak peduli apa kata Putra Mahkota, tidak peduli apa hukuman atas silap lancang ku, aku hanya ingin membuat Tuan Putri merasa tenang!

Ia menangis dalam pelukan ku. Ia membalas pelukan ku erat sekali.

"Syukurlah," ujarnya membuatku bingung.

TBC

Terimakasih untuk yang sudah vote dan comment. Di tunggu comment nya di part ini. Semoga suka! ^^

Tell Me Your Wish!Where stories live. Discover now