NAUGHTY GIRL?!

20.9K 1K 17
                                    

Taehyung sudah hilang dari pandanganku sejak beberapa detik yang lalu. Nyonya Kim hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, persis seperti yang dilakukan Jin.

"Ngomong-ngomong Eomma mau minta maaf karena waktu Ayahmu tiada, aku beserta anak-anakku tidak bisa datang melayat."

Aku tertegun sejenak menyadari Nyonya Kim membahasakan dirinya sebagai Eomma padaku.

"Ah, ne Eomma. Tidak masalah, aku hanya ingin kau mendoakan Ayahku supaya beliau tenang di sana." Terpaksa aku pun ikut memanggilnya Eomma. Tapi saat kata-kata itu meluncur dari bibirku, hatiku terasa hangat. Dan tak ada rasa canggung saat mengatakannya. Ku lihat beliau tersenyum simpul.

"Ah senangnya kau memanggilku Eomma. Aku dan Jin saat itu harus ke Kanada untuk mengurus saham perusahaan kami. Sedangkan Taehyung maupun Jungkook sedang ada ulangan tengah semester. Jadi, maafkan kami semua Rasya-ah."

"Tidak perlu sungkan begitu Eomma, aku sangat mengerti kesibukanmu maupun Jin yang harus menangani perusahaan milik kalian."

"Ngomong-ngomong, aku ini lebih tua darimu Sya, kenapa kau tidak memanggilku oppa?"

Aku menutup mulutku kaget. Aku baru menyadari bahwa Jin lebih tua dariku lima tahun.

"M-mianhae Jin oppa, aku melupakan hal itu."

Nyonya Kim dan Jin tertawa bersama. Aku mengerutkan dahiku heran. "Apa ada yang salah?"pikirku. "Tak perlu seformal itu Rasya, panggil anak-anakku semaumu. Tak perlu memakai embel-embel yang kau sendiri melupakannya."  Aku tersipu malu, bisa-bisanya aku melupakan hal itu.

"Yasudah, kau harus mandi dan beristirahat! Aku dan Jin akan keluar sebentar untuk mengurus keberangkatan kami ke Meksiko minggu depan."ujar Nyonya Kim sambil membereskan piringku.

"Ne, gomawo Eomma, Jin oppa..."

Aku mencoba menghubungi Ibu di Indonesia. Baru beberapa jam berpisah dengannya saja aku sudah sangat merindukannya.

"Halo?" Sapa suara di seberang sana. Suaranya... serak? Seperti habis menangis.

"Ibu? Ada apa? Kenapa Ibu menangis?"

"Aku tidak kenapa-napa Rasya. Bagaimana dengan Nyonya Kim dan keluarganya?" Suara Ibu nampak dibuat-buat setegar mungkin.

"Ibu! Ibu harus menceritakan padaku ada apa!" Aku menuntut Ibu untuk menceritakan apa yang terjadi. Aku mendengar suara Ibu menangis. Dan itu membuat hatiku membeku, suaraku tercekat di pangkal tenggorokan. Aku tidak pernah melihat Ibu menangis sebelumnya. Hanya di pemakaman Ayah, dan saat mengetahui Rafika resmi menjadi jalang Amerika.

"Kakakmu Sya, dia menampar Ibu karena Ibu menasehatinya untuk menemani Ibu."

APA?

"Rafika pulang Sya, dia mengambil semua pakaiannya dan mengambil beberapa barang-barang miliknya. Semua isi kamarnya ia bawa, dan saat Ibu mencoba mencegahnya saat pergi, Ibu ditampar dan didorong."

Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat. Dulu aku sangat ingin menjadi seperti kakakku yang berhasil mendapatkan beasiswa ke Harvard. Tapi semua itu sekarang berubah menjadi benci. Benci yang sangat mendalam untuknya.

PERVERT BOYWhere stories live. Discover now