"Tidak. Kau akan tahu nanti." balasku singkat. Benar juga, aku baru sadar sekarang.

Setelah perjalanan selama lima belas menit dengan mobilku, kami sampai didepan gerbang sekolah khusus putri Nadeshiko Gakuen.

"Aku akan menjemputmu." pesanku singkat.

"Dimengerti, captain!"

Aku mengawasinya berlari menuju gedung sekolah, hari ini dia membawa gitar. Mungkin ada pelajaran seni atau kegiatan klub. Aku tersenyum miring melihatnya berlari penuh semangat, membuat surai pirangnya bergoyang dan berkilau keemasan dan bagian bawah seragamnya berkibar.

Andaikan angin bertiup lebih kencang...

Ketika tak kulihat lagi tubuh mungilnya, aku menyalakan kembali mesin mobilku dan mengarahkan lajunya melalui pintu gerbang besi tinggi sebuah gedung yang berdiri kokoh tepat di seberang sekolah Naruto. Tempat dimana para remaja pria menimba ilmu, tempat dimana mereka menghabiskan hari hari masa remajanya dengan setumpuk buku,  tempat mereka memanggilku guru.

Di Nagihiko Gakuen, sekolah menengah atas khusus laki laki. Aku mendedikasikan hidupku sebagai guru.

Aku cukup terkenal dikalangan siswa dan guru sebagai pengajar bahasa Inggris yang tegas, cerdas, cekatan, dingin dan tampan.

Sayang, Naruto ada di gedung seberang.

Tak apa, aku masih bisa bertemu dengannya dirumah. Dan malam ini tak akan ku sia siakan waktu kami berdua. Hn, ide bagus Sasuke.

Nah, sekarang biar kudidik dulu kumpulan bocah bocah ingusan itu.

"Ohayo."

"Ohayo sensei!"

Ha~ betapa aku menikmati wajah wajah pucat yang lupa mengerjakan tugas rumahnya.

.

.

.

"Uchiha sensei mau makan siang bersama?"

Wanita. Lagi lagi para guru dan staff wanita ini terang terangan mengajakku dengan tatapan genitnya. Entah sudah yang keberapa meskipun jumlah wanita di sekolah ini tidak banyak, tetap saja bagiku mereka mengganggu.

Kalian tidak ada apa apanya dengan Naruto-ku.

"Maaf." balasku singkat dan segera saja aku pergi dari ruang guru. Aku tak peduli jika mereka mendengus atau menangis dibelakangku. Terserah saja.

Seperti biasa, jam makan siang kuhabiskan di lab kimia. Selain jarang dikunjungi tempat ini cukup nyaman dengan pemandangan danau buatan di luar jendela. Para murid sering menghabiskan waktu mereka disana. Tertawa dan sesekali meraung jengkel oleh ulah jahil temannya. Tidur siang dengan posisi aneh di dahan pohon, berlari mengelili danau yang cukup luas dengan setelan spandex hijau ketat, melukis, mengerjakan tugas, membaca, bahkan meditasi.

Sebenarnya mereka ini apa?

Masa muda ya?

Entah bagaimana aku jadi merasa tua. Mungkin sudah saatnya aku menyusul aniki.

Hn.

Wanita.

Aku harus menunggu kucing itu dewasa lebih dulu rupanya. Tak apa, aku akan sabar hingga dia tumbuh dan berkembang seperti sakura di musim semi atau bunga matahari di musim panas. Aku yakin dia akan jauh lebih indah pada waktunya.

Aku tak mau disebut sebut lolicon karena menikahi anak gadis yang masih mengenyam pendidikan sekolah. Apalagi dia adalah adik dari kakak iparku, sepertinya jalanku untuk mendapatkannya cukup berliku.

Lho Sas, memang Naruto mau mendampingimu?

Tidak. Aku tidak boleh ragu. Aku harus bisa dan dia harus mau!

Jam belajar berakhir. Satu demi satu murid dan guru meninggalkan gedung sekolah dan kembali ke rumah. Aku merapikan meja dan setumpuk buku tugas milik siswa kelas tiga sebelum tancap gas menuju pelataran parkir.

Naruto tidak bilang apapun tentang kegiatan sekolah hari ini, tidak ada klub ataupun tugas yang membuatnya terpakasa tinggal lebih lama di sekolah.
Aku pun memarkirkan mobilku didepan gerbang sekolahnya dan menunggunya diluar.

Anak anak perempuan itu berbisik bisik seru saat melihatku. Kulihat wajah mereka merona sampai menyerupai kepiting rebus. Ah, apa peduliku?

Tak lama aku melihat sesosok gadis bersurai pirang dengan gitar dipunggungnya. Saat melihat kedepan wajahnya tampak gembira dan dia tersenyum lebar. Saat itu pula aku merasakan dadaku berdebar debar.

"Nii chaaaaan..."

Dia berlari kearahku! Dengan raut wajahnya yang begitu berseri seri, dia merentangkan kedua tangannya.

Tu-tunggu! Kau ingin memelukku? Disini? Didepan umum?
Tapi meskipun aku kakakmu, aku ini seorang guru. Ini tidak baik meskipun aku mau. Aku tidak bo-

"Nii chaaaan..."

Aaaargh persetan dengan pandangan orang! Naruto ada didepanku dan menyerahkan dirinya padaku.

Kurentangkan kedua tanganku, tak tahan aku pun tersenyum simpul menyambutmu.

Nah manis, datanglah kepelukanku~

Dia mendekat, masih dengan senyum lebarnya Naruto semakin cepat berlari dan dia pun melompat ke arah-

"Maaf sudah membuatmu menunggu."

Akupun menekuk siku dan melihat jam tanganku.

Okay.

"Tidak apa apa, aku juga baru saja tiba."

-SISWA YANG TADI BERMEDITASI DI DEKAT DANAU?!!! SIAPA DIA? NARUTO JELASKAN PADAKU!

"Ano, Neji nii hari ini aku tidak bisa pergi. Gomenne, kakakku sudah menungguku."

"Begitukah? Sayang sekali kami pasti kesepian tanpamu." Neji? Siswa Nagihiko berambut panjang bermata amethyst ini... Sial! Dia salah teman kencan Naruto, kan?!!

"Mungkin lain hari kita bisa pergi lagi. Neji nii tidak marah kan?"

"Mana bisa aku memarahi gadis manis sepertimu? Tentu saja kita punya kesempatan lain. Email aku jika kau punya waktu."

APA APAAN MULUTNYA ITU?!

"Kalau begitu aku pergi dulu. Berhati hatilah dijalan, jaa ne Naruto."

"Un. Mata ne Neji nii."

Cukup. Kutarik tangannya dan kupaksa dia naik ke mobilku setelah pemuda itu tak lagi tampak. Naruto begitu terkejut dengan reaksiku yang tiba tiba. Aku mendudukkan diri di kursi kemudi. Ku kunci semua akses keluar masuk mobil ini, menarik nafas berat lalu kutatap mata Naruto lekat lekat. Naruto hanya terdiam dengan ekspresi bingung dan ketakutan. Sayang sekali jika kau tak tahu dadaku terasa begini panas!

"Naruto, jauhi pemuda itu!"



tbc♥

When I Open The DoorWhere stories live. Discover now