CHAPTER VII : I must say it !, before I lose it !

330 32 0
                                    

"Treeeeeng" bunyi alarm membangunkan Rian dari tidurnya yang nyenyak. Masih dengan mata yang belum seutuhnya terbuka, Rian langsung mengecek wall facebook-nya. Terlihat foto selfie Rina bersama sang pacar di dalam mobil dengan caption berbunyi "on the way airport".

Rian kaget bukan kepalang, dengan penampilan yang begitu berantakan, ia langsung berlari dan berhadapan dengan cermin yang ada di kamar mandi.

"Hari ini ? Oh my God !" Rian membantin sembari terus membersihkan giginya yang gingsul.

Rina telah memberitahukan kabar baik itu semalam saat pesta. Wanita cerdas itu diterima di salah satu universitas di inggris, tetapi ia tidak menyebutkan kota serta nama universitas tempat ia akan melanjutkan program S2.

"Ini kesempatanku ! Dia akan berpisah denganku untuk waktu yang lama, entah karena pendidikan atau ia akan segera menikah dengan Andre, tapi aku tidak mau membawa perasaan ini hingga keliang lahat"

"Tidaaaaak" Rian pun sontak menginjak pedal rem sekuat tenaga, ketika seorang anak kecil berlari melintas di depan mobilnya.

"Aku harus mengatakannya sebelum ia pergi, sebelum aku kehilangan dia" Rian mempercepat laju mobil yang ia kendarai menuju bandara.

Mungkin hal ini sudah sangat mainstream di saksikan dalam adegan-adegan FTV, tapi beginilah keadaanya, saat Rina mencoba melangkahkan kaki melewati petugas pemeriksa barang, Rian telah berdiri dibelakang, berteriak keras memanggil nama Rina.

"Ngapain kamu Ndut ?" tanya Rina kesal sambil memberikan kode kepada petugas bandara untuk memberikannya waktu satu menit.

"Kamu kok nggak bilang kalau pergi hari ini" jawab Rian dengan wajah cemberut.

"Maaf-maaf aku lupa, eh ngomong-ngomong kok kayak ada yang penting banget Rian, kamu mau nitip oleh-oleh yaa ?, ogah !!" ejek Rina sembari menjulurkan lidahnya.

Rina kemudian memasukan barangnya satu per satu kedalam mesin pemeriksa, dengan agak terburu-terburu ia melangkah melewati metal detector untuk mengejar Andre yang telah pergi terlebih dahulu.

"Bye bye Iyan !, jangan mainin cewek lagi yaa !, tobat nak !"

"Aku mencintaimu" pernyataan Rian itupun membuat Rina terdiam sejenak, tubuhnya seakan membeku dan bumi berhenti berputar, tetapi kemudian ia kembali menampilkan senyum khas miliknya.

"Idiiih jijik tauuu Yan, udah pulang sana ! badan lo bau banget tuh, daaaaah !"

Rian hanya tersenyum kaku saat pengakuannya hanya di anggap main-main oleh Rina. Pengakuan yang memakan waktu belasan tahun agar ia mampu mengungkapkannya langsung kepada sang belahan jiwa. Tapi apa ini, Rina bahkan tidak memberikan komentar berarti, mungkin Rian kurang tulus mengungkapkannya, atau mungkin Rian mengatakannya di saat yang tidak tepat. Saat dimana Rina, sahabat yang dicintainya sepenuh hati, kini akan pergi melanjutkan pendidikan di tempat yang jauh disana.

"Mengapa aku begitu penakut, tidak aku pengecut, aku seharusnya menarik tangannya dan memberikan pelukan perpisahan, tidak aku seharusnya mengatakannya sejak dulu, sejak kita masih duduk di bangku SMP, sehingga Rina tahu betapa tulus aku mencintainya"

Batin Rian dalam tangis akibat penyesalan, menyesal karena ia telah kehilangan "CINTA" sebelum ia dapat mengatakannya.

Maaf Membuatmu MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang