CHAPTER V : It's not your fault

359 36 2
                                    

Rian tidak seperti biasanya hari itu, diam tanpa sekalipun bertegur sapa dengan teman, dosen bahkan wanita-wanita seksi yang selalu mengitarinya. Ia hanya duduk menatap sinar pagi yang menembus jendela kelas sembari mendengar lagu bergenre rock and roll dari earphone hitam yang melekat ditelinganya.

"uduuuh cayang cakit yaah ?" Kata Andini manja dengan mulutnya yang sengaja dimajukan seperti bebek.

"Kamu kenapa sih bro ? Ngak biasanya kayak kini ?, kamu seharusnya bahagia bro, udah jadi juara dapat gelar pemain terbaik pula" Tambah Jhony yang sekarang merangkul Rian dibalik lengannya yang kekar.

"Ngak-ngak aku cuman ada masalah sedikit di rumah" kini senyum palsu pun terukir jelas di balik hatinya yang terisak.

"Masalah ? Haaaa ? Palingan kamu lupah ngerjain tugas lagi" Rina yang memakai atasan oblong berwarna biru mendekat ke tumpukan manusia yang duduk mengitari Rian yang cemberut. Tanpa diperintah oleh siapapun, Rina mengambil Iphone milik sahabatnya itu, kemudian segera mematikan musik yang sedang dimainkan.

"Wooy tau sopan dikit dong !" semua orang merasa heran terhadap apa yang baru terjadi, sebuah momen langkah dimana Rian berani memarahi Rina dengan begitu kasar.

seperti kebanyakan sahabat lainnya, mereka sering bertukar ejekan dan hinaan yang terdengar menjijikan di telinga orang lain. Tapi untuk menjadi serius dan tensius seperti ini, mungkin pertama kali terjadi dalam sejarah pertemanan mereka berdua.

"Biasa aja kali Yan !, nggak usah ngelotot gitu matanya" Rina menyembunyikan ketakutannya dengan melepaskan tawa yang begitu dibuat-buat.

"Oh jadi gitu ! Kamu yang ngak tahu sopan santun, tapi aku yang salah, selalu aku yang salah !" bentak Rian yang telah berada tidak kurang dari satu meter dari tempat Rina berdiri. Dengan memasang raut wajah penuh kebencian, ia terus memberikan sengatan listrik ke arah Rina lewat tatapan matanya yang tajam.

"Apa-apaan sih kamu Yan ? masalah di luar jangan bawa-bawa ke kampus dong !" Jhony mencoba meredakan suasana, diikuti oleh gadis-gadis yang terus menyuruh Rian agar menahan emosinya, bahkan segelintir gadis celimitan malah terpesona dengan sikap idola mereka saat ini, yang begitu kejam, cool disertai emosi yang meledak-ledak.

"Maaf deh kalau aku sudah buat kamu marah, maaf yaah Yan" Rina kini mencoba mendekat tetapi terhenti begitu saja ketika Rian akan melanjutkan makiannya.

"Kamu tuh bisanya minta maaf doang !, kamu tau nggak, masalahku tuh cuman satu, yaitu ka-----"

"Pessssssst !" belum sempat Rian menyelesaikan kalimatnya, tamparan keras telah melayang tepat diwajahnya yang tampan.

"Aku kecewa sama kamu Yan !, tega amat kamu nyakitin wanita, kamu lupa yaah, dia itu sahabatmu Rian" bentak Andini yang baru saja mendzalimi pipi kanan playboy kampus itu.

Rian berlari keluar kelas, mencari wanita yang selalu terpaut dalam hatinya di seluruh penjuru, di setiap sudut, dan dimanapun kira-kira Rina berada. Tapi tak dilihatnya batang hidung cintanya yang mancung itu, yang telah ia usir dengan untaian katanya yang kasar.

Sungguh menyesal Rian pada saat itu, hingga ia pun berlutut kesal pada dirinya sendiri, ditemani air mata yang mengalir deras membasahi kumis tipisnya.

"Maafkan aku yah Tuhan, mengapa aku harus marah padanya, jelas ini bukan salahnya, yaa bukan salahnya jika ia tidak mencintaiku"

Maaf Membuatmu MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang