PROLOG

1.1K 58 3
                                    

"Riaaaan !" sapa Rina yang berlari tergesa-gesa ke arah pria yang sekarang memalingkan wajahnya ke arah tembok, "Ya ampuun ! Kamu nangis ?, kamu tidak apa-apa kan ?".

"Aaah tidak kok, mataku hanya kemasukan debu" jawab Rian sambil menghapus butiran air mata dari pipinya yang tembem, "ngomong-ngomong selamat yaah !, kamu sama Andre memang cocok".

"Bagus deh kalo gitu !, aku khawatir sekali tadi. Soalnya kamu tiba-tiba saja lari, pake nabrak kursi segala, yaah aku pikir kamu barusan dapat kabar buruk atau apalah" kata Rina yang pada hari itu memakai atasan lengan panjang berwarna putih dengan rambut hitamnya yang dibiarkan terurai, "Makannya jangan kebanyakan nonton yang ngak-ngak, itu hukuman buat kamu tau !".

"Ngak nyambung Rina, sudah ku bilang, mataku kemasukan debu !" bantah Rian sembari memaksakan tawa dibalik hatinya yang terluka.

"Okehlah, oh iya Andre kayaknya aku ngak bisa nonton film star wars bareng kamu deh malam ini, soalnya tau lah, pacar baru mau ngajakin dinner tuh ! Hahaha" ucap Rina yang menambah pundi-pundi kecemburuan di benak Rian.

Rian kini meletakan tangan kanan didanya yang terasa sakit. Layaknya serpihan peluru yang menembus jantung, seakan mengalirkan darah segar dari hatinya yang terluka. Ia melangkah maju mendekati tong sampah kemudian membuang dua carik tiket bioskop yang ia beli. Tiket yang dipersiapkannya untuk menikmati malam dengan sang pujaan hati, kini berakhir tak berguna. Tidak ada lagi kesempatan untuk mengatakan perasaan yang telah dipendamnya selama ini, karena kata "I love you" atau "maukah kau jadi pacarku", telah dikatakan terlebih dahulu oleh pria lain kepada Rina.

Status sebagai sahabat pun, harus pasrah disematkan kepada Rian, yang mungkin akan terus seperti itu hingga akhir hidupnya.

Maaf Membuatmu MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang