Setelah dia mengunci pintu mobilnya, dia berjalan kearahku dan merangkul tubuhku. "Yuk!"

"Pagi cantik!", sapa kakak kelas yang kebetulan lewat.

"Pagi Fee, Pagi Kiara", yang ini panggilan teman mereka seangkatan kelas 11.

"Pagi cinta", kalau yang ini panggilan kakak kelas yang emang terkenal suka menggoda.

"Ya ampun, tuh liat Fee, penggemarmu banyak banget",

"Itu penggemarmu juga kan. Apalagi yang manggil 'pagi cantik', daritadi pas kamu jalan, dia ngeliatin kamu mulu",

"Sialan kamu Fee. Aku nggak mau nganter kamu pulang",

"Hahaha.. Iya deh ampun nyonya Aslan", ups. Seketika wajah Kiara pun merah semerah tomat.

"Cie blushing", kataku sambil menoel-noel pipinya.

"Apaan sih Fee. Aku beneran loh ini nggak nganter kamu pulang", ucapnya sambil masuk kekelas. Eh udah sampai dikelas ya?

Saat aku akan duduk dikursiku, Aslan tiba-tiba berjalan kearahku sambil menaruh jari telunjuknya didepan mulut. Sesaat aku tau kodenya, lalu akupun duduk ke kursi Aslan yang sebangku dengan Rangga. Untunglah Rangga belum masuk kekelas. Mungkin di kantin, sarapan dengan Jessi. Entahlah.

Kiara POV

Saat Fee memanggilku dengan sebutan 'nyonya Aslan', entahlah, aku merasa antara sebal, malu, dan senang. Tapi masa aku bilang ke Fee kalau aku seneng dia panggil aku gitu, dimana harga diri Kiara?

Jadi, sesampainya dikelas, aku pun langsung duduk dikursiku tanpa melihat Fee. Kan lagi ngambek ceritanya.

"Kalau kamu sekali lagi bilang nyonya Aslan, aku nggak mau jadi temen curhatmu lagi", kataku sambil bersedekap.

Sudah semenit aku menunggu Fee menimpali ucapanku. Tapi dia disebelahku hanya diam saja. Apa dia sedih karena ucapanku? Langsung saja kutolehkan kepalaku. Dan oh Ya Tuhan, mimpi aku semalam, kenapa mahkluk ini tiba-tiba ada disebelahku.

Aslan POV

"Kalau kamu sekali lagi bilang nyonya Aslan, aku nggak mau jadi temen curhatmu lagi", katanya sambil bersedekap. Ya ampun, lihatlah mukanya saat sedang ngambek seperti ini.

Kiara adalah satu-satunya alasan mengapa aku playboy dan berganti-ganti pacar. Aku mencintainya sejak setahun lalu. Sejak hari pertama OSPEK saat aku melihatnya berlari dari gerbang sekolah karena terlambat. Mengaguminya dari dekat tapi terasa jauh karena aku yakin, dia tak menghiraukanku yang selalu ada didekatnya. Menjaganya tanpa tau aku sedang menjaganya. Ya, aku terlalu mencintai Kiaraku.

Mungkin karena aku terlalu lama melamun, atau dia merasa karena orang disebelahnya tidak membalas ucapannya, dia menolehkan wajahnya padaku. Seketika matanya membulat lucu, bibirnya membuka sedikit. Terlihat sangat kaget karena bukan Fee yang disebelahnya. Tapi aku.

"Good Morning, nyonya Aslan", ucapku berbisik menggodanya. Lihatlah, mukanya memerah, haha.

"Kok kamu sih yang disini. Mana Fee? Dan panggilan apa itu. Nggak usah panggil nyonya nyonya ya. Aku kan belum nyetujuin perjodohannya", katanya sambil memukuliku. Se-salting itukah dia sampai tak sadar ia mengatakan perjodohan dengan keras menimbulkan beberapa pasang mata teman sekelasku melihat kearah kami. Yang kubalas dengan senyuman.

"Siapa dijodohin?",

"Kiara si cuek, dijodohin?",

"Kiara dijodohin sama Aslan?",

"Ya ampun, masa aku kalah sama Kiara",

Seperti itulah celotehan teman-teman sekelas. Manusia disebelahku masih tak sadar juga rupanya. Jadi kutangkap tangannya yang hampir memukul badanku lagi. Kutatap matanya. Astaga, dengan begini saja dia blushing. Lucu sekali.

"Kamu nggak denger, apa yang diomongin temen-temen?",

"Apa?", tanyanya pelan. Dia pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas.

"Kiara? Kamu dijodohin sama Aslan?", tanya Lucy, teman sekelas kami padanya.

Kiara POV

"Kiara? Kamu dijodohin sama Aslan?", tanya Lucy, teman sekelas kami saat aku menolehkan wajah padanya.

"Siapa bilang?". Sialan. Siapa yang nyebarin kabar itu. Pasti playboy satu ini deh. Kutarik lenganku yang digenggamnya lalu kupukul dia sedikit lebih keras dari sebelumnya.

"Kamu kok nyebarin kabar itu sih. Semua orang jadi tau kan. Nyebelin banget!",

"Yakin aku yang nyebarin? Tadi yang bilang jodoh-jodohan siapa?", katanya dengan nada menggoda.

Tunggu. Ya ampun, kutepuk kepalaku berkali-kali. Bodoh bodoh bodoh. Hingga tanganku sekali lagi ditahan oleh Aslan.

"Jangan dipukuli. Aku nggak mau calon istriku nanti bego",

"Nggak usah pegang-pegang ya!",

"Jadi bener? Kiara sama Aslan? Wahhhh". Sumpah demi apapun, aku ingin bumi menelanku sekarang.

Oke, setelah lama stuck, akhirnya part baru Fee udah selesai. Meskipun di part ini dayen banyak cerita tentang Kiara dan Aslan. Part selanjutnya dayen usahain khusus buat Rangga dan Fee. Mungkin Jessi juga. Jangan lupa vote dan komentar untuk kritik dan saran. Biar dayen semangat nulis Fee.

-Love, DianneT-


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 10, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FEEWhere stories live. Discover now