5

46 6 0
                                    

Author POV

Dia berubah. Tapi tak menjamin perasaannya juga berubah. Bahkan yang dulunya terpisah jarak dan waktu yang cukup membentang jauh dan lama.

Jessi yang dulunya judes dengan orang baru, sekarang menjadi gadis yang ramah dengan orang-orang baru.

Rangga yang dulunya suka mempermainkan hati perempuan, sekarang berangsur mencoba untuk bertahan dengan satu hati.

Setelah melihat kejadian di kantin itu Fee menjadi sama diamnya dengan Kiara. Setelah sampai dikelas dan duduk dikursi masing-masing pun mereka diam dengan pikirannya sendiri. Tapi yang pasti, mereka mengerti perasaan masing-masing.

Setelah bel masuk pelajaran berbunyi nyaring, Rangga dan kawan-kawannya masuk kekelas. Tentu saja dengan Jessi. Rangga melirik singkat pada Fee. Dia merasa Fee agak beda. Pandangannya kosong menatap papan tulis. Kiara yang berada disebelahnya pun demikian. Apa yang terjadi dengan mereka ataukah mereka sedang berantem? Pertanyaan itu hanya terngiang dipikiran Rangga tanpa bisa ia tanyakan. Memangnya dia siapanya Fee?

Fee POV

Aku tau, Rangga melirikku tadi saat ia melangkah masuk kelas. Aku hanya, entahlah. Rasanya kosong disini. Di rongga dada bagian tengah agak kekiri. Memang masih terasa detaknya. Tapi rasanya hampa.

Beruntung hari ini guru pengajar tidak masuk. Jadi aku tidak perlu konsentrasi berlebih untuk mengikuti pelajaran. Kulirik Kiara yang sedang sibuk mengerjakan soal latian yang tadi diberikan oleh ketua kelas. Sedih rasanya melihat Kiara yang biasanya periang menjadi pendiam seperti ini. Oke, aku harus mengalah.

"Ki?", sapaku yang hanya dibalas gumaman oleh sang pemilik nama.

"Pulang sekolah mau kerumah? Besok libur kan? Kamu bisa nginep dirumah. Kalau kamu mau sih",

"Boleh". Syukurlah Kiara mau. "Fee?"

"Ya?"

Ada jeda panjang setelah itu. Mungkin dia masih mempertimbangkan apa yang ingin dikatakanya.

Kiara POV

Nggak enak rasanya diemin Fee kayak gini. Tapi mau gimana lagi? Aku nggak takut nanti Fee malah jadi luapan emosiku yang dengan cepatnya semakin bertambah volumenya. Oke, aku harus mengalah. Hanya Fee yang selalu mengertiku.

Hampir saat aku akan mengeluarkan suara untuk menyapanya, dia menyapaku duluan.

"Ki?", sapanya lirih. Kubalas dengan gumaman spontan. Oh, bodohnya kau Ki.

"Pulang sekolah mau kerumah? Besok libur kan? Kamu bisa nginep dirumah. Kalau kamu mau sih", tawarnya dengan senyum manis. Aku tau itu hanya fake smile agar tidak terkesan dia terluka. Bodoh kuadrat untukmu Ki. Sahabat macam apa kau ini.

"Boleh", aku menjawab dengan tersenyum tipis, tapi kuyakini dia tak melihatnya karena kami berbicara dengan menunduk, mengerjakan tugas yang diberikan. "Fee?"

"Ya?"

Aku memberikan jeda untuk meneruskan kalimatku.

"Nanti aku pinjem baju rumahmu ya? Pulang sekolah langsung kerumahmu aja. Lagi males ketemu mama dirumah"

"Jangan gitu dong, Ki. Dia tetep mama kamu. Mungkin dia mau yang terbaik buat kamu"

"Please, Fee. Kali ini aja. Ya?"

Kudengar Fee menghela nafas panjang dan pelan.

"Yaudah, sekali ini aja. Tapi kamu harus ijin kalo mau nginep rumahku"

Aku langsung melompat kepelukannya. Memang aneh posisinya, karena aku memeluk dari samping. Saat kutelohkan wajahku kebelakang, kulihat Rangga sedang menatap lurus punggung Fee. Sedangkan disebelahnya kulihat Aslan masih sibuk dengan pekerjaannya.

Kuangkat sebelah tanganku yang berada dibelakang badan Fee. Kulambaikan pelan pada Rangga. Bukannya Rangga yang menoleh, malah Aslan yang mendongakkan kepalanya padaku. Ah, sial. Langsung kuturunkan tanganku dan menyembunyikan wajahku dilekukan leher Fee. Sedangkan pemilik tubuh sedang asik mengerjakan pekerjaannya yang tersisa sedikit. Samar, kudengar Aslan mengumpat pada Rangga.

Setelah lama bernyaman-nyaman di pelukan Fee, aku kembali menegakkan tubuh. Kulihat Fee tersenyum manis padaku. "Udah mendingan?", tanyanya. Lalu kujawab dengan anggukan kepala mantap.

Makin kesini rasanya makin gajes. Tapi diann berusaha sebaik mungkin untuk hasil yang terbaik kok. Jangan lupa vomment ya, guys. Thx

FEEWhere stories live. Discover now