7

59 5 0
                                    

Jessi POV

Setelah berganti baju dirumah, aku langsung mengendarai mobilku menuju alamat rumah Fee yang dia kirimkan via Line tadi. Untung saja rumahnya tak sulit ditemukan, jadi hanya butuh 20 menit dari rumahku. Langsung saja kukirim Line untuk Fee.

Me: Aku depan rumahmu

Fee Maureer: Oke, aku kedepan. Tunggu ya

Me: Oke

—-

Jadi, disinilah aku sekarang. Balkon kamar Fee yang lumayan luas. Bersama Fee dan Kiara. Ini seperti interogasi untukku. Tak heran, karena mereka tidak mengenalku sebelumnya. Berbeda dengan Rangga. Fee terus saja menanyaiku, dulu aku bersekolah dimana, kenapa pindah. Dan bercerita bahwa dulu aku tinggal di Indonesia, lalu ikut orangtua pindah ke Jerman karena tuntutan pekerjaan. Dia sangat antusias mendengar ceritaku. Berbeda dengan Kiara yang hanya menjadi pendengar setia dan sesekali bermain dengan ponsel androidnya. Oh ya, mungkin aku akan bercerita tentang Rangga. Sedikit.

"Kalian tau Rangga kan? Teman sekelas kita", ucapku mengawali cerita tentang Rangga ini.

Fee mengangguk cepat, sedangkan Kiara mendongakkan kepalanya dari ponsel untuk menatapku dan mengangkat alisnya.

"Dulu kami berteman baik. Kami saling suka. Tapi kami harus memendam rasa itu, karena aku harus berangkat ke Jerman setelahnya"

Fee POV

"Dulu kami berteman baik. Kami saling suka. Tapi kami harus memendam rasa itu, karena aku harus berangkat ke Jerman setelahnya". Pernyataan Jessi barusan menohok hatiku kecilku. Tapi aku berusaha untuk bersikap biasa seperti tadi saat ia memulai ceritanya. Kulihat dari ekor mataku, Kiara sedang menatapku khawatir.

Dia meneruskan "Mungkin, nantinya kami bisa berteman baik lagi. Kalian tau, aku masih menyukainya sampai sekarang". BINGO!

"Kami dan Rangga bukan teman baik, kami hanya sebatas teman sekelas, jadi maaf jika kami tidak bisa banyak membantu", ucapku.

"Tak apa, nanti aku juga akan membuat kita semua berteman. Kau suka kan?",

"Suka?", tanyaku panik.

"Maksudku, kalian pasti suka kan jika kita semua bisa berteman?",

"Oh itu. Iya, suka kok", jawabku sambil tersenyum.

"Baiklah. Sepertinya aku harus pulang. Hampir malam. See ya, Fee Kiara"

"Biar kuantar kedepan. Ki mau ikut turun?"

"Aku disini saja. Hati-hati Jess"

"See ya, Ki"

"Jadi?", tanya Kiara saat aku kembali ke balkon dan duduk disebelahnya.

"Apa?"

"Rela, Rangga sama Jessi?"

"Relain aja. Toh mereka cocok kok. Rangga juga keliatannya suka juga sama Jessi. Aku cuma orang baru Ki"

Mata Kiara menatapku tajam. Seolah berkata kamu-nggak-rela.

"Oke, aku nggak rela, Ki. Tapi kalau bahagianya Rangga sama Jessi, kenapa aku harus nggak rela?"

"Yaudah, terserah kamu deh, Fee. Kalau kamu butuh sesuatu, aku selalu ada buat kamu kok"

Kiara POV

"Jadi?", tanyaku menuntut saat Fee kembali ke balkon dan duduk disebelahku.

"Apa?"

"Rela, Rangga sama Jessi?"

"Relain aja. Toh mereka cocok kok. Rangga juga keliatannya suka juga sama Jessi. Aku cuma orang baru Ki"

Mataku menatapnya tajam. Menuntut penjelasan lebih.

"Oke, aku nggak rela, Ki. Tapi kalau bahagianya Rangga sama Jessi, kenapa aku harus nggak rela?"

"Yaudah, terserah kamu deh, Fee. Kalau kamu butuh sesuatu, aku selalu ada buat kamu kok"

Setelah menyelesaikan kalimat itu, Fee memelukku dengan cepat. Saat kubalas pelukannya, bahunya bergetar. Dia terisak. Menangis tanpa suara.

Dalam pelukanku, Fee bertanya, masih terisak pelan. "ohya, Ki. Kamu tadi udah ijin mama kamu belum?"

"oh, belum. Hehe abis ini aku ijin kok", jawabku sambil mengelus punggungnya.

—-

Hari senin, aku memilih mengendarai mobil kesekolah. Menjemput Fee dirumahnya yang memang searah dengan sekolah.

"Udah mendingan?"

"Apanya?"

"Galaunya. Hahaha"

"Eh, kamu juga galau kan Fee. Ngejek aku"

"Yaudah kita jodoh kali. Hahaha"

Dan tawa kami pun pecah sepanjang perjalanan menuju sekolah.

Tapi saat mobilku berhenti di parkiran sekolah, candaan riang, mood yang baik tadi, seketika hilang. Dua sosok itu.

Rangga POV

Ketika aku keluar kamar mandi dan mengeringkan rambutku yang basah dengan handuk kecil ditanganku, suara riang seseorang terdengar dari ponselku . 'LINE'. Notifikasi pesan line yang masuk. Dengan satu tangan yang masih mengeringkan rambut, kuambil ponselku di nakas lalu kugeser perlahan kunci layarnya.

JessicaWllm: Ga, jemput aku bisa? Mobil dipake mama

Me: Bisa. Setengah jam lagi aku berangkat

JessicaWllm: Oke

Kutaruh lagi ponselku di nakas. Harusnya aku senang kan, Jessica, gadis yang dulu sangat aku sayangi, mengajakku berangkat bersama. Tapi ini rasanya beda. Tak ada lagi ledakan yang meletup-letup didadaku ketika bersamanya sekarang. Malah, Fee yang baru kukenal ketika menginjakkan kaki dikelas 11 ini, bisa membuatku merasakan ledakan yang sangat eksplosif itu didadaku. Entahlah. Secepat itukah aku menyukai seorang Fee Cassandra Maureer?

FEEWhere stories live. Discover now