8

29 5 0
                                    

Jessi POV

Pagi ini aku bangun lebih pagi. Alasannya? Yup, RANGGA, si tampan yang selalu dihatiku. Oke fix, aku terlalu lebay. Tapi itulah kenyataannya. Aku masih mencintai Rangga meskipun telah hampir 2 tahun aku tak bertemu maupun berkomunikasi lewat media sosial dengannya. Buru-buru aku mandi, setelah itu kusambar smartphone berwarna pink milikku yang berada di ujung kasur hampir terjatuh. Untung aja nggak jatuh. Segera kubuka aplikasi chatting yang memiliki icon berwarna hijau itu untuk mengirim pesan pada Rangga.

Me: Ga, jemput aku bisa? Mobil dipake mama

RANGGA: Bisa. Setengah jam lagi aku berangkat

Me: Oke

Yes!! Anggap aku modus atau apapun itu. Tapi mungkin sebagian besar kalian pasti seperti itu agar bisa ketemu dan berangkat bareng kesekolah sama orang yang disuka. Buru-buru aku memakai seragam, memoles wajah dengan bedak, lip balm, eyeliner dan blush on secara tipis sehingga terlihat samar dan nggak berkesan menor.

Setengah jam kemudian terdengar klakson mobil dari depan rumah. Tepat waktu, kebiasaan yang selalu kusuka dari Ranggaku. Segera aku berpamitan pada mama dan memakai sepatu lalu bergegas menuju mobil Rangga.

"Pagi Range", sapaku riang sambil menutup pintu mobil.

Rangga POV

"Pagi Range", sapa Jessi riang membuatku mengenggam setir dengan erat. Kumohon, jangan buat aku mengingat kenangan itu.

"Rangga. Bukan range, jess", balasku tegas.

"Kenapa? Kan dulu kamu suka kalo aku manggil kamu gitu", ucapnya manja.

Alih-alih menjawab pertanyaannya, aku melajukan mobil sedikit agak cepat. Selama perjalanan sampai di parkiran sekolah, aku dan Jessi tak ada yang bicara.

Setelah membuka pintu, aku membukakan pintu untuk Jessi. Entahlah, kebiasaanku membukakan pintu untuk perempuan yang berada di mobilku. Mungkin karena sering mengantar ibu dan 2 saudara perempuanku, jadi membuatku biasa seperti ini.

Setelah Jessi keluar dari mobil, akupun mengunci otomatis mobilku. Saat akan berjalan, Jessi menahan tanganku. Menatapku dengan pandangan sendu yang kubalas dengan menaikkan alis.

"Kenapa, Ga? Kamu berubah",

"Nggak papa. Yuk masuk kelas. Keburu bel", ucapku sambil menepuk puncak kepalanya satu kali.

Jessi POV

Sesaat aku sedih saat dia menolak aku memanggilnya Range, panggilanku padanya saat berpacaran dulu. Tapi hanya dengan tepukan di kepalaku barusan, membuatku yakin Rangga masih mencintaiku. Kenapa aku yakin? Karena begitulah dia saat dulu kami berpacaran. Mungkin dia punya alasan sendiri agar tidak memanggilnya Range.

Segera setelahnya, kami berjalan menuju kelas. Dengan tanganku menggandeng lengan besarnya sambil tersenyum kearahnya. Yang dibalas dengan senyuman tipis olehnya.

Fee POV

Selama perjalanan dari rumahku kesekolah, kami -aku dan Kiara-, bercanda dan tertawa sampai membuat perutku sakit. Tapi saat mobil Kiara sudah terparkir sempurna dan saat seatbelt telah lepas sempurna dari badanku, saat itulah aku melihat Jessi merangkul lengan Rangga dengan manja. Dan saat Jessi mendongak melihat wajah Rangga, Rangga tersenyum tipis padanya. Coba bilang padaku, apa yang lebih menyakitkan daripada melihat orang yang kau sayangi bersikap mesra pada teman perempuan lain? Tapi, apa yang bisa kulakukan selain melihat dan mendoakannya dari jauh? Mendoakan semoga mereka bahagia dan baik-baik saja.

"Fee? Nggak papa?", tanya Kiara disebelahku. Kurasa ia tau apa yang kurasakan saat ini. Aku hanya mengangguk pelan, mengambil tasku di jok belakang, lalu keluar dari mobil. Diikuti oleh Kiara.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 10, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FEEWhere stories live. Discover now