3

68 6 0
                                    

Fee POV

"mom, aku berangkat", ucapku pada Mom yang sedang berkutat dengan pekerjaannya di ruang kerja

"ya, hati-hati", katanya cuek tanpa melihat bahkan melirikku sama sekali. Selalu begitu. Aku hanya tinggal dengan mom disini. Dad? Mereka bercerai semenjak aku masuk SMP. Dan beliau lebih memilih tinggal di London, tempat kelahirannya.

"Pagi Fee", sapa Kiara saat aku memarkirkan motorku disebelah motornya.

"Pagi juga Ki", balasku seraya tersenyum.

"Yuk kekelas",

"Pagi Kiara, pagi Fee" "Pagi cantik" begitu sapaan teman teman seangkatan ataupun kakak kelas yang iseng saat kami melewati lorong kelas 11.

"Kiaraaaa....", teriak Aslan di koridor sebelah lapangan basket sekolah kami. Kiara yang dipanggil malah pura pura tidak mendengar dan berjalan cepat kearah kelas. Entahlah ada apa dengan anak dua ini.

"Aku panggilin kok nggak berhenti sih babe, capek tau ngejar kamu", ucap Aslan setelah akhirnya berhasil mensejajari langkahnya dengan kami -dia disebelah Kiara tentunya-

"Apaan sih babe babe", ucap Kiara jutek.

"Kalian kenap-", ucapanku terpotong oleh tarikan tangan Kiara yang mengajakku berlari meninggalkan Aslan yang masih ngos-ngosan dibelakang kami.

"Kenapa sih sama Aslan, Ki? Terus tadi kok manggil babe?",

"Tau deh. Kesambet kali",

"Aku masih sahabatmu kan Ki?",

"Iyalah Fee..", kata Kiara riang sambil merangkul pundakku.

"Kalau ada masalah cerita aja. Kita udah janji nggak ada saling bohong loh. Masih ingat kan. Siapa tau aku bisa bantuin mecahin masalahmu", ucapku sambil tersenyum tanpa berniat menyindir.

"Iya dehh.. Nanti kapan kapan aku bakalan cerita. Tapi nggak sekarang, hehe",

Teeettt

Bel sekolah pun berbunyi membuat semua murid berlarian menuju kelasnya masing-masing. Termasuk aku dan Kiara.

Apa yang tidak lebih menggembirakan bagi siswa sekolah ketika guru pengajar tidak masuk? Bagi sebagian mereka mungkin adanya murid baru yang cantik, pintar, apalagi baik. Permohonan sebagian mereka dikelas kami itu terkabulkan. Bagaimana tidak? Pagi ini Bu Elia -guru Matematika- yang terkenal killer tidak masuk dikarenakan sakit. Ditambah lagi adanya murid baru yang dibawa oleh salah seorang Guru BP sekolah kami.

"Ayo kenalkan dirimu nak", kata Guru BP tersebut.

"Kenalkan nama saya Jessica William. Panggil aja saya Jessi. Senang berkenalan dengan kalian. Terima Kasih",

"Baiklah. Sekarang mari bapak carikan tempat dudukmu. Hmmm apa bangku dibelakang sana itu kosong anak-anak?", tanya beliau pada kami.

"Kosong pakkk...", jawab kami serempak

"Baiklah Jessi kamu duduk disebelah sana ya",

"Baik, Pak",

Setelah Jessi menempati tempatnya dan Guru BP tersebut keluar kelas -setelah memberi tugas dari Bu Elia tentunya- kami terutama para cewek mengerubungi meja Jessi. Masing-masing dari kami pun berkenalan. Dan hal itu tak dapat berlangsung lama karena kami harus mengerjakan tugas dari Bu Elia.

FEEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora